Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bila Boediono Bertandang ke Istana

26 Januari 2017   17:26 Diperbarui: 26 Januari 2017   17:30 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribunnews.com

Mengunjungi Presiden Jokowi di istana oleh beberapa pejabat negara dan mantan pejabat negara menjadi suatu momen yang kerap disaksikan masyakarakat belakangan ini. Mulai dari pimpinan partai, pimpinan organisasi kemasyarakatan, mantan wakil presiden dan mantan presiden.

Yang banyak menarik perhatian adalah kunjungan mantan presiden Megawati, Kunjungan Mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno dan juga Mantan presiden BJ. Habibie. Megawati mengunjungi Jokowi pada November 2016. Bahkan Megawai membakan bakmi goreng untuk Jokowi. Tri Sutrisno mengunjungi Jokowi di 19 Desember 2016. Di sore hari yang sama, Habibie mengunjungi Jokowi untuk yang kedua kalinya. Momen terbaiknya ketika Habibie melenggang keluar istana bersama Jokowi dan memegang lengan Jokowi selayaknya seorang ayah kepada anaknya yang disayanginya. Menyejukkan. Menentramkan.

Semua tokoh-tokoh nasional yang mengunjungi istana beralasan bahwa pemerintahan Jokowi harus didukung di tengah terjadinya turbulensi yang sangat kencang di Indonesia terutama terkait masalah intoleransi. Masalah yang dikhawatirkan akan mengakibatkan perpecahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Kebhineka Tunggal Ikaan. Juga masalah bangsa lainnya. Masalah, yang banyak menimpa bangsa ini akibat dari faktor internal dan eksternal, pastinya menjadi bahan bahasan para tokoh bangsa ini di istana itu. Masing-masing tokoh itu punya kapasitas untuk memberikan masukan dan sekaligus bukti dukungan.

Hal pertama yang mau ditunjukkan bahwa negara ini dalam keadaan baik-baik saja. Kunjugan ke istana dengangesture yang sejuk ini juga menunjukkan bahwa para tokoh ini mendukung pemerintahan Jokowi. Pemerintahan yang sudah pada jalurnya dalam membangun Indonesia. Dalam waktu yang sangat singkat, kurang lebih dua tahun, pemerintah Jokowi telah berhasil membuka jalur-jalur logistik, infrastruktur pendukung perdagangan, dan perekonomian yang tangguh di tengah masalah perekonomian dunia yang sedang melemah.

Hal di atas didukung oleh setidaknya dua fakta. Rapor Jokowi di tingkat Asia dianggap bagus karena setidaknya tiga indikator terkait penguatan nilai mata uang, tingkat pertumbuhan ekonomi yang positif dan relatif tinggi, dan penerimaan publik yang tinggi. Bank Dunia juga mengapreasisi Jokowi yang mempertahankan pertumbuhan itu di angka 5%.

Melihat arah positif pembangunan Indonesia, Jokowi perlu didukung untuk melanjutkannya dan bekerja dengan giat dalam kerangka memajukan masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera tentunya. Tantangan masih menghadang. Ini bukan perjalanan mudah. Warisan dari masa pemerintahan yang lalu sungguh berat. Beban di awal sudah jelas membuat kening Jokowi berkenyit.

Meskipun banyak dukungan ke Jokowi dari banyak tokoh-tokoh nasional, ternyata tidak semua telah mengunjunginya.

Kemana Boediono

Tokoh bangsa itu adalah Boediono. Boediono mantan wakil presiden Yudhoyono diperiode kedua. Sebagai mantan wakil presiden, tentunya Boediono adalah tokoh nasional yag layak dimintakan pendapatnya tentang permasalahan bangsa ini. Pengalaman lima tahun sebagai wakil presiden dan sebagai guru besar Ekonomi di Universitas Gajah Mada, seharusnya Beodiono memberikan pandangan-pandangan terkait permasalahan bangsa ini. Belum lagi pengalaman sebagai Deputi di Bappenas, Menteri Koordinator Perekonomian dan Gubernur Bank Indonesia. Sebuah paket lengkap pengetahuan dan pengalaman untuk memberikan pandangan bagi Jokowi.

Sedikit bergossip, kabarnya beliau dipilih karena kepatuhan tingkat tingginya kepada sang presiden. Kelemahlembutan Boediono menjadikan beliau menarik menjadi wakil presiden. Setelah SBY kesal dengan mantan wakilnya di periode pertama. Mantan wakilnya itu dianggap RI 1,5 karena terlalu aktif berkegiatan dan kadang-kadang di luar kontrol sang presiden. Periode selanjutnya, SBY berfikir untuk mencari wakil presiden yang lebih mudah dikendalikan. Sosok yang kalem dan tidak neko-neko menjadi pilihan untuk memudahkan langkah-langkah SBY dalam memerintah.

Pastinya, setiap tokoh nasional pasti akan sangat concerneddengan masalah bangsa ini. Setidaknya seruan mereka seperti itu. Masing-masing punya pandangan yang sama bahwa bangsa Indonesia harus berkembang, dengan pertanyaan yang mungkin disembunyikan, what is in it for me?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun