Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Subjektivitas dan Objektivitas (Bagian 1)

18 Maret 2018   16:29 Diperbarui: 18 Maret 2018   17:24 10758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : rebanas.com

Apakah pengertian subjektivitas dan objektivitas? Carilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Anda akan menemukan arti objektivitas tetapi tidak dengan kata subjektivitas. Yang ada hanya kata subjektif dan subjektivisme. 

Arti kata subjektivitas menurut KBBI: "Pencarian Anda 'subjektivitas' tidak ditemukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia"

Artinya ketika Anda menemukan atau menggunakan kata "subjektivitas", Anda perlu mengetahui bahwa penggunaan kata tersebut tidak baku karena tidak atau belum terdaftar dalam perbendaharaan KBBI. Kata tersebut adalah bentuk tak formal sebagai lawan kata dari "objektivitas".

Mungkinkah suatu saat kata subjektivitas akan masuk dalam KBBI mengingat penggunaan kata itu juga cukup luas dalam bidang hukum dan sebagainya?

Melihat dari pengertian kata objektivitas menurut KBBI, yaitu: ob.jek.ti.vi.tas /objktivitas/ n sikap jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan; keobjektifan; maka saya pikir pemakaian kata subjektivitas tidak diperlukan karena akan mengacaukan arti kata objektif.

Masih menurut KBBI, jika pengertian kata objektif/ob.jek.tif/ /objktif/ amengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi, dan kemudian setelah menjadi objektivitas menjadi sikap jujur, mengenai keadaan yang sebenarnya, dsb. Apakah subjektivitas berarti sikap tidak jujur atau keadaan tidak sebenarnya?

sub.jek.tif /subjktif/ a mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya.

Subjektif itu sah-sah saja selama didasarkan pada akal sehat dan tidak selamanya salah. Pandangan dan perasaan seseorang tidak selamanya bersifat tidak jujur dan juga selalu bersifat tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hanya saja ketika seseorang melihat bahwa pandangan dan perasaannya sering bertentangan dengan pandangan dan perasaan masyarakat disekitarnya, maka seseorang tersebut perlu menguji dan meragukan pandangan dan perasaannya.

(Bersambung...)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun