Mohon tunggu...
Qisa Anzani
Qisa Anzani Mohon Tunggu... Author

Seorang yang easy going dan suka membuat design sketch

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertanian Organik Naik Kelas dan Mampu Bersaing di Pasar Global Berkat Tangan Dingin Milenial Muda, Maya Stolastika Boleng

5 Oktober 2025   21:39 Diperbarui: 5 Oktober 2025   22:53 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perkebunan Twelve's Organic (Sumber: Instagram @twelves.organic)

Banyak yang berasumsi bahwa petani itu profesi kecil, tidak perlu berpendidikan tinggi, hasil panen tergantung iklim, dan berpenghasilan rendah. Nyatanya peran petani sangat besar bagi keberlangsungan kehidupan ekosistem di dalamnya.

Sebelumnya, stereotip ini muncul karena petani sering dianggap sebagai buruh kasar yang pekerjaannya hanya berhubungan dengan cangkul dan tanah, serta memiliki risiko tinggi gagal panen. Selain itu, banyak juga petani yang tidak memiliki lahan sendiri sehingga harus menggarap lahan orang lain dan diupah harian.

Generasi muda khususnya milenial jarang yang melirik sektor pertanian, karena citranya kurang bergengsi, sehari-hari bekerja di lapangan dan panas-panasan, membakar punggung dengan rasa lelah yang tidak sebanding dengan penghasilannya. Selain itu, ada banyak sektor lain yang lebih menarik seperti industri.

FAKTA KETIMPANGAN PEMINAT DI SEKTOR PERTANIAN 

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rata-rata usia petani di Indonesia telah mencapai 55 tahun pada 2024, yang mengindikasikan para petani telah berada pada usia tidak lagi produktif. Akibatnya, banyak lahan pertanian yang terbengkalai atau kurang terkelola dengan baik. Jumlah petani milenial yang berumur 19–39 tahun sebanyak 6.183.009 orang, atau sekitar 21,93 persen dari total petani di Indonesia.

Data ini menunjukkan bahwa di sejumlah daerah profesi petani masih menjadi bidang pekerjaan yang banyak ditekuni masyarakat, umumnya berusia senior. Tetapi bagi generasi muda, sektor ini kurang menjadi andalan pekerjaan.

Banyak dari mereka berbondong-bondong lebih memilih bekerja di perusahaan swasta atau pemerintah, dan sedikit yang mau mengelola sumber daya alam yang tersedia. Ini ketimpangan yang nyata.

Padahal kalau dicermati, sektor pertanian adalah sektor yang berperan sangat vital sebagai penyedia pangan utama bagi kebutuhan dasar manusia, penopang ekonomi melalui penyediaan lapangan kerja, dan memberikan kontribusi menghasilkan devisa negara melalui ekspor.

JEJAK MAYA STOLASTIKA BOLENG MEMBANGUN PELUANG BAGI PETANI MELALUI PERTANIAN ORGANIK

Di zaman serba digital dengan pertumbuhan yang dinamis seperti sekarang ini, ada sosok wanita muda yang jeli melihat peluang. Keyakinannya yang kuat pada masa depan industri pertanian, membuat dia tertarik menggeluti bidang ini. Dia adalah Maya Stolastika Boleng, lahir di Waiwerang, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Maya Stolastika Boleng, pemilik Twelve's Organic di desa Cleket, Pacet, Mojokerto. (Sumber: Berita Anak Surabaya)
Maya Stolastika Boleng, pemilik Twelve's Organic di desa Cleket, Pacet, Mojokerto. (Sumber: Berita Anak Surabaya)

Masa depan manusia siapa yang tahu, Maya yang semula berniat menjadi guru dengan mengambil jurusan sastra inggris di Universitas Negeri Surabaya, ternyata berubah haluan.

Maya merasa terpanggil ketika bertemu para petani dan mendengarkan keluh kesah mereka yang merasa usahanya kurang dihargai. Petani juga kurang edukasi dalam hal pemasaran karena tidak memiliki wadah perkumpulan yang tepat, sehingga penghasilan mereka bergantung pada tengkulak. Selain itu, faktor keterbatasan lahan dan iklim yang cepat berubah pun menjadi kendala.

Berangkat dari hal itu, Maya mulai menggagas teknik pertanian organik. Sebagai informasi, pertanian organik memiliki beberapa manfaat yang tidak dimiliki pertanian konvensional pada umumnya, diantaranya :

  1. Penanamannya tidak menggunakan pestisida sintetis, pupuk, organisme hasil rekayasa genetika (GMO), atau iradiasi. Sehingga lebih aman dari polusi dan kerusakan lingkungan. 

  2. Walaupun produktivitas hasil panen pertanian organik lebih sedikit, tetapi produksi pangannya lebih sehat dan baik untuk keberlanjutan lingkungan.

  3. Pertanian organik dapat menggunakan lahan terbatas dengan hasil panen yang tetap berkualitas.

  4. Pertanian organik memiliki daya tahan terhadap kekeringan, banjir, suhu ekstrem, dan salinitas. Teknik ini dianggap lebih adaptif terhadap perubahan iklim.

SEPAK TERJANG MAYA STOLASTIKA MENGUBAH MINDSET PETANI DI DESA CLAKET

Memulai perjalanan jatuh bangun di bidang pertanian tahun 2008, Maya bersama empat temannya menyewa tanah di Desa Claket, Pacet, Mojokerto. Daerah ini dipilih karena masih asri dan diapit dua gunung, Welirang dan Penanggungan. Dengan luas wilayah mencapai 225,753 hektare dan berada di ketinggian sekitar 950 meter di atas permukaan laut. 

Perkebunan Twelve's Organic (Sumber: Instagram @twelves.organic)
Perkebunan Twelve's Organic (Sumber: Instagram @twelves.organic)

Bukan tanpa hambatan Maya membangun usahanya. Kehidupan masyarakat di Desa Wisata Claket masih sangat erat dengan nilai-nilai tradisional, sehingga banyak yang menolak konsep pertanian yang dibawa Maya bersama ketiga temannya yang lain.

Belum lagi di awal perjalanannya, lahan seluas 0,5 hektare dengan satu petani perempuan dan dua petani laki-laki itu gagal total karena ternyata ilmu pertanian dan bisnis Maya dan temannya belum cukup memadai. Hasil panen 1,2 ton sawi hijau atau caisim terbuang begitu saja karena mereka tidak bisa memasarkannya. Ketiga temannya mundur, hanya menyisakan Maya Stolastika dan Herwita Rosalina.

Modal mereka ludes dan menyisakan kerugian, tetapi keduanya tidak menyerah begitu saja. Maya dan Wita berniat memperdalam ilmu yang belum mereka kuasai tersebut. Mereka menjual hasil panen dari orang lain dan belajar banyak tentang kualitas produk, masa panen dan cara pengemasan yang baik.

Maya dan Wita, dua sahabat yang mendirikan Twelve's Organic di desa Claket, Mojokerto, Jatim. (Sumber: Berita Anak Surabaya)
Maya dan Wita, dua sahabat yang mendirikan Twelve's Organic di desa Claket, Mojokerto, Jatim. (Sumber: Berita Anak Surabaya)

Usaha Maya sempat berhenti karena tidak direstui oleh orang tuanya. Dia juga diremehkan orang-orang karena lulusan sarjana tetapi berjualan sayur. Menjadi petani memang bukanlah pekerjaan impian bagi kebanyakan orang.

Oleh sebab itu, Maya pindah ke Bali dan bekerja di perusahaan asing milik orang Jerman dan Australia. Beberapa saat di Bali, Maya kembali teringat dengan pertanian organik setelah terinspirasi oleh guru yoga yang seorang vegetarian.

Maka pada tahun 2012 di Bali, Maya kembali menyewa tanah seluas 3000 meter persegi untuk lahan pertanian sekaligus mendirikan badan usaha yang bernama Twelve's Organic, sebuah wadah perkumpulan petani yang akan dibina dan bekerjasama dengannya.

MODERNISASI PERTANIAN ORGANIK ITU PENTING

Maya kembali ke desa Cleket, Mojokerto dengan membawa Twelve’s Organic. Maya membimbing puluhan petani yang dibagi dalam dua kelompok tani berdasarkan spesifikasinya, yakni Kelompok Petani Madani yang fokus kepada sayuran dan Kelompok Petani Swadaya yang fokus menanam raspberry dan blueberry, serta membuat pupuk organik.

Para petani wanita memanen hasil pertanian organik (Sumber: Instagram @twelves.organic)
Para petani wanita memanen hasil pertanian organik (Sumber: Instagram @twelves.organic)

Para petani wajib ikut empat kelas pelatihan yaitu kelas pemahaman pertanian organik, kelas budidaya, kelas penjaminan mutu organik, dan kelas manajemen kebun.

"Di kelas manajemen kebun saya akan jelaskan secara transparan mengapa sayur organik harganya lebih tinggi. Saya akan sampaikan hitung-hitungan ke petani berapa biaya benih, berapa ongkos tenaga, berapa harga perawatannya, dan berapa bagian yang didapat petani. Tidak cuma itu, kami bahkan mempertemukan petani dan konsumen di pertemuan konsumen supaya petani ini tahu mengapa kualitas sayurnya harus bagus," kata Maya.

Sejak 2015, Maya dan Wita menjual produk sayur mereka langsung ke tangan konsumen. Dengan begitu, mereka bisa langsung mengedukasi konsumen dan mengetahui permintaan pasar secara langsung.

Seiring berjalannya waktu, kini Maya juga memasarkan hasil panen lewat media sosial agar bisa memutus rantai distribusi yang dianggap tidak adil bagi para petani.

TITIK TERANG PERTANIAN ORGANIK BAGI KEHIDUPAN BERKELANJUTAN

Berkat upaya yang dilakukan bersama komunitas yang didirikannya, Maya mampu mengubah lahan-lahan terbengkalai menjadi lahan subur berkelanjutan. Petani menjadi lebih mandiri dan dapat menciptakan pasar sendiri tanpa harus bergantung pada tengkulak.

Twelve’s Organic juga telah mengubah lahan pertanian menjadi konsep fresh garden market, di mana konsumen dapat melakukan agrowisata dengan melihat, memilih dan memanen hasil sendiri.

Hingga kini Maya memiliki 300 konsumen tetap dari skala rumah tangga, serta belasan reseller, dan beberapa outlet organik. Maya selalu meyakinkan para petani bahwa petani adalah sebuah profesi menjanjikan dan pekerjaannya tidak sekadar mencangkul.

Setahun menjalankan Twelve's Organic, dirinya berhasil memasok hasil panen dari lahan pertaniannya untuk dikirim ke supermarket dan hotel.

Twelve’s Organic sudah memiliki pasar yang jelas yaitu 80-an rumah tangga, 5 supermarket, dan 4 restoran. Seringkali juga Twelve’s Organic mengundang tamu dari luar negeri untuk datang ke kebunnya. Mereka belajar cara bertani organik dan saling bertukar informasi. Selain itu, mereka mulai memasok sayuran, buah-buahan dan bumbu dapur organik ke banyak hotel.

Berkat konsistensi dan kegigihannya membangun mindset para petani, pada tahun 2016, Maya berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Duta Petani Muda Pilihan Oxfam Indonesia. Dan pada tahun 2019, dirinya kembali mendapatkan sebuah penghargaan sebagai salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2019 di bidang lingkungan.

Tentu saja penghargaan bukanlah tujuan akhir dari perjalanan Maya, tetapi melalui apresiasi tersebut Maya semakin bersemangat dan terlecut untuk terus berdedikasi dan berkontribusi lebih luas lagi untuk sesama dan negara.

Sepak terjang Maya Stolastika Boleng pada industri pertanian yang tidak mudah menyerah memberikan makna bagi generasi muda untuk tidak berhenti berkarya dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.

Konsistensi, kesabaran dan usaha yang terus-menerus diperbaiki dengan niat bertumbuh pada akhirnya akan memberikan manfaat dan hasil yang besar pada waktunya.

Satu orang seperti Maya dapat berdampak bagi pertumbuhan satu desa, apalagi jika ada seratus atau seribu Maya, tentu bukan hanya pertumbuhan bagi setiap desa saja, tetapi juga membawa pembaharuan dan perubahan signifikan bagi negara dan ekosistem yang lebih luas lagi. #APAxKBN2025

Referensi 

Instagram resmi Twelve’s Organic

https://upland.psp.pertanian.go.id/artikel/1717259240/kenali-6-strategi-kementan-dalam-regenerasi-petani

https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2023/12/04/2050/hasil-pencacahan-lengkap-sensus-pertanian-2023---tahap-i.html

https://www.nicheagriculture.com/organic-farming-vs-conventional-farming/

https://www.freshppact.org/blog/conventional-farming-vs-organic-farming/

https://infomojokerto.id/desa-wisata-claket-pacet-mojokerto-nuansa-dingin-khas-pegunungan/

https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun