Berdomisili di linkungan berkultur baru, mau tidak mau mengharuskan seseorang untuk mengenal budaya setempat. Bahasa merupakan bagian dari khazanah budaya. Apabila seorang pendatang mengenal sedikitnya bahasa setempat, maka kejadian lucu dan menegangkan, sekaligus memalukan seperti cerita ini,tidak akan terjadi.
Makan siang hari ini di kantin perusahaan membuat saya tertawa terpingkal-pingkal, bahkan sampai keluar sedikit air mata. Seorang teman, sebutlah Alan menceritakan pengalamannya ketika kuliah di Jogya. Alan berasal dari Brebes Jawa Tengah. Memang dalam pergaulan sehari-hari Alan memang jarang bergaul dengan orang Jawa. Menurut Alan, dia lebih banyak bergaul dengan orang Indonesia Timur. Ketika itu walapun sudah dua tahun di Jogya, bahasa Jawanya masih pas-pas-an
Alan yang fasih berbahasa Sunda itu berteman dengan orang Jawa bernama Gepeng. Kalau ingin menyapa orang di perkampungan dengan bahasa jawa halus, hendaknya menggunakan kata “Segawon”. Alan menceritakan bahwa Gepeng ketika itu menjelaskan bahwa “Segawon” itu kata sapaan yang halus dalam bahasa Jawa, yang artinya seperti “permisi”.
“ Jadi kalau lewat di suatu tempat katakanlah “Segawon pak”, sambil sedikit membungkukkan badan. Artinya kurang lebih permisi untuk numpang lewat “ begitu kata Gepeng kepada Alan.
Suatu ketika Gepeng berboncengan sepeda motor dengan Alan, melewati sudut-sudut gang sempit di kawasan sekitar Jalan Malioboro Jogya. Tipikal gang-gang sempit, banyak anak-anak kecil berlarian di tengah suasana khas kota Jogya dengan atmosfir perkampungan yang hangat.
Gepeng yang memegang kemudi sepeda motor. Sementara itu Alan membonceng di belakang sambil tersenyum ramah di atas sepeda motor .
Di sudut jalan yang sempit, sepeda motor berjalan pelan. Alan melihat dua orang bapak berumur sekitar lima puluh tahunan duduk berhadap-hadapan sedang bermain catur. Dengan ramah, Alan melempar senyum kepada dua bapak tadi sambil mengatakan “ Segawon Pak “. Di sepanjang jalan bergang sempit itu Alan beberapa kali menyapa orang-orang dengan mengatakan “ Segawon Pak…. “.
Setelah kira-kira dua puluh meter Alan sepeda motor berjalan, Alan merasakan ada benda tumpul keras sekali menghantam punggungnya. Alan mengaduh kesakitan sambil menengok ke belakang. Ternyata sebuah sandal besar baru saja meluncur, terlontar ke punggungnya. Sambil memegang punggung sambil mengerang kesakitan. Alan tidak tahu siapa yang melempar sandal itu, Alan minta Gepeng menghentikan sepeda motor.
“ Maksudmu opo Mas ngelokke Segawon( Maksudmu apa Mas mengatakan Segawon ) “ sergah bapak yang tadi main catur sambil mengeluarkan kata-kata kasar sebuah binatang dalam bahasa Jawa
Alan pun bingung tidak menyadari kesalahan yang diperbuatnya. Belum selesai muka polosnya tersiram kepanikan, bapak-ini menunjuk nunjuk mukanya.
“ Ati-ati jenengan nek ngomong Mas (hati-hati kalau bicara Mas)” kata bapak berkacamata tebal yang main caturnya terganggu.
Sesaat kemudian Alan berpaling ke Gepeng. Belum sempat Alan melempar kata-kata, Gepeng sudah melesat meninggalkan Alan di tengah-tengah orang kampung yang berkerumun.
Akhirnya Alan buka mulut,” Maaf Pak saya tidak mengerti maksud Bapak. Saya ini orang Sunda, belum lancar berbahasa Jawa “
Orang kampung memaksa Alan menunjukkan kartu identitas. Alan pun lemas pasrah kalau pun massa marah itu memukulinya. Dengan tangan gemetar dikeluarkanlah KTP dan disodorkan ke bapak berkacamata tebal.
“ Lha ini KTP mu Brebes, jangan bohong kamu “bapak berkacamata. Sejenak kemudian Bapak ini memanggil tetangganya yang orang Sunda.
“ Mas Alan , ini orang Sunda, kalau sampeyan benar-benar orang Sunda, coba bicara sama tetangga saya ini“ kata Bapak berkacamata setelah melihat nama di KTP dengan ketus.
Kemudian tetangga Sunda ini berbicara dengan Alan dalam bahasa Sunda. Alan nampak fasih sekali berbahasa Sunda. Dengan Bahasa Sunda Alan menjelaskan permasalahannya. Dari penuturan orang Sunda itu , Alan baru mengetahui kalau Segawon itu adalah bahasa jawa halus untuk Anjing.
[caption id="attachment_197552" align="aligncenter" width="400" caption="www.cartoonstock.com"][/caption] Alan mengatakan kepada orang Sunda ini, bahwa sepengetahuannya bahasa jawa anjing adalah (maaf) “Asu“. Tetapi kalau Segawon dia tidak mengetahui kalau artinya juga anjing (bahasa jawa halus). Barulah Alan sadar duduk perkaranya. Kata Segawon dipahami Alan sebagai kata sapaan dalam bahasa jawa halus. Gepeng lah yang sengaja becanda dengan menjelaskan arti yang salah kepada Alan
Tetangga yang orang sunda tadi akhirnya menyarankan Alan untuk minta maaf kepada bapak-bapak yang disapanya. Melihat percakapan yang cukup panjang dalam bahasa sunda, akhirnya orang kampung percaya kalau Alan memang tidak paham dengan “kata sapaan” yang dilontarkannya.
Alan pun meninggalkan jalan sempit itu dengan berjalan kaki sambil terus merenungi kejadian yang baru dialaminya.
Masak ada “Segawon” kok main catur..ada ada saja.
Rikho Kusworo Ditulis 6 September 2012 Selesai Jam 4.30 Sore
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI