Mohon tunggu...
Riky Rinovsky
Riky Rinovsky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cinta Damai

Anak Negeri Ujung Utara Indonesia https://gurindam.id

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Hamparan Batu Natuna sisa Peradaban Benua Atlantis?

30 Juli 2011   16:48 Diperbarui: 29 Desember 2021   01:07 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


[Hamparan batu di tepian laut natuna][Batu Natuna]

Hamparan batu di sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Natuna memiliki pesona tersendiri dengan berukuran raksasa sanggat sulit tergambarkan sangking besarnya batu etah dari mana asal usulnya, natuna kini  menjadi pemikat tersendiri oleh para turis local maupun manca negeara sengaja singgah ke Natuna untuk melihat pemandangan eksotis.

Cerita legenda bebatuan bertenger rapi di bibir pantai semenanjung Ujung utara Indonesia sanggat  ramai di jumpai terlebih dekat  pingiran pantai desa  tanjung kecamatan Bunguran timur laut Kab natuna.   

Apa bila kita melihat panorama pantai di pucak  Jalan Senubing  lokasinya persis di radar 212 TNI Sangat terlihat  jelas hamparan batu berukuran raksasa terdapat disana, bahkan hingga kini belum ada yang bisa menjelaskan dari mana asal batu itu muncul. 

Anehnya, batu-batu itu tidak hanya muncul di satu tempat, melainkan muncul di sepanjang pantai di kab Natuna.

Bentuk batu yang besar berwarna hitam dengan ketinggian dan diameter kurang lebih mencapai puluhan meter ini membuat orang yang melihat terkesima, sambil berkata dari mana asal batu itu muncul. 

Jika diperhatikan lebih lanjut hamparan batu tersebut tidak hanya berjumlah ratusan tapi jutaan batu.

Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik. Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. 

Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.

 “Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Seperti dikutip dari dithaisper.blogspot.com

Salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis jika memang benar  adalah Pulau Natuna, Riau. 

Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.

Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.

Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.

Bicara soal keberadaan batu, masyarakat di daerah ini sangat bersyukur dengan munculnya batu-batu, karena selain membantu memberikan perlindungan dari tabrakan ombak laut, batu juga bisa mereka manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti dengan cara dibakar, dipecah lalu dijual.

Ternyata di balik keunikan batu tersebut dari Kualitas batu hitam atau yang di kenal dengan sebutan " granit"  yang ada di kampung Rujin Padang Bulu desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau, ternyata berkualitas ekspor. 

Hal ini terlihat dari kandungan batu granit yakni Plagioklas, Alkali fedsfar dan Kuarsa. Dengan kandungan ini, batu granit lebih keras dengan corak warna hitam kehijauan.


Menurut salah seorang pengusaha tempatan, Raja Paat, kualitas batu granit tersebut diketahui setelah dilakukan uji lab ke ITB, Bandung. Penelitian dilakukan tahun 1992 oleh Prof.Muhammad Yasin yang merupakan ahli geologi ITB.

“Kandungannya membuat batu granit Natuna bisa bersaing di pasaran Internasional khususnya batu granit asal RRC, yang kini menguasai pasar batu granit dunia,” ungkap Raja Paat, dirinya yang memprakarsai penelitian tersebut.

Dijelaskan dia, hasil uji lab menyebutkan bahwa ada 17 poin keunggulan batu granit Natuna dari batu granit RRC. Utamanya adalah kilauan batu atau star light yang lebih terang.

Sedangkan kekerasannya disebutkan 6 kali lebih keras dari kekerasan batu granit yang beredar di pasaran dunia. Selain itu, batu granit Natuna, dua per tiganya mengandung Alkali Feldsfar.

“Selama tahap kristalisasi akhir, pada batu granit Natuna akan terbentuk ortoklas dan plagioklas Pada bagian tengah mineral terdapat alkali feldsfar sedangkan bagian tepinya terdapat plagioklas. Selain itu, mineral maficnya berupa biotic coklat dengan inkluksiapatit zikronallanit dan kandungan biji besi dalam jumlah sedikit,” terangnya.

Paat mengungkapkan, pasar dunia sangat membutuhkan Tile Granit untuk kebutuhan arsitektur gedung penganti kramik maupun marmer batu granit. 

Tile granit yang ada di pasaran dunia ada tiga tipe yakni hitam, hijau dan merah. Dari tiga tipe tersebut yang paling banyak diminati adalah berwarna merah dan hijau. Sedangkan batu granit Natuna merupakan tipe granit Hitam Kehijauan.

Paat yakin, jika pengelolaan batu granit di Natuna dilakukan secara modern, maka akan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Karena itu, ia tengah berupaya menggandeng investor untuk mengembangkan bisnis penambangan batu granit di Natuna.

Hanya saja, sejauh ini, belum ada investor yang berminat. Untuk itu, Paat mengharapkan peran pemerintah daerah untuk mendatangkan investor penambangan batu granit ke Natuna.

Paat menyebutkan bahwa di Natuna terdapat ladang batu granit seluas 1000 Ha lebih. Hamparan batu granit tersebut tersebar di penjuru daratan dan pantai yang ada Rujin Padang Bulu desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur.

Paat menambahkan, selama ini, perhatian pemerintah terhadap potensi batu granit Natuna masih minim. Ini membuat masyarakat tempatan menganggap batu granit yang ada kurang bernilai. Masyarakat hanya memecah batu menjadi kerikil, untuk kemudian dijual ke pasaran.

“Padahal, jika batu tersebut dikelola secara modern, bisa menghasilkan rupiah 10 kali lipat. Misalnya dipotong dengan alat pemotong Slad Mitord, tentu bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik sehingga nilai jualnya lebih tinggi,” tambah Paat.

Paat berharap adanya perhatian Pemkab Natuna untuk mendatangkan investor agar masyarakat bisa mendapatkan kesempatan serta lapangan pekerjaan. Sebagai contoh adalah Pemkab Karimun yang berhasil mendulang PAD ratusan miliar dari tambang batu granit yang ada.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun