Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Penyebab Rendahnya Minat Baca Kita

25 Mei 2023   08:57 Diperbarui: 9 Juni 2023   11:01 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak sedang serius membaca buku di Saung Baca Cianjur, Jawa Barat yang didirikan mantan cleaning service, Sandi Mulyadi (36)(KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

Rendahnya minat baca masih merupakan persoalan yang terus diperbincangkan dalam masyarakat. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan minat baca, belum ada solusi yang benar-benar efektif dalam mengatasi masalah ini.

Banyak pendapat dan hipotesa yang memudian muncul. Ada yang berpendapat bahwa minat baca yang rendah disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendukung. Hipotesa ini ada juga benarnya. Sebab, fasilitas pendukung seperti perpustakaan dan akses terhadap buku masih amat terbatas.

Namun, saya justeru berpendapat lain. Sebagai seorang pustakawan yang terlibat dalam pengelolaan perpustakaan dan kegiatan literasi selama 3 tahun terakhir, saya melihat adanya faktor-faktor lain yang juga berperan penting dalam memahami fenomena rendahnya minat baca. Meskipun kurangnya fasilitas dapat mempengaruhi minat baca seseorang, faktor ini tidaklah menjadi satu-satunya penyebab utama.

Ada banyak perpustakaan yang telah berstandar baik. Namun masih sedikit pengunjung. Beragam inovasi telah dilakukan nyatanya tidak berpengaruh secara signifikan. Artinya ada persoalan lain yang lebih dominan.

Saya melihat lingkungan sosial menjadi penyebab paling dominan. Lingkungan   memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan membaca seseorang. Dukungan keluarga, pertukaran buku antar teman sebaya, dan sistem pendidikan yang memberikan akses ke berbagai literatur beragam, semuanya dapat mempengaruhi minat baca.


Kegiatan membaca. Foto: Kompas (Humas. KG Media)
Kegiatan membaca. Foto: Kompas (Humas. KG Media)

Sebagai catatan tambahan, pada masa lampau, konon katanya nilai-nilai kearifan lokal kita lebih sering disampaikan secara lisan (bertutur) daripada ditulis. 

Oleh karena itu, literatur tertulis tentang kebudayaan, kearifan lokal, dan cerita masa lampau sulit ditemukan karena kurangnya catatan yang memadai.

Kebiasaan bertutur dalam menyampaikan nilai kearifan lokal pada masa lampau telah membentuk budaya kita. Dampaknya masih terus dirasakan sampai hari ini. Masyarakat kita lebih menyukai materi visual dibandingkan materi tertulis. 

Selain itu, terdapat juga faktor-faktor psikologis yang berperan dalam membentuk minat baca, seperti motivasi, minat pribadi, dan kepuasan dalam membaca. 

Di negara maju seperti Amerika, dalam kondisi darurat atau krisis kunjungan ke perpustakan akan cenderung bertambah. Mereka menyadari betul bahwa krisis dapat dihadapi dengan mempelajari literatur terkait. 

Hal semacam ini mungkin tidak akan terjadi di negeri kita. Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat baca, diperlukan pendekatan yang holistik yang tidak hanya bergantung pada peningkatan fasilitas, tetapi juga memperhatikan faktor-faktor tersebut.

Teknologi juga amat sangat berpengaruh terhadap minat baca kita. Utamanya teknologi berbasis visual seperti medsos, game, dan semisalnya. 

Selama menjadi pustakawan, saya seringkali mendapatkan pertanyaan mengenai ketersediaan fasilitas wifi gratis, sedangkan pertanyaan seputar buku terbaru atau buku terbaik jarang diajukan. Hal ini menunjukkan bahwa minat baca juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan preferensi pribadi masyarakat. Terlebih lagi, situasi pasca pandemi COVID-19 semakin memperparah kondisi ini.

Mengingat pengalaman tersebut, perlu diperhatikan bahwa rendahnya minat baca bukan hanya disebabkan oleh kurangnya fasilitas semata. Faktor-faktor lain juga berperan penting. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, dan sektor swasta untuk membangun budaya literasi yang lebih kuat.

Ilustrasi membaca dan menulis.   Foto: Antara
Ilustrasi membaca dan menulis.   Foto: Antara

Untuk mengatasi rendahnya minat baca dan memperkuat literasi dalam masyarakat, saya melihat penting untuk melakukan 7 langkah konkrit dalam hal peningkatan minat baca. 

Pertama, peningkatan fasilitas. Meskipun kurangnya fasilitas bukanlah satu-satunya faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya minat baca, penyediaan fasilitas yang memadai seperti perpustakaan dengan koleksi buku yang beragam, ruang baca yang nyaman, dan akses internet dapat mempermudah aksesibilitas terhadap bahan bacaan.

Kedua, penguatan lingkungan sosial. Mendukung minat baca melalui lingkungan sosial yang positif, seperti keluarga yang mendorong membaca, teman sebaya yang saling membagikan buku, dan pendidikan yang memfasilitasi akses ke literatur yang bervariasi. 

Kolaborasi dengan komunitas lokal dan lembaga pendidikan dapat membantu menciptakan lingkungan yang mempromosikan minat baca.

Ketiga, edukasi dan kampanye literasi. Melakukan kampanye dan kegiatan edukasi literasi yang menarik dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, seperti lokakarya, diskusi buku, dan pertemuan baca. 

Mengedukasi masyarakat mengenai manfaat membaca serta memberikan contoh dan inspirasi melalui cerita sukses individu yang terlibat dalam minat baca.

Keempat, menyediakan akses terhadap materi bacaan yang beragam. Menyediakan berbagai jenis buku dan materi bacaan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat. Selain buku-buku fiksi, juga perlu diperhatikan penyediaan buku nonfiksi, majalah, koran, dan bahan bacaan populer lainnya yang menarik minat masyarakat.

Kelima, mendorong kolaborasi antar sektor. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan, dan komunitas lokal sangat penting dalam mengatasi rendahnya minat baca. Bersama-sama, dapat menciptakan program-program literasi yang efektif dan berkelanjutan.

Keenam, meningkatkan kualitas pendidikan. Menyediakan pendidikan berkualitas yang mendorong minat baca dan membangun kebiasaan membaca sejak dini. Memperkaya kurikulum dengan kegiatan membaca yang interaktif dan menghadirkan berbagai genre literatur untuk meningkatkan minat baca. Selain itu, peningkatan kapasitas guru juga perlu dilakukan. Sebab, guru menjadi ujung tonggak kemajuan pendidikan.

Terakhir, memanfaatkan teknologi. Mengintegrasikan teknologi dalam program literasi untuk menjangkau lebih banyak orang, misalnya dengan mengembangkan aplikasi bacaan digital, platform belajar daring, dan audiobook. Tidak lupa juga mengintegrasikan teknologi berbasis AI seperti chat GPT dan semisalnya.

Dalam upaya meningkatkan minat baca, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki preferensi dan minat yang berbeda. Oleh karena itu, perlu gerakan beragam dan dilakukan secara kolektif semua unsur masyarakat. Yang paling penting, peningkatan minat baca dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan terdekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun