Mohon tunggu...
Erda R Asyira
Erda R Asyira Mohon Tunggu... -

Peneliti Pariwisata, Pembangunan Masyarakat dan Perencanaan dan Penulis Novel "From Borneo to Hawaii" 

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelemahan Metode Debat dalam Pilkada

17 April 2017   17:07 Diperbarui: 17 April 2017   17:31 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilkada adalah sebuah konsensus bersama untuk menentukan siapa pemimpin suatu wilayah administratif. Dalam prosesnya banyak hal yg menarik untuk dicermati. Salah satunya adalah metode 'debat' dalam kampanye Pilkada. Mencermati bagaimana sebuah debat dihadirkan di tengah tengah masyarakat, membuat saya berfikir tentang beberapa kelemahan metode ini dan mengusulkan bagi para perencana pemilihan umum untuk mempertimbangkan metode lain yg lebih bisa mengakomodir keperluan kampanye tanpa harus beradu kata kata di panggung. 

Pertama, debat tidak mempresentasikan keseluruhan program secara tematis dan komprehensif, cenderung penjelasan partial
Kedua, di dalam proses debat, respon jawaban dari masalah cenderung "ingin lebih" dari paslon lain, yg mungkin ketika dipikirkan mendalam belum tentu bisa direalisasi; sehingga terkesan berjanji muluk muluk karena terpancing paslon lawan
Ketiga, dengan selalu mengikuti debat, hal tersebut dapat memunculkan persepsi bahwa yg jago debat berarti jago teknis dilapangan. Padahal bisa jadi keduanya tidak saling berhubungan. Karena ada orang - orang yg tak pandai beretorika tetapi pandai mengorganisir kegiatan taktis. 
Keempat, debat sangat berpotensi memunculkan sakit hati paslon dan pendukung; karena seringkali ada sindiran dan serangan kata kata. Hal ini diikuti biasanya dengan sindiran dan serangan  sesudah debat selesai, bisa berhari hari berminggu minggu, bahkan sampai meresap dihati jadi permusuhan antara golongan. 
Kelima, debat akan menutup peluang bermusyarawah dan saling memberikan masukan; dimana seharusnya semua paslon itu bisa saling bekerja sama dalam penyelenggaraan pemerintahan, meskipun ia tak terpilih nantinya.

Untuk itu tulisan ini mengusulkan untuk coba menggali metode lainnya yg lebih adem. Salah satu yg saya pikirkan adalah presentasi atau paparan. Presentasi program secara terstruktur, sistematis, dan tematis. Lalu disambung tanya jawab dua arah antara masyarakat dan calon. Paslon lawan memberikan masukan dg arif dan kasih sayang. 

Kendati demikian, metode presentasi memang tetap harus dikiritisi nantinya, menyangkut waktu (berapa lama per kandidat), konten, moderasi yg netral dan audiense yg mestinya terbuka menerima gagasan konstruktif.  Selain itu, tentu saja ada dimensi persoalan lain diluar metode kampanye yg bisa jadi pemicu keributan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun