Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Si Cantik Kolang Kaling, Buah Primadona Saat Ramadan

11 Mei 2020   21:51 Diperbarui: 11 Mei 2020   22:13 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berada di daerah tropis, membuat Indonesia bagai surga tempat tumbuhnya aneka pohon yang buahnya dapat dinikmati. Sebagian buah dapat dinikmati begitu saja secara langsung. Sebagian yang lainnya lebih enak dinikmati setelah diolah menjadi berbagai jenis makanan.

Walaupun berasal dari bahan yang sama, adat dan kebiasaan suatu daerah, terkadang melahirkan bentuk makananan yang berbeda. Tak jarang Satu jenis buah, melahirkan bermacam-macam makanan yang sama sekali berbeda satu sama lain. Baik dari segi bentuk, rasa, bahkan warna yang ditampilkan.

Pengolahan jenis penganan dari buah ini juga mengikuti masa atau peruntukannya. Buah yang sama boleh jadi diolah dengan cara yang berbeda ketika akan dihidangkan pada acara yang berbeda pula.

Bicara  makanan ramadhan tentu tidak bisa lepas dari takjil. Mengikuti Kamus Umum Bahasa Indonesia, takjil berarti mempercepat. Artinya mempercepat berbuka, atau menyegarkan berbuka. Dengan demikian takjil bukanlah makanan utama. Tapi semacam hidangan pembuka. Biasanya berupa minuman atau penganan kecil yang disantap sebelum hidangan utama.

Disinilah buah-buahan sering digunakan. Selain segar, buah-buahan kaya serat dan mengandung banyak air untuk pengganti cairan yang berkurang selama puasa.

Diantara buah-buahan yang tersedia di Indonesia, kolang kaling merupakan buah wajib yang selalu hadir kala ramadhan tiba. Bahkan di suatu daerah, kita hanya dapat menemui kolang kaling di pasaran pada saat ramadhan saja. Dengan warna putih serta tekstur yang kenyal, kolang kaling memang terlihat menggiurkan. Belum diolah saja telah mengundang selera. Bentuknya yang lonjong sekilas mirip dengan buah rambutan. Bentuk ini juga barangkali yang membuat kolang kaling kadang disebut biji salak di beberapa daerah. Daerah lain ada yang menyebutnya dengan buah tap.

Penamaan buah tap bukan tanpa alasan. Kolang kaling memang diolah dari buah pohon enau atau aren. Daun pohon enau kadang digunakan secara tradisional untuk atap rumah pada zaman dahulu. Tidak banyak yang tahu sebelum sampai ketangan konsumen dalam bentuk seperti yang kita kenal, kolang kaling mengalami proses pengolahan yang panjang dan sedikit rumit. Memetik kolang kaling dari batang pohon enau tidaklah semudah yang diperkirakan. Berjenis palma  ini memiliki ketinggian yang tidak bisa dijangkau tangan orang dewasa. Karena itu diperlukan tangga khusus agar dapat memetik buahnya dengan leluasa.

Setelah dilakukan pemetikan, proses belum berhenti sampai disini saja. Kulit buah harus dibakar  agar terkelupas untuk bisa mendapatkan buah putih nan lembut itu. Selanjutnya direbus guna menghilangkan getah yang terkandung dalam buah.

Buah yang lazim dijual dengan ukuran gelas ini,  membanjiri pasar-pasar Indonesia saat ramadhan. Baik pasar tradisional, maupun pasar modren. Konsumenpun memburu buah ini guna diolah menjadi penganan yang lezat untuk disantap.

Banyak sekali jenis makanan Indonesia termasuk pengananan ramadhan berbahan dasar kolang kaling. Yang paling sederhana maupun yang sedikit rumit. Menambahkan kolang kaling dengan sejumlah sirup dan es batu dalam gelas, sudah cukup untuk sekedar pelepas dahaga saat berbuka. Kolang kaling juga dapat kita temui dalam varian buah yang ada pada es campur dan  es teler. Kolak adalah makanan lain yang menggunakan kolang kaling sebagai bahan dasarnya. Campuran kolang kaling dalam kolak menimbulkan sensasi tersendiri. Sebagai penyeimbang buah pisang dan ubi dalam kolak yang cenderung lembek.

Apapun olahan kolang kaling favorit kita, semuanya menyehatkan. Karena buah ini  terbukti secara ilmiah mengandung protein, karbohidrat, vitamin, kalsium, potasium, zinc, zat besi, antioksidan, dan antiinflamasi. Disamping kadar air yang sangat tinggi mencapai 93,8% setiap 100 gr. Karena itu buah ini dapat disantap semau yang kita suka. Karena tersedia melimpah diseluruh daerah Indonesia. Enak, menyehatkan, dan murah. Jadi, tidak perlu memakai buah  impor kan? (Rima. Z)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun