Mohon tunggu...
Rina Susanti
Rina Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Mama dua anak yang suka nulis, ngeblog dan motret. Nyambi jualan kopi dan jualan anggrek/tanaman hias. Bisa intip blog saya di www.rinasusanti.com

Mama dua anak, penulis lepas dan blogger. www.rinasusanti.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

'Horornya' Calo Kargo di Bandara

7 Desember 2016   02:45 Diperbarui: 7 Desember 2016   13:12 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita tibalah saya di hari harus mengirim barang ke kargo di Bandara Soeta. Dengan bekal petunjuk nama jalan saya sampai di Terminal 3 yang memang khusus kargo.

Saya langsung melihat Masjid Aladin yang menjadi petunjuk dari kargo yang sudah saya telepon sehari sebelumnya. Kendaraan kami perlambat begitu melihat penampakan sebuah gudang dengan banyak barang terbungkus. Mungkin di sini kantonya, pikir saya.

“Mau kemana Bu, kirim barang atau mengambil barang?” tanya seorang bapak dengan name tag menggantung, menghentikan laju kendaraan kami.

“Kirim,” jawab saya.

“Oh di sini bu, silakan parkir. Kirim ke mana Bu?”

“Pangkalan Bun.”

“Mana barangnya, biar saya bantu turunkan,” lanjut dia. Supir saya membukakan bagasi dan membantu menurunkan barang, berupa dua dus besar.

Lalu si penanya yang saya pikir salah satu karyawan kargo karena memakai nama name tag berinisiatif membawakan barang saya ke arah gudang, saya mengikuti langkahnya. Seorang lelaki dengan pakaian lebih rapi menyambut saya dan menimbang barang kami.

“20 Kg Bu, tapi dihitung volume kena 30 Kg.”

Lha berat amat padahal saya hitung volume cuma 12 Kg (saya kan biasa hitung volume paket karena hampir tiap hari kirim barang dagangan via JNE). Tapi saya diam saja karena bingung.

Lalu dia meminta saya mengikutinya ke lantai dua. Saya minta rekan saya menemani karena rada serem juga ya kondisinya, banyak kuli lalu lalang. Rekan saya tak lain adalah petani bunga. Berhubung Pak Suami ngantor, jadi dia meminta petani kami menemani saya sekalian biar dia tahu juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun