Mohon tunggu...
Rina Natalia
Rina Natalia Mohon Tunggu... Freelancer - -corin-

i juz an ex. Accountant with big luv on Writing and Singing. enjoy being a Marketing in the recent years 😉

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Review Novel "Jodoh Tepat Waktu" Karya Wulan Darmanto

20 Oktober 2021   14:10 Diperbarui: 21 Oktober 2021   12:38 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Facebook  Wulan Darmanto

Hari-hari berlalu, Wulan memang tidak lagi “mengganggu” Didik. Namun ketika Didik akhirnya lulus SMA, Wulan ternyata tidak bisa untuk tidak menulis surat. Surat itu berisi permintaan maaf, ucapan selamat, sekaligus disitu dicantumkan nomor telepon rumahnya...barangkali nanti perlu. Surat itu sengaja dia taruh di lemari tempat menaruh Al Quran di Mushola, tempat Didik biasa kesitu. Wulan bukannya tidak tahu malu, dia sudah diam dan menyimpan segala rasa di hati saja sejak penggerudukan itu. Nyatanya Didik sudah punya rumah di dalam hatinya dan rumah itu tidak akan pernah tergusur. Dan setelah tujuh tahun kemudian, Wulan baru menyadari bahwa semua yang dilakukan dengan ketulusan cinta itu tidak pernah berbalas. (Baca Bab: Di Hari Kelulusanmu)

 Dalam perjalanan waktu, Wulan juga akhirnya lulus SMA dan melanjutkan kuliah di FISIP UNS (Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo). Kampus yang berbeda dengan Didik, yang diceritakan kuliah di Sosiologi UGM (Universitas Gajah Mada, Yogyakarta). Di kampus UNS inilah, Wulan bertemu dengan Rahadian, lagi-lagi kakak kelas (beda angkatan). Pria yang biasa saja, yang dia kenal di LKI (Lembaga Kegiatan Islam). Menjadi tidak biasa karena ternyata Rahadian ini memiliki gerak-gerik dan kemiripan wajah dengan seseorang di masa lalunya. (Baca Bab: Pesona Rahadian) Yup...Rahadian mengingatkan Wulan akan sosok Didik. Hanya bedanya, Rahadian bukan sosok yang arogan. Walau dia cukup terkenal di kampus UNS, tapi dia rendah hati, sopan dan bersahaja. Kepribadiannya ini yang pada akhirnya dianggap oleh Wulan sebagai sebuah kharisma tersendiri. Mereka saling menaruh hati sebenarnya, hanya saja terhalang oleh kaidah-kaidah Islam yang dipegang teguh oleh sesama anggota LKI :O

Hubungan Wulan dengan Rahadian pun terpaksa juga harus diakhiri. Hanya gara-gara mereka kepergok berduaan oleh sepasang mata anggota LKI dan harus menerima konsekuensinya. Lagi-lagi Wulan harus berpisah dengan seseorang yang sudah mencuri hatinya. Namun bedanya dengan Didik, sebelum pergi Rahadian meminta bertemu Wulan, dia membuat sebuah pengakuan, berpamitan untuk bekerja di kota lain dan janji untuk kembali. (Baca Bab: Pengakuan 7 Menit dan Bab: Kehilangan Pelangi)

Janji itu ditepati Rahadian beberapa tahun kemudian. Dengan cara formal tapi seperti kebetulan, lewat CV yang dikirimkannya ke Mbak Wanti. Mbak Wanti dalam novel ini diceritakan sebagai istri Mas Totok, rekan kerja Wulan yang bekerja di penerbitan. Mbak Wanti tidak tahu bahwa Rahadian dan Wulan sebenarnya sudah saling kenal. Tujuan perkenalan itu tentu saja adalah pernikahan, semacam ta'aruf begitu ya, dan kalau sesuai prosedur, mereka harus menunggu dipertemukan dulu oleh Mbak Wanti dalam tempo 7 hari. Rahadian melakukan ini karena dia tidak ingin mengulang kesalahan masa lalu. Perasaan Wulan campur aduk jadinya. Kamu...bagaimana mungkin setelah semua ini, aku bisa bilang ‘tidak’. Selanjutnya Wulan memilih sabar, tidak lagi mengejar cinta seperti dulu. Menunggu Rahadian. Yang jauh akan menjadi dekat. Yang kabur akan menjadi jelas. Mereka akan segera bertemu secepatnya. (Baca Bab: Gang Jodoh dan Bab: Kejutan Sabar)

Persoalan menjadi rumit ketika di tahun yang sama, Didik tiba-tiba hadir kembali dalam hidup Wulan. Adalah Neima, teman SMA-nya yang dalam sebuah pertemuan membujuk Wulan untuk menyimpan nomor hp Didik. Sesuatu yang sangat aneh dan awalnya ditolak oleh Wulan, karena merasa tidak ada gunanya menyimpan dan bertukar nomor hp dengan orang yang dari dulu tidak pernah menghargainya. ‘SUDAH BERAKHIR...’ begitu SMS Wulan ke Neima. (Baca: Prolog) Tapi Neima berusaha meyakinkan Wulan bahwa Didik yang sekarang sudah jauh berubah, dia ingin mengenal Wulan lebih jauh dan memperjelas semuanya. Bahkan Neima juga meminta supaya Wulan mau melihat profil Didik di Friendster. (Baca Bab: Sebaris Testimoni)

Hohoho...mungkin ada pembaca yang tidak tahu Friendster itu apa:D :P Friendster (FS) itu sosmed juga, bahkan seingat saya ada lebih dulu sebelum Facebook (FB). Yaa...setidaknya saya pribadi punya akun FS di tahun 2006, sementara FB baru di tahun 2008. Sayang sekali FS dalam perkembangannya kalah jauh dibanding FB, menghilang begitu saja dari peredaran sosmed. Hmm...

Kenangan buruk akan Didik, terutama soal penggerudukan yang pernah dilakukannya di SMA, membuat Wulan merasa berat dan sekaligus malas mengingat-ingatnya. Tapi dengan segala ragu bercampur ingin tahu, Wulan membuka Friendster juga. Lewat bantuan Rudi, temannya yang pemilik warnet, Wulan meminjam akun FS Rudi untuk membuka profil Didik Darmanto. Wulan mengakui kata-kata Neima kapan hari kalau Didik memang banyak berubah dan itu terlihat jelas di FS nya. Didik dengan rambut gondrong adalah salah satu perubahan yang tidak pernah terbayangkan oleh Wulan. Lalu ada testimoni teman-temannya yang memberi kesan bahwa Didik sekarang lebih gaul dan santai, bukan cowok arogan seperti dulu. Wulan pun akhirnya bercerita pada Rudi tentang siapa Didik, tentang kenakalan dan kegilaan yang pernah dilakukannya kala itu untuk mendekatinya. Rudi tidak menyangka kalau Wulan yang dikenalnya kalem ternyata bisa punya gebetan seperti Didik :D Dan dari cerita Wulan, Rudi berpendapat bahwa Didik itu suka dengan Wulan, hanya saja dia munafik. Sebelum Wulan pulang dari warnetnya, Rudi menanyakan apa Wulan bawa flashdisk. Wulan dengan ragu-ragu memberikannya dan itu dipakai oleh Rudi untuk save as foto profil Didik. Wulan kaget sekaligus tidak mengerti buat apa, tapi dengan santai Rudi menjawab, “Ini kamu simpan. Feelingku, foto ini nanti bakalan kepakai.”  Belum cukup sampai disitu, Wulan kaget lagi ketika Rudi membaca salah satu nama folder di flashdisk miliknya: Angkasa. Pada akhirnya Wulan menceritakan apa isi folder yang sudah lama tidak pernah dibukanya itu, yang adalah kumpulan puisi dan potongan diary sejak SMA. Dan alasan mengapa dinamai Angkasa, yang sedikit banyak ada hubungannya juga dengan Didik. (Baca Bab : Folder Angkasa)

Dan Didik memang menelpon di hp Wulan. Nomor hp Didik yang didapat Wulan dari Neima kapan hari, diberi nama “a Stranger” di phonebooknya :P Telpon pertama itu diterima Wulan tanpa memberi kesan antusias. Bahkan Wulan juga pura-pura kaget saat Didik mengatakan bahwa dia pernah bekerja sebagai wartawan di Jakarta, satu induk perusahaan dengan tempat Wulan bekerja di Solo. (sebelumnya Wulan sudah tahu soal ini dari Neima) Nada suara Didik di telpon itu terdengar ramah dan banyak bertanya tentang kabar Wulan selama ini. Bahkan dia juga memuji Wulan yang sudah berhijab. (sebenarnya Wulan sudah berhijab sejak kuliah semester 1, Didik nya aja yang baru tahu hehehe...) Hal ini membuat Wulan lagi-lagi membenarkan kata-kata Neima bahwa Didik memang sudah jauh berbeda. Tapi Wulan juga merasa dia harus tetap waspada karena baginya semua yang baru terjadi ini seperti mimpi. Dan sebuah SMS dari Didik beberapa detik kemudian setelah telpon ditutup, ‘Suara kamu...bagus:)’, membuat Wulan sadar bahwa dia tidak sedang bermimpi. (Baca Bab: You Were a Stranger in My Phonebook)

Suatu malam, setelah selesai membuat CV untuk Rahadian dan menunggu jam kerja liputan, saat akan melepas flashdisk tiba-tiba mata Wulan tertumbuk pada folder Angkasa dan tergoda untuk membukanya. Ada puisi, diary, surat dan tulisan yang pernah dibuatnya sejak SMA. Semua yang ditulisnya untuk Didik dari kelas 1...2...3, sampai lulus SMA, kuliah, sampai....sampai...kemudian dia bertemu Rahadian dan Wulan tidak lagi menulis apapun...

Ketika Wulan dalam sebuah kesempatan bertemu Neima lagi, mereka berdebat soal dua pria ini. Wulan masih tidak mengerti mengapa Neima begitu antusias menghubungkannya dengan Didik?! Mereka berdebat tentang arti bahagia, cinta dan tujuan pernikahan. Neima juga menyadarkan Wulan yang seolah lupa dan mengesampingkan perasaan cintanya terhadap Didik, padahal sebenarnya terus mencari dan menunggu. Semua itu disembunyikan saat bertemu Rahadian, pria yang membuat Wulan merasa ditunggu dan dicintai. Wulan terhenyak dengan semua omongan Neima itu. Lalu Neima menyinggung soal blog baru di FS nya Didik yang menurutnya ditujukan untuk Wulan. Dan ketika Wulan membantahnya, Neima mengatakan bahwa Everybody's Changing, semua hanyalah soal waktu. "Beri dia kesempatan, Non...Berilah hatimu kesempatan," katanya. Wulan makin tidak mengerti, bagaimana mungkin dia harus memprioritaskan Didik yang masih belum jelas, dibanding dengan Rahadian yang nyata-nyata menunggunya. (Baca Bab: Everybody's Changing)

Lain Neima, lain pula Andini. Andini adalah teman kuliah Wulan di kampus UNS, yang dulu juga menemaninya bertemu Rahadian untuk berpisah. Andini yang selalu membawa keceriaan di hati Wulan dengan nalar positifnya. Dan Wulan mengajaknya bertemu kali ini, sebelum Andini pindah untuk kerja di Jakarta. Andini bukan pejuang cinta, dia orang yang mencintai dan menunggu dalam diam. Diceritakan sebenarnya Andini dulu menyukai Sugi, mahasiswa FISIP UNS beda angkatan. Tapi sungkan untuk mengejar karena menurutnya harusnya pria yang mengejar wanita, seperti halnya Rahadian ke Wulan, bukan sebaliknya. Pendapat yang tentu saja bertentangan dengan Wulan. Karenanya dia menasehati Andini dengan menggunakan analogi mahasiswi FKIP yang lari-lari mengejar bus SCT. Menurut Wulan, mereka mengejar bus karena mereka tahu tujuan mereka: ingin segera sampai di rumah, bus SCT hanya perantaranya. Katanya, "Kalau tujuan kamu adalah dia, kejarlah. Berupayalah. Kalau pun takdir nanti tidak membawamu ke tujuan, bersabarlah. Lalu tetapkan tujuan baru." Yang lalu dijawab Andini dengan balik bertanya, "Mas first love adalah tujuan awalmu, lalu Rahadian adalah tujuan baru?" Dan ekspresi Wulan yang terlihat bimbang dan seperti tidak bahagia, membuat Andini bertanya lagi, "Kenapa nggak kamu temui dulu first love-mu itu, baru ketemu Rahadian? Biar kamu juga yakin." Membuat Wulan menarik nafas panjang. Dia sudah lelah dan terlalu lama mengejar Didik tanpa kejelasan. "Tapi nyatanya dia datang lagi. Katamu orang lari ngejar bus karena dia tahu tujuannya adalah rumah? Kenapa nggak kamu terapkan ke dirimu sendiri?" kata Andini lagi. Wulan seperti ditampar keras mendengarnya. Nasehatnya jadi senjata makan tuan. (Baca Bab: Takdir Semanis Madu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun