Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Urusan Takdir dan Nasib

22 Januari 2021   14:09 Diperbarui: 22 Januari 2021   14:22 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia dan Katak. Desin oleh Rini DST, menggunakan Canva. Gambar dari Pixabay.

Manusia ditakdirkan dengan derajat lebih tinggi dari katak. Manusia diberi akal, sedangkan katak tidak diberi akal. Katak adalah binatang, manusia ibaratnya binatang yang mempunyai akal. 

Apapun yang dilakukan binatang, kalau mau manusia juga bisa melakukannya. Akal budi yang menentukan manusia mau melakukan atau tidak  mau melakukan. 

Mau terhadap kebaikan, dan tidak mau terhadap keburukan. Maksudnya selalu memilih yang baik. Mau terhadap kebaikan, atau mau juga terhadap keburukan. Maksudnya kadang-kadang memilih yang baik, tetapi kadang-kadang memilih yang buruk. Tidak mau terhadap kebaikan, dan mau terhadap terhadap keburukan. Maksudnya selalu memilih yang buruk. 

Katak, sebagai binatang, hanya bisa berkembang biak dan melindungi diri dari bahaya. Jadi pastilah manusia bisa berkembang biak dan melindungi diri dari bahaya. 

Bedanya manusia akan menggunakan akalnya, dengan membangun keluarga yang berlandaskan rasa kasih-sayang dan tanggung jawab. Dan dengan akalnya juga, manusia bisa melindungi diri dari bahaya yang belum mengancam. Yaitu suatu keadaan yang belum terjadi, tetapi diperkirakan akan mengancam kehidupan manusia. 

Sedangkan katak hanya akan melindungi diri pada saat bahaya sedang mengancam, karena katak yang ditakdirkan menjadi binatang. Binatang ditakdirkan tidak mempunyai akal seperti manusia. 

Dengan menggunakan akal, manusia bisa menentukan nasib yang bisa berubah. Nasib bisa baik-sedang-buruk, tergantung seberapa usaha manusia menggunakan akalnya. Jadi sangat disayangkan kalau dengan anugerah akal, manusia mempunyai nasib buruk terus menerus. 

"Apakah katak juga pernah merasakan mempunyai nasib baik atau buruk?"

Sepertinya katak yang ditakdirkan sebagai binatang, tak pernah memikirkan apakah nasibnya baik atau buruk. Bahkan dengan takdir diberikan kemampuan hidup pada 2 alam sekalipun, katak selalu dianggap derajatnya lebih rendah dari manusia yang diberikan kemampuan hidup di 1 alam. 

Manusia hanya hidup di alam bumi, sedangkan katak  hudup di alam bumi dan alam air. Bayangkan untuk berenang di air saja manusia harus belajar, dan hasilnya ada yang bisa ada yang tetap tidak bisa. Tidak bisa memanfaatkan akalnya, terhadap adanya daya apung di air.  Nasib yang menyebabkan manusia tidak bisa berenang, mungkin kurang belajar dan kurang keberanian. 

Begitu rendahnya derajat katak, sampai-sampai manusia menganggap sesama manusia yang mempunyai kekurangan sebagai katak dibawah tempurung. Maksudnya kepada mereka yang kuper kurang pergaulan, atau yang kudet kurang update. 

*****

Manusia makhluk tinggi hati, kepada sesama memberikan standar seperti katak, bahkan katak dibawah tempurung. Pemberian takaran yang rendah terhadap manusia, sebenarnya oleh sesama manusia sendiri. Tuhan hanya menentukan takdir  manusia sebagai binatang yang diberi akal. 

Manusia sendiri yang menggunakan akal untuk perbuatan yang baik dan tidak baik, lalu mau memilih yang baik atau yang tidak baik. 

"Apakah hubungan antara takdir dan nasib?"

Takdir bisa merubah nasib, sedangkan nasib tidak bisa merubah takdir. Hanya Tuhan yang memberikan dan bisa merubah takdir. 

"Nasib yang diinginkan setiap manusia adalah nasib baik."

Dengan ditakdirkan adanya akal, setiap manusia memiliki kesempatan merubah nasib menjadi baik-sedang -buruk. Selama ada kehidupan nasib bisa berubah-ubah, bisa sekedar dari adanya keberuntungan, melalui pendidikan, mempunyai pengalaman dan tekun melakukan usaha terus menerus. 

Adanya keberuntungan, agar tetap baik juga harus dirawat dengan belajar-mencari pengalaman-usaha yang terus menerus. Tapi mengapa tidak  selalu berlaku sebaliknya, bagi yang benar-benar telah melalui pendidikan, mempunyai pengalaman dan tekun melakukan usaha terus menerus akan tidak mendapat keberuntungan. 

Jangan dilupakan yang harus ditekankan adalah pendidikan baik,  pengalaman baik dan usaha terus menerus yang baik.  Satu saja diantaranya  pendidikan atau pengalaman atau usaha  ada yang buruk, tidak akan menggapai keberuntungan. 

Pendidikan dan pengalaman ada yang formal dan tidak formal. Yang formal akan lebih mudah dijalani karena ada stadarisasi dan pembimbing. Sedangkan yang non formal kalau ada yang bisa melaluinya, tak akan diragukan untuk terpilih menjadi tokoh kehidupan. 

Setiap manusia harus meyakini takdir dan tidak akan menggunakan dengan rasa tinggi hati untuk merendahkan sesamanya. Raih pendidikan, pengalaman dan usaha yang selalu baik, nasib akan menyertai kehidupan bagaikan keberuntungan.

Bumi Matkita,

Bandung, 22/01/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun