Soemitro dan Zhou Enlai mewakili generasi pertama pemikir ekonomi Asia yang percaya bahwa rasionalitas dan moralitas bangsa bisa berjalan bersama. Kini, Purbaya muncul sebagai penerus generasi itu dalam versi kontemporer: teknokrat nasionalis yang berani menggunakan kebijakan fiskal untuk memulihkan dinamika ekonomi tanpa kehilangan disiplin anggaran. Ia bukan sosialis, bukan liberal, tetapi nasionalis-pragmatis.
Dan dalam garis sejarah yang panjang, posisi itu adalah kelanjutan alami dari dua tradisi besar Asia: developmentalism Soemitro dan pragmatism Zhou Enlai. Kalau Soemitro pernah berkata bahwa "negara harus cerdas, bukan besar," dan Zhou Enlai menegaskan bahwa "kebijakan harus melayani rakyat, bukan ideologi," maka Purbaya hari ini sedang berusaha membuktikan keduanya, bahwa kecerdasan fiskal yang berpihak pada rakyat adalah ideologi paling kuat dari bangsa yang sedang tumbuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI