Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kebencian kepada Real Madrid dan Keterpaksaan Mencintai Liverpool

27 Mei 2018   17:28 Diperbarui: 27 Mei 2018   21:06 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Calendar Club)

Kekalahan Liverpool 1-3 dari Real Madrid menyisakan cerita yang sangat panjang. Antara sedih, senang, serius dan bercanda menyatu menjadi abu-abu. Semuanya tersaji dalam komentar pro dan kontra antara lovers dan haters kedua klub di media sosial, media daring dan dalam bentuk meme berupa ejekan dan sindiran. 

Bagi seorang yang gemar menulis, ada 1000 lebih judul yang dapat diolah dari ajang ini. Dan dijamin semuanya pasti menarik untuk disimak. Misalnya saja: "Bukan Salah Yang Salah", "Ramos dan Misi Jahatnya Yang Sukses", "Loris Yang Tak Karius", dsb. Dan kali ini kita akan menyimak sebuah judul yang tidak kalah menarik: "Kebencian Kepada Real Madrid dan Keterpaksaan Mencintai Liverpool".

Mengapa demikian?

Beberapa hari menjelang final, Liverpool mendapat banyak tambahan penggemar yang berasal dari berbagai penjuru. Antara mendukung Liverpool atau Salah atau hanya sekedar ikut-ikutan juga tak jelas. Tetapi yang pasti mereka bukan pendukung sungguhan. Apalagi pendukung setia? Sama sekali, bukan. Mereka swing yang hinggap sesaat.

Buktinya ketika Liverpool akhirnya kalah apakah mereka merasa berduka? Oh... tidak. Mereka sama sekali tanpa beban dan tak merasa rugi. "Nothing to lose", kata orang Inggris. Malah semuanya dibuat menjadi bahan candaan. Mereka tidak segan-segan menyalahkan dan mengejek pemain-pemain Liverpool dengan bahasa-bahasa antara menyakitkan dan menggelitik.

Sebutlah salah seorang teman berinisial MM yang tiba-tiba menjadi penggemar dadakan Liverpool setelah mereka memastikan diri ke final. Tetapi setelah Liverpool kalah, akunnya dipenuhi dengan status-status lucu yang intinya mengejek dan menyindir klub Liverpool secara keseluruhan. Termasuk pelatih dan fans-nya. Mengapa demikian?

Usut punya usut ternyata MM terpaksa mencintai Liverpool hanya karena dia sangat membenci Madrid. MM sangat berharap Madrid kalah dan benar-benar tanpa gelar musim ini. Karena hanya inilah gelar harapan Madrid satu-satunya. Jadi mendukung Liverpool menjadi sebuah keharusan.

Apalagi ketika klub kesayangannya tersingkir di babak perempatfinal Liga Champion? Kebenciannya terhadap Madrid semakin menjadi-jadi. Dan akhirnya MM memutuskan untuk mendukung klub manapun yang menjadi lawan Madrid. Termasuk mencintai Liverpool secara terpaksa karena berharap dapat mengalahkan Madrid di final.

Tetapi ketika Liverpool akhirnya kalah juga? MM berbalik membenci Liverpool. Liverpool dianggap sebagai klub abal-abal yang besar bual. Yang hanya jago di babak penyisihan hingga semifinal. Tetapi bertemu Madrid melempem di babak penentuan tak bisa berbuat apa-apa. Sungguh memuakkan.

Akhirnya Liverpool menjadi bulan-bulanan dan bahan ejekan di akun facebooknya. Seakan-akan MM mau mengatakan: "Menyesal aku mencintaimu dengan terpaksa. Aku pikir kamu dapat mengalahkan Madrid tetapi ternyata kamu hanya klub abal-abal yang besar bual", katanya sambil berlalu.

(RS)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun