Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kisah Alwi, "Mudik Nebeng" Tempuh 470 Kilometer Gonta-Ganti 23 Kendaraan Selama 2 Hari

13 April 2024   12:22 Diperbarui: 18 April 2024   10:01 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alwi Johan dalam video tiktoknya memilikmudik nebeng biar hemat ongkos dan sensasi mudik tak biasa  sumber gambar medianekita.com

Ternyata tak semua pemudik beruntung bisa memilih sendiri jenis kendaraannya dan tingkat kenyamananya. Entah karena ingin berbeda atau memang karena ingin menghemat ongkos agar hemat, seorang pemuda asal Temanggung Jawa Tengah nekat mudik "tanpa ongkos". 

Meskipun usaha tak biasa itu harus dibayar dengan kerja keras dan lelah bersusah payah menempuh perjalanan sepanjang 470 kilometer, jarak Jakarta ke Temanggung-kampung halamannya di Jawa Tengah.

Ada-ada saja, begitu komentar beberapa orang yang menanggapi viralnya kisah Alwi tersebut. Namun tak sedikit yang ikut merasakan petualangannya dari kisahnya.

Selama perjalanan panjang itu, Alwi telah "nebeng" atau menumpang kendaraan yang ditemuinya di jalan sejak perjalanan pertamanya sebanyak 23 kendaraan.  Tercatat 11 kali menumpang sepeda motor, 7 kali menumpang pick up dan 5 kali ikut menumpang truk. Walhasil baru 2 hari kemudian Alwi bisa mencapai kampung halamannya. "Syukurlah masih hidup" komentarnya saat ia sampai dikampungnya.

Tak semua kendaraan bisa ditumpanginya dengan nyaman. Jika beruntung ia bisa duduk disamping sopir, tapi jika tidak terpaksa duduk di bak terbuka atau duduk dinatara tumpukan barang, bahkan kendaraan pengangkut ternak. Terbayang ya, bagaimana suasananya, bau yang bercampur dengan ternak dan kotorannya.

Tapi itulah bagian dari sensasi perjuangan Alwi agar bisa sampai di kampung halamannya untuk berlebaran.

Mudik ternyata tak hanya menjadi tradisi unik yang paling heboh di Indonesia dibanding negara lainnya, tapi juga menyisakan banyak kisah unik dan menarik. Yang menunjukkan bahwa tekad untuk mudik, bisa berkumpul dengan keluarga sebenarnya menjadi "kebutuhan" yang sulit diabaikan.

Di sisi lain juga banyak orang tak seberuntung Alwi, yang sama sekali tak bisa mudik karena tuntutan pekerjaan yang tak mungkin ditinggalkan,seperti kisah para penjaga mercusuar. 

Atau karena pilihan ekonomi, karena bekerja di saat tak biasa seperti saat libur lebaran, tentu kompensasinya juga tak biasa dan sulit untuk ditolak.

Kisah Perjalanan Panjang Alwi dan Pemudik Gigih Lainnya

Cara Alwi memuluskan perjalanannya, ia tak membawa banyak barang kecuali rangsel yang bisa dengan mudah ditentengnya. Dan cukup hanya dengan berdiri menunggu tumpangan yang bersedia mengangkutnya dipinggie jalan.

Jika pemilik kendaraan berkenan ia akan menumpang jika menolakpun ia tak bergeming dan mencari kendaraan lain meskipun harus menunggu lama menunggu kendaraan lainnya.

Terbayang bagaimana lelahnya perjalanan itu dan apa kira-kira yang menjadi bahan obrolan bersama penumpang yang menjadi teman perjalanan mudik nebengnya itu.

Namun tekadnya menghemat pengeluaran membuatnya menjadi sosok yang gigih dan tak pantang menyerah. Apalagi ternyata ia ingin merasakan pengalaman yang berbeda dan berkesan untuk kisah mudiknya.

Di kisah lainnya yang juga tak biasa saat mudik, juga dialami oleh banyak orang tapi mungkin "tak seberuntung" Alwi. Seperti dua pria viral di media sosial, mudik ke Brebes, Jawa Tengah hanya menggunakan sepeda onthel. Demi bertemu keluarga di Lebaran Idul Fitri, apapun akan dilakukan para perantau.

Jika Alwi masih nebeng kendaraan, kedua pria ini bukan naik mobil atau kendaraan umum lainnya, justru mudik dengan mengendarai sepeda onthel yang cukup jauh jaraknya yaitu sekitar 436 Kilometer. Bisa jadi faktor ekonomi yang jadi alasannya.

Ingin Mudik Tak Bisa Atau Berkorban Saja

Selain kisah Alwi yang penuh perjuangan, juga banyak kisah lain. Seorang teman yang bermukim di luar negeri memilih berlebaran di sana karena alasan ongkos, meskipun sudah bertahun-tahun berpisah dengan orang tuanya.

Seorang pekerja mercusuar yang menjaga pantai di pulau paling ujung di Pulo Aceh memilih tetap bekerja karena alasan ekonomi dan tak ada pekerja lain yang memiliki kecakapan semahir dia.

Begitu juga banyak orang yang tetap bekerja dan mengorban waktu libur panjang setahun sekali bisa bertemu keluarga karena lagi-lagi alasan ekonomi, karena kompensasi yang berlipat jumlahnya saat bekerja di masa libur lebaran yang sulit dilakukan oleh orang lain.

Sebagian besar lebih memilih berkumpul dengan keluarga daripada sekedar menerima uang berlebih. Padahal karena alasan krusial ekonomi yang menghimpitnya yang "memaksa"mengambil pilihan itu.

Begitu juga kisah para "manusia gerobak" yang menjadi urban yang hidupnya pontang-panting dan morat-marit selama di ibukota, selain bertahan merekapun juga harus berjuang demi bisa pulang saat lebaran.

Kisahnya banyak kita temui di media sosial. Meskipun begitu, tak mengurangi banyaknya urban yang mengadu nasib di ibukota saat arus balik nantinya dan bergabung dengan para "pejuang nasib" seperti temannya. 

Sebagian bisa sukses, sisanya kembali mengisi relung-relung ibukota sebagai gepeng dan manusia gerobak.

Bahkan yang sedang mengadu nasib menempuh pendidikan di kampus pun ada yang memilih tidak pulang karena alasan ongkos. 

Saya menemui beberapa yang tinggal tak jauh di rumah kos sederhana bergabung dengan beberapa teman yang tak beruntung,namun bertekad kuat untuk terus bisa bertahan kuliah mengandalkan beasiswa dan sedikit tabungan orang tua.

Begitulah kisah fenomena mudik yang begitu menghebohkan di setiap tahunnya saat lebaran. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan jumlah pemudik pada periode Hari Raya Idulfitri tahun 2024 ini mencapai 193,6 juta orang. Perkiraan itu naik dari tahun lalu dengan jumlah pemudik sebanyak 123,8 juta orang.

Dan diantara jutaan pemudik ada yang tak seberuntung Alwi atau orang pria yang mudik dengan onthel, tetap bekerja kala liburan spesial lebaran.

Alwi hanya sebuah potret kecil, bagaimana mudik menjadi sebuah tradisi yang menjadi ciri khas di negera kita, apalagi usai berpuasa sebulan penuh yang "mesti" dirayakan kebahagiannya agar lebih lengkap saat lebaran.

Apapun cara dan bentuk perjuangannya, mudik tetap jadi pilihan yang sulit diabaikan!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun