Dia akan bisa membayangkan apa yang dianggap penting atau tidak oleh mendiang. Penulis seolah-olah menonton ulang potongan-potongan dari hidup mendiang, yang akan menjadi pencerahan untuk menulis sebuah obituari yang mengena dan berkesan di hati.
2. Jika Anda menulis obituari, maka berandai-andailah sebagai keluarga mendiang.
Banyak kebudayaan yang menyelenggarakan acara pemakaman sebelum penguburan, dimana orang-orang bergantian menyampaikan bela sungkawa dan kesan mereka akan orang yang baru saja berpulang.Â
Ada juga kebudayaan yang memilih menyelenggarakan acara penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan setelah pemakaman dilangsungkan. Setiap keluarga dan setiap kebudayaan mempunyai pilihan mereka masing-masing.
Coba bayangkan diri Anda sebagai tamu pada acara pemakaman atau penghiburan itu dan membacakan obituari yang Anda tulis di hadapan pasangan hidup/anak/saudara/orang tua dari mendiang. Tiba-tiba Anda bicara tentang mendiang yang gemar mengupil. Tidakkah hal itu akan merusak reputasi yang mendiang tinggalkan?
Atau bayangkan Anda tiba-tiba bicara tentang kesalahan yang dilakukan oleh mendiang di masa lalu, yang menyebabkan orang tua mendiang bersedih. Tidakkah keluarga mendiang akan merasa malu mendengarnya?
Jika Anda sebagai penulis obituari merasa tidak nyaman membicarakan hal-hal itu secara langsung di hadapan orang banyak, maka sebaiknya Anda tidak menuliskannya.Â
Apalagi sebuah tulisan obituari bersifat 2 dimensi yang rentan disalahmengerti oleh mereka yang membacanya, seperti pada tulisan saya yang ini tentang komunikasi antara guru dan orang tua selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Tuliskanlah hal-hal yang benar-benar terjadi di dalam kehidupan mendiang, tentang kepribadiannya, tentang warisannya kepada keluarga dan orang-orang terdekatnya. Tuliskanlah hal-hal yang mendiang percayai, bela mati-matian, bekerja keras untuk mencapainya. Tuliskanlah mengenai sikapnya, pilihan-pilihan yang dia buat, dan hal-hal yang dia kurang sukai.
Tuliskanlah hal-hal yang mungkin hanya diketahui segelintir orang, misalnya kesukaan mendiang akan tari Jaipongan. Sebagai penulis obituari, Anda dapat mengumpulkan informasi tersebut dengan cara mewawancarai orang-orang yang paling dekat selama mendiang hidup.
Terkadang orang-orang hanya memperhatikan apa yang mereka ingin perhatikan, dan melewatkan detail penting tentang orang yang menghabiskan hidup bertahun-tahun dengan mereka.