"Kenapa Bibi bilang Bibi gak punya anak? Faizal siapa?" Rasa ingin tahuku tak tertahan.
Bibi memperbaiki letak duduknya yang sedari tadi gelisah. "Faizal anak Icun, Non."
"Icun?" Kedua alisku beradu, mendengar Bibi menyebutkan sebuah nama.
"Icun adik Kang Ding di kampung. Icun pergi ke Arab nggak balik-balik. Lakinya pergi. Kata orang ke Surabaya. Faizal nggak ada yang urus."
"Jadi Mamang dan Bibi yang ngasuh Faizal. Sampai Faizal menikah. Lalu bapak ibu Faizal pernah pulang?"
Bi Min menggeleng lemah. Aku menduga Faizal benar-benar melupakan sejarah hidupnya. Atau mungkin juga kedua orang tuanya yang melupakan anaknya. Mungkin saja.
Barangkali Faizal merasa ada atau tidak ada orang tua kandung di sisinya tidaklah penting, toh dia sudah memiliki kehidupan barunya. Menganggap Bibi dan Mamang sebagai orang tuanya juga rumah tangganya yang baru dibangun.
Bagaimana dengan Bi Min sendiri? Apakah dia menyesal setelah membesarkan Faizal, lalu menikah, dan memilih tinggal di Bandung bersama keluarga istrinya? Bukan tinggal dan menemani orang tua 'keduanya' yang mulai menua ini.
  "Faizal sering pulang kan, Bi?' tanyaku hati-hati.
Sekilas aku melihat wajah Bibi berubah muram. Adakah seperti yang aku pikirkan sejak tadi? Bibi menahan rindunya. Sekalipun Faizal bukan anak kandungnya, tetapi ia sayang. Sayang sekali kulihat. Matanya berbinar setiap menceritakan Faizal kecil. Namun, seketika meredup saat kutanya perihal kehadirannya.