Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ghosting dan Profesionalisme di Dunia Kerja

13 Oktober 2020   12:03 Diperbarui: 14 Oktober 2020   08:37 2712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tenggat waktu menyelesaikan pekerjaan. (sumber: shutterstock)

Kepala terasa berat dan berputar, leher terasa kaku, dan radiasi dari telepon genggam membuat tubuh saya terasa lebih lemah. Menurut saudara saya, saya memerlukan kacamata antiradiasi. Menurut saya, saya memerlukan tatap muka dan bukan tatap layar. Sayang sekali, hal ini mustahil di tengah pandemi.

Di tengah pemakaian gawai yang berlebihan gara-gara pandemi, muncul satu ketakutan baru di dalam diri saya dan banyak pekerja lain. Ketakutan ini bukannya tidak beralasan, tapi bisa dieliminasi karena sebenarnya tidak perlu dan kontraproduktif. Apakah itu?

Ghosting.

sumber gambar: Talia Trakim/dailyorange.com
sumber gambar: Talia Trakim/dailyorange.com
Saya belum menemukan padanan yang pas di dalam bahasa Indonesia; "menghantui" rasanya bukan kata yang tepat untuk menerjemahkan istilah ini. Saya kutip dari Wikipedia, ghosting adalah praktik menghentikan semua kontak dan komunikasi dengan orang lain tanpa alasan dan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Definisi singkatnya, ghosting itu nyuekin orang lain. Seseorang tiba-tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi bukan karena ia sedang berada di dalam situasi luar biasa seperti kemalangan atau kondisi berduka sehingga tidak bisa menjawab pesan/telepon dari kita. Ia menghilang karena ia mau saja, selayaknya ghost. Hantu.

Aspek fisik yang berpindah menjadi virtual dalam banyak pekerjaan kita membuat ghosting ini kerap terjadi. Di saat komunikasi utama kita dilakukan via pesan teks dan panggilan video, nyuekin orang lain dengan cara mematikan notifikasi pesan sudah dibaca atau tidak mengangkat panggilan telepon adalah cara seseorang untuk ghosting dan meninggalkan orang lain dalam pertanyaan dan kebingungan.

Apakah ini fair? Untuk semua pihak yang terlibat dalam sebuah komunikasi, ghosting adalah sebuah praktik yang tidak fair. Setiap kali ada orang yang ghosting saya, entah itu klien atau tim saya sendiri, saya selalu panik. Mengapa?

Karena ada tanggung jawab dan kewajiban yang belum diselesaikan. Ada pekerjaan yang jadi tertunda atau terbengkalai, dimana pekerjaan itu melibatkan pihak lain selain saya. 

Ada tenggat waktu yang harus diikuti, ada rencana yang harus dijalankan, dan semuanya itu bisa buyar jika salah satu pihak yang berkepentingan tiba-tiba ghosting. Nyuekin semuanya tanpa sebab dan tanpa berita kapan ia akan kembali melakukan tugasnya.

Ghosting di dalam relasi sosial seperti hubungan keluarga, pertemanan, dan romansa bukanlah fokus dari pembahasan saya kali ini. Saya ingin menyoroti ghosting di dunia kerja yang kurang lebih menggambarkan kita ini tipe orang dengan etos dan etika kerja seperti apa.

Selain menyediakan jasa pembuatan furnitur, saya juga memerlukan jasa mendesain sampul muka untuk buku-buku yang saya terbitkan secara independen. Selama empat tahun menggeluti dunia kepenulisan, sudah berbagai macam orang dengan berbagai macam etika kerja yang saya temui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun