Bukan tanpa hambatan Maya membangun usahanya. Kehidupan masyarakat di Desa Wisata Claket masih sangat erat dengan nilai-nilai tradisional, sehingga banyak yang menolak konsep pertanian yang dibawa Maya bersama ketiga temannya yang lain.
Belum lagi di awal perjalanannya, lahan seluas 0,5 hektare dengan satu petani perempuan dan dua petani laki-laki itu gagal total karena ternyata ilmu pertanian dan bisnis Maya dan temannya belum cukup memadai. Hasil panen 1,2 ton sawi hijau atau caisim terbuang begitu saja karena mereka tidak bisa memasarkannya. Ketiga temannya mundur, hanya menyisakan Maya Stolastika dan Herwita Rosalina.
Modal mereka ludes dan menyisakan kerugian, tetapi keduanya tidak menyerah begitu saja. Maya dan Wita berniat memperdalam ilmu yang belum mereka kuasai tersebut. Mereka menjual hasil panen dari orang lain dan belajar banyak tentang kualitas produk, masa panen dan cara pengemasan yang baik.
Usaha Maya sempat berhenti karena tidak direstui oleh orang tuanya. Dia juga diremehkan orang-orang karena lulusan sarjana tetapi berjualan sayur. Menjadi petani memang bukanlah pekerjaan impian bagi kebanyakan orang.
Oleh sebab itu, Maya pindah ke Bali dan bekerja di perusahaan asing milik orang Jerman dan Australia. Beberapa saat di Bali, Maya kembali teringat dengan pertanian organik setelah terinspirasi oleh guru yoga yang seorang vegetarian.
Maka pada tahun 2012 di Bali, Maya kembali menyewa tanah seluas 3000 meter persegi untuk lahan pertanian sekaligus mendirikan badan usaha yang bernama Twelve's Organic, sebuah wadah perkumpulan petani yang akan dibina dan bekerjasama dengannya.
MODERNISASI PERTANIAN ORGANIK ITU PENTING
Maya kembali ke desa Cleket, Mojokerto dengan membawa Twelve’s Organic. Maya membimbing puluhan petani yang dibagi dalam dua kelompok tani berdasarkan spesifikasinya, yakni Kelompok Petani Madani yang fokus kepada sayuran dan Kelompok Petani Swadaya yang fokus menanam raspberry dan blueberry, serta membuat pupuk organik.
Para petani wajib ikut empat kelas pelatihan yaitu kelas pemahaman pertanian organik, kelas budidaya, kelas penjaminan mutu organik, dan kelas manajemen kebun.