Mohon tunggu...
Sri Harini
Sri Harini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Mencoba menghidupkan hati dengan belajar tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Cepetan", Dulu dan Kini

29 Juli 2020   22:54 Diperbarui: 30 Juli 2020   09:22 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebumen, merupakan salah satu kabupaten yang sangat banyak memberi pengalaman hidup. Mendengar orang menyebut Kebumen, membawa banyak penanda jejak keindahan. Waduk Sempor, Pantai Menganti, Terowongan Ngijo dan banyak lokasi lainnya dengan keunikannya masing-masing. Banyak juga kesenian dan keindahan khas di Kebumen. Kesenian asli dari Kebumen, antara lain Cepetan, Keselong, Ebleg dan Lawet. Masing-masing tarian tersebut memiliki makna dan gerakan khas yang berbeda satu sama lain.

Kali ini kita akan mengenal lebih jauh tentang salah satu di antara banyak kesenian itu, yaitu Kesenian Cepetan. Menarik untuk ditulis karena ternyata masih banyak yang belum mengenal kesenian Cepetan, meskipun penduduk asli Kabupaten Kebumen. Bahkan ada yang salah memahami, menganggap Cepet sebagai penculik anak kecil di waktu Maghrib.

Pentas Cepetan/dokpri
Pentas Cepetan/dokpri

Apakah kesenian Cepetan?

Kesenian Cepetan, termasuk rumpun tari rakyat, yaitu tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat. Hal ini dapat dilihat ciri-cirinya, gerakannya yang spontan dengan arena pertunjukan dan kostum sederhana. Kesenian ini biasanya tidak terlepas dari hal-hal magis dan mempunyai fungsi hiburan. Kesenian rakyat pada awalnya kebanyakan bertujuan untuk ritual bagi para leluhur dan unsur alam lainnya. Namun, pada perkembangannya menjadi seni hiburan yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat (Endang Caturwati, 2007: 23).

Kesenian Cepetan di Kebumen berkembang di tiga wilayah, yaitu 1) Cepetan Perkutukan, 2) Cepetan Karanggayam, dan 3) Cepetan Watulawang. Dari wawancara dengan Mbah Dawintana, sesepuh pelestari kesenian Cepetan Pejagoan, diperoleh banyak informasi. 

Menurut mbah Dawintana, pada dasarnya Cepetan ketiga wilayah ini sama, semua diawali dengan melakukan panembahan ke lokasi yang sama yaitu ke Mbah Kajoran. Perbedaannya pada topeng tokoh yang dipakai pemain kesenian Cepetan. Artinya tokoh yang bermain sesuai dengan topeng yang berbeda antara Perkutukan, Karanggayam dan Watulawang. 

Tokoh di sini yang dimaksud adalah makhluk halus yang merasuki pemain, berbeda satu wilayah dengan yang lain, sesuai topengnya. Namun secara sumber dan panembahannya tetap sama, yaitu Mbah Kajoran. Mbah Kajoran ini merupakan makam yang didatangi sesepuh Cepetan sebelum pentas.

Bagaimana sejarah kesenian Cepetan dan kondisinya saat ini?

Pada mulanya, Kesenian Cepetan ini dari Peniron. Kesenian ini awalnya dikembangkan oleh Mbah Kajoran. Maksud awal dari kesenian Cepetan sebenarnya untuk menakuti para penjajah agar tidak masuk dan mengganggu masyarakat Kebumen. Maka digunakan topeng yang menyeramkan dan dimasuki roh yang diundang saat permainan berlangsung. Roh inilah yang kemudian masuk ke raga pemainnya dan menjadikan mereka kesurupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun