Mohon tunggu...
susi respati setyorini
susi respati setyorini Mohon Tunggu... Guru - penulis

Pengajar yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Kala #5

26 Agustus 2018   23:00 Diperbarui: 1 September 2018   19:15 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ini tiket keretamu." Ibu mengulurkan sebuah tiket kereta api. Aku mengambilnya. KA Bogowonto, kereta jurusan Senen-Lempuyangan yang berangkat pukul 21.45.

Aku membayangkan perjalananku kali ini penuh misteri. Mimpiku, rumah Jenar, koper kulit semuanya berebut memenuhi pikiranku.

Belum lepas dari ingatanku tentang ketakutanku pada mimpi-mimpi sepanjang malam yang terus mengganggu tidurku. Menggambarkan kesendirianku pada ruang kosong yang lembab tanpa jendela. Hanya ada sinar kecil yang menyerobot masuk melalui celah ventilasi. Lubang angin itu sepertinya ditutup dari luar. Benar-benar pengap dan gelap. Saat malam hari ruangan itu seperti di dalam lemari es yang membuatku menggigil kedinginan. Rumah Jenar, rumah penuh misteri karena di rumah itu aku harus mencari sebuah koper kulit.

Jam bulat stasiun masih menunjukkan pukul 21.17, artinya masih ada waktu tersisa sebelum kereta api Bogowonto sampai.

Aku mencari tempat duduk di bangku di peron dua bagian pinggir. Aku membuka ponsel dan tenggelam dalam baris-baris pesan yang masuk.

Aku membaca chat beberapa teman dalam grup alumni SMA. Selain juga berkabar tentang perjalananku malam ini. Beberapa teman mengajakku bertemu. Dan ada juga yang menawariku mampir dan menginap tapi, dengan berat hati aku menolaknya.

"Kamu mau ke mana, Nak?" tanya seseorang di depanku. Aku tidak menyadari kehadirannya dan entah sejak kapan dia duduk di bangku yang jaraknya tak sampai satu meter di hadapanku.

Aku mendongak kaget. Wajah dengan guratan di keningnya dan rambut yang memutih jelas menggambarkan usia yang tak lagi muda.

Dengan suara seraknya kembali ia mengulang pertanyaannya, barangkali karena aku masih diam saja. Aku tersenyum menyapa Bapak tua itu.

"Anak mau ke mana?" tanyanya lagi.

"Mau ke Jenar, Pak. Bapak sendiri mau ke mana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun