Mohon tunggu...
Rikha Munawar Siregar
Rikha Munawar Siregar Mohon Tunggu... Writer

Full timer Writer part time Banker

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teknik upcycle pada limbah ceker melahirkan produk fashion yang bernilai ekonomi dan mendukung prinsip desain fashion yang sustainable

6 Oktober 2025   19:49 Diperbarui: 6 Oktober 2025   19:55 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto Instagram @hirka.Official

Siapa yang menyangka kulit kaki ayam bisa menjadi salah satu bahan baku pembuatan sepatu?


Bagi sebagian orang hanya mengenal dan mengetahui kaki ayam alias ceker ayam sebagai  salah satu bahan baku untuk pengolahan makanan yang kerap kali kita temui disekitar, seperti soto ceker, dimsum ceker,  ceker krispi dan olahan lezat ceker lainnya.  Dari hasil pengolahan ceker, di industri makanan,  kulit ceker selalu dibuang karena biasanya ada kotoran yang menempel pada kulit  tersebut. Kotoran ini bisa berasal dari tanah, pakan, atau genangan air yang kotor.  Sehingga kulit ceker biasanya dibuang karena persoalan kebersihan dan tidak nikmat untuk dikonsumsi.  Kulit ceker yang terbuang ini berpotensi menjadi  limbah karena tidak bisa diolah.

Ternyata, tidak hanya menggugah selera,  ceker ayam kini bertransformasi menggugah trend fashion yang membawa inovasi baru dalam produk. Seperti yang dilakukan pemuda asal Bandung, Nurman Farieka Ramdhany, yang   memanfaatkan  ceker sebagai bahan dasar dari pembuatan sepatu. Usaha Inovatifnya hadir sejak 2015 dan diperkenalkan di tahun 2017  yang dikenal dengan nama, Hirka. Nurman memilih kata Hirka yang berasal dari bahasa Turki yang berarti “dicintai” karena terinsipirasi dari semangat pemuda Turki.

Sumber: Foto Instagram @hirka.Official
Sumber: Foto Instagram @hirka.Official

Berawal dari perjalanan Nurman membaca jurnal ayahnya hingga meneliti kulit ceker ayam, ia terjun melakukan riset dan bekerja sama dengan perajin cibaduyut. Inovasi produk ini menjadikan Nurman sebagai peraih SATU Indonesia Awards pada tahun 2019 lalu.

Sejak 2015, Nurma dan timnya meneliti berbagai jenis kulit ceker dan mengampanyekan kulit ceker sebagai alternatif ramah lingkungan terhadap kulit ular atau buaya. Mereka bekerja sama dengan sentra pengrajin di sepatu Cibaduyut, Bandung, serta mitra pengolahan kulit untuk mengembangkan teknik penyamakan dan menjahit kulit ceker. Tekstur dari kulit ceker ayam ini yang memberikan pola yang berbeda sehingga setiap sepatu memiliki ciri khas unik yang membedakannya dengan produk sepatu kulit lainnya. Kulit ceker ayam dipilih karena memiliki tekstur layaknya kulit buaya, bahkan jika dibandingkan dengan kulit ular, kulit ceker ayam tidak mudah rapuh. 

Sumber: https://www.tempo.co/ekonomi/sepatu-kulit-ceker-ayam-hirka-semakin-dikenal-ini-rahasianya-604917
Sumber: https://www.tempo.co/ekonomi/sepatu-kulit-ceker-ayam-hirka-semakin-dikenal-ini-rahasianya-604917

Signature material dari Hirka ini secara tidak langsung mengurangi dampak limbah kulit ceker ayam. Selain itu, material yang digunakan sebagai  bahan baku juga bisa menjadi subtitusi untuk bahan baku pembuatan separtu sehingga bisa mengurangi penjualan kulit ular dan buaya, demi kelestarian fauna serta menjaga ekosistem lingkungan.

Teknik pengolahan pengembangan dari bahan limbah menjadi bahan baku ini dikenal dengan istilah upcycle atau upcycling. Menurut Kay dan Pilz (1994) upcycling adalah proses transformasi barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih berguna dan seringkali bernilai lebih tinggi daripada awalnya. Hirka hadir dari pengembangan teknik upcycle kulit ceker ayam yang diolah menjadi bahan baku sepatu. Proses yang dimulai dari riset mendalam mengenai tekstur kulit ceker ayam yang diolah menjadi sepatu yang memiliki nilai dan kualitas yang setara dengan kulit lainnya. Sebagai pemilik, Nurman menghadirkan Hirka sebagai salah satu produsen sepatu kulit berbahan dasar kulit ceker ayam pertama di dunia dan telah merambah ke pasar internasional. Inovasi ini tidak hanya membawa dampak positif bagi lingkungan dengan mengurangi limbah, tetapi juga membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi pengrajin sepatu yang sebelumnya bergantung pada kulit eksotik. Parahnya, Indonesia merupakan negara pengekspor kulit eksotis dari perburuan ilegal yang mengancam eksistensi hewan tersebut.

Sumber: Foto Instagram @hirka.Official
Sumber: Foto Instagram @hirka.Official

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun