Sebagai awam kadang-kadang kita juga memikirkan bahwa selama bulan Ramadhan, di saat konsumsi kita meningkat, di sisi lain juga  banyak yang berusaha mengambil kesempatan memanfaatkan momen itu untuk mendapatkan berkah melalui berdagang-mengikut Sunnah Nabi.
Bagaimanapun Ramadan, bulan yang identik dengan kekhusyukan dan ibadah, sering kali menghadirkan fenomena sosial yang beragam. Salah satunya adalah munculnya anomali berupa aktivitas konsumtif yang jauh dari semangat kesederhanaan.
Dalam hal ini, banyak orang mencoba melawan anomali tersebut dengan berdagang dadakan, khususnya makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Namun, apakah hal ini benar-benar menjadi solusi atau justru menambah tantangan baru?
Karena di balik niat baik ini terkadang berujung pada risiko "over-commercialization" Ramadan, di mana fokus terhadap keuntungan ekonomi mengaburkan nilai-nilai spiritual yang seharusnya menjadi inti dari bulan suci ini.
Fenomena Over-Commercialization Ramadan
Over-commercialization merujuk pada kecenderungan menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk mengeruk keuntungan komersial tanpa mempertimbangkan nilai-nilai spiritualnya.
Jika diniatkan total untuk sekadar mendapatkan keuntungan karena memanfaatkan momentum, alih-alih memperkuat ibadah dan rasa kebersamaan, Ramadan malah berubah menjadi ajang kompetisi ekonomi, dengan promosi dan penjualan yang berlebihan.
Saya melihat di kampus, saat Ramadhan, pasar-pasar dadakan penuh dengan makanan berbuka yang sering kali didesain lebih untuk menarik perhatian daripada memenuhi kebutuhan pokok.
Belum lagi godaan diskon besar-besaran di pusat perbelanjaan atau e-commerce yang memanfaatkan tema Ramadan untuk memancing konsumsi impulsif. Akibatnya apa, terjadi perubahan fokus masyarakat yang lebih sibuk mencari keuntungan atau belanja daripada memanfaatkan waktu untuk beribadah.
Bagaimanapun sejak awal harus diniatkan jika kita memang berniat berdagang dadakan. Misalnya diniatkan untuk menciptakan keseimbangan cashflow ditambah keuntungan yang sesuai dengan kaidah standar ketika kita mengambil keuntungan.
Dengan cara membandingkan antara pengeluaran, dengan jumlah produksi yang kita lakukan sehingga kita dapat menentukan harga per satuan dengan sudah termasuk untung di dalamnya tanpa berlebihan, apalagi hingga 100 persen bahkan lebih dari setiap satuan produk yang kita jual. Karena hal itu menjadi salah satu risiko tersembunyi over-commercialization.
Sehingga perlu ditumbuhkan sejak awal motivasi positif di balik berdagang dadakan. Selain dimaksudkan agar bisa mendapatkan berkah keuntungan penghasilan tambahan, juga memudahkan masyarakat mendapatkan kebutuhan berbuka puasa dengan cepat dan beragam. Serta menyemarakkan atau menghidupkan suasana Ramadan dengan keberadaan makanan khas musiman.