Mohon tunggu...
Rina Khusnawati
Rina Khusnawati Mohon Tunggu... Administrasi - Sedang Belajar Hidup

Semakin banyak ilmu pengetahuan yang dipahami seseorang dia akan mampu melihat dirinya lebih dalam dan mengetahui kesejatiannya. Segala sesuatu diluar akan tampak apa adanya, mengalir dan indah. ~Bunda Arsaningsih~

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Virus Corona Virus yang Hidup di Internet Saja

12 Juli 2020   15:29 Diperbarui: 12 Juli 2020   15:20 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

" Mbak, kok nggak pakai masker?"

"Lha kan sudah selesai to Mbak, coronanya?"

Percakapan kemarin siang dengan mbak pramuniaga toko depan kantor membuat saya terkejut seketika. Betapa tidak, situasi pandemi Corona masih begini, hasil uji rapid test dan swab test masih menunjukkan penambahan setiap hari. Bahkan di Jogja yang relatif adem, juga masih ada saja temuan pasien baru. Tapi ternyata banyak orang yang seolah-olah tidak menganggap ini ada, apalagi menganggap ini berbahaya.

Bukan hanya itu, baru-baru ini, media online ramai memberitakan sebuah pesta pernikahan  yang berakhir duka di sebuah kota di Jawa Tengah. Setelah pesta Ayah, ibu, adik dan beberapa anggota keluarga lain yang hadir dalam acara itu akhirnya meninggal dunia karena terpapar virus corona. Ternyata pesta yang berlangsung di tengah pandemi ini tidak menerapkan protokol kesehatan semestinya.

Memang menurut tradisi dan keyakinan masyarakat, bulan ini dianggap sebagai bulan baik untuk menyelenggarakan pernikahan. Tradisi ini sudah mengakar begitu kuat dan dilaksanakan turun temurun. Keyakinan akan "bulan baik" ini kontras sekali dengan keyakinan menjaga kesehatan melalui budaya baru yang dikenal sebagai "New Normal", yang masih perlu terus digaungkan edukasinya kepada masyarakat.

Sekitar seminggu lalu, saya pun mendapati dua tetangga saya menyelenggarakan hajatan pernikahan, salah satunya adalah seorang tokoh di kampung kami. Bagi saya, menerima kabar tetangga dekat mengadakan acara hajatan pernikahan di tengah pandemic seperti saat ini adalah sebuah dilema, di satu sisi ingin mentaati himbauan pemerintah untuk menghindari berkumpul-kumpul dalam jumlah besar. 


Di sisi lain, kehidupan di kampung menuntut setiap warganya bisa bersosialisasi dengan baik. Jika sebagai warga kampung tidak bisa bersosialisasi dengan baik sesuai norma adat kampung setempat, maka sanksi sosial masyarakat kampung bisa jadi lebih kejam dari hujatan netizen di sosial media. Apalagi saya sebagai pendatang yang hidup dan tinggal di kampung ini, tentu saja juga dituntut untuk bisa beradaptasi dan bersosialisasi dengan baik.

Dengan menepiskan segala dilema dan kecemasan, saya memutuskan datang ke hajatan pernikahan tersebut dan tak lupa mengenakan masker. Berharap semua tamu undangan dan tuan rumah menerapkan protokol kesehatan dengan baik juga.

Sesampai di tempat acara, dari sekian banyak orang yang hadir, saya melihat tidak sampai lima orang yang mengenakan masker. Semua tamu bercakap-cakap, seperti hari-hari sebelum pandemi. 

Beberapa orang justru terlihat memandangi saya dengan tatapan keheranan, mungkin saya nampak aneh, karena nggak bersalaman ketika datang dan tetap pakai masker saat menyapa mereka. Pesta ini sangat normal seperti pesta-pesta yang digelar sebelum corona melanda. Rasanya gemas menyaksikan ini semua. Apakah menyelenggarakan pesta pernikahan itu lebih wajib daripada menjaga keselamatan?

Protokol kesehatan seperti menjaga jarak fisik, cuci tangan dan mengenakan masker, rasanya sudah mulai diabaikan, ibarat menanam pohon, sebelum mulai berakar sudah rontok daunnya. Edukasi melalui poster, anjuran di media televisi, media cetak, media online dan sebagainya tak cukup kuat menyentuh kesadaran masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun