"Berisikkkkkkk!"
Wajah Rika tampak merah. Tangannya terus saja menggedor-gedor pintu. Entah tak mendengar atau tak peduli yang punya pintu tak bereaksi. Kesal tidak mendapat tanggapan Rika pun memperkuat gedorannya. Semenit, dua menit, lima menit, Rika masih bicara pada pintu.
Brakk!
Rika memukul kuat-kuat pintu di depannya. Dia pun kembali berteriak, kali ini karena kesakitan. Dengan tersungut-sungut dia memegangi tangannya dan menjauh dari pintu. Hati yang dongkol menuntunnya ke ruang depan. Tidak lama, pintu yang tadi tertutup rapat tiba-tiba terbuka. Rika mempercepat langkahnya  dan segera masuk ke kamar.
"Ma, mati lampu ya?"
"Rasain," kata Rika lirih.
"Jam segini kok sudah mati lampu, tambah nggak bener nih orang-orang," mama yang tadi sibuk di dapur keluar sambil ngomel.
"Bukan mati lampu buk, itu saklarnya..." kata bang Diman.
"Emang pada mainan apa sih sampek nggak cukup dayanya?"
Bang Diman yang tadi melihat Rika di dekat saklar listrik diam.