Banyak yang berasumsi bahwa petani itu profesi kecil, tidak perlu berpendidikan tinggi, hasil panen tergantung iklim, dan berpenghasilan rendah. Nyatanya peran petani sangat besar bagi keberlangsungan kehidupan ekosistem di dalamnya.
Sebelumnya, stereotip ini muncul karena petani sering dianggap sebagai buruh kasar yang pekerjaannya hanya berhubungan dengan cangkul dan tanah, serta memiliki risiko tinggi gagal panen. Selain itu, banyak juga petani yang tidak memiliki lahan sendiri sehingga harus menggarap lahan orang lain dan diupah harian.
Generasi muda khususnya milenial jarang yang melirik sektor pertanian, karena citranya kurang bergengsi, sehari-hari bekerja di lapangan dan panas-panasan, membakar punggung dengan rasa lelah yang tidak sebanding dengan penghasilannya. Selain itu, ada banyak sektor lain yang lebih menarik seperti industri.
FAKTA KETIMPANGAN PEMINAT DI SEKTOR PERTANIANÂ
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rata-rata usia petani di Indonesia telah mencapai 55 tahun pada 2024, yang mengindikasikan para petani telah berada pada usia tidak lagi produktif. Akibatnya, banyak lahan pertanian yang terbengkalai atau kurang terkelola dengan baik. Jumlah petani milenial yang berumur 19–39 tahun sebanyak 6.183.009 orang, atau sekitar 21,93 persen dari total petani di Indonesia.
Data ini menunjukkan bahwa di sejumlah daerah profesi petani masih menjadi bidang pekerjaan yang banyak ditekuni masyarakat, umumnya berusia senior. Tetapi bagi generasi muda, sektor ini kurang menjadi andalan pekerjaan.
Banyak dari mereka berbondong-bondong lebih memilih bekerja di perusahaan swasta atau pemerintah, dan sedikit yang mau mengelola sumber daya alam yang tersedia. Ini ketimpangan yang nyata.
Padahal kalau dicermati, sektor pertanian adalah sektor yang berperan sangat vital sebagai penyedia pangan utama bagi kebutuhan dasar manusia, penopang ekonomi melalui penyediaan lapangan kerja, dan memberikan kontribusi menghasilkan devisa negara melalui ekspor.
JEJAK MAYA STOLASTIKA BOLENG MEMBANGUN PELUANG BAGI PETANI MELALUI PERTANIAN ORGANIK
Di zaman serba digital dengan pertumbuhan yang dinamis seperti sekarang ini, ada sosok wanita muda yang jeli melihat peluang. Keyakinannya yang kuat pada masa depan industri pertanian, membuat dia tertarik menggeluti bidang ini. Dia adalah Maya Stolastika Boleng, lahir di Waiwerang, Flores, Nusa Tenggara Timur.