Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

K-Tigers, Kombinasi Apik antara Taekwondo dan K-Pop

11 Juli 2020   22:57 Diperbarui: 12 Juli 2020   06:04 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: @TOWER_Shibuya (Twitter)

Pembaca budiman, kapan Anda pertama kali mendengar kata "taekwondo"? Saya pertama kali mendengarnya pada tahun 2003 ketika saya berkenalan dengan tiga orang Korea Selatan di kampus Tokyo Tech yang mengundang kami untuk mengikuti Young Scientist Exchange Program (YSEP). 

Mereka bernama Yu Yu Jin, Han Ah Ram, dan Lee Jee Hoon yang berasal dari kota Daegu dan Seoul. Pada usia 21 tahun mereka semua adalah pemegang sabuk hitam (Dan) dalam olahraga taekwondo.

Pada acara perkenalan kebudayaan sebelas negara asal dari dua puluh satu orang peserta program penelitian, ketiga orang ini mendemonstrasikan Koryo, serangkaian jurus dasar yang harus dikuasai oleh para pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai dengan Dan 9 (tingkat yang paling tinggi pada taekwondo). 

Jurus-jurus yang mereka peragakan terlihat sangat indah, kompak, hampir seperti menari karena ada acuan delapan arah mata angin dan jumlah langkah untuk setiap tahapan.

Tiga belas tahun kemudian anak saya yang sulung tertarik untuk mengikuti les taekwondo di sebuah dojang (sasana untuk berlatih) yang dikelola oleh orang Korea. Setelah anak saya mendaftar, saya ditawari untuk mengikuti juga kelas untuk ibu-ibu pada pagi hari tiga kali dalam seminggu.

Saya pikir ini kesempatan yang baik untuk berolahraga sambil menunggu anak pulang sekolah. Kelasnya hanya berlangsung selama satu jam setiap pertemuan, namun impaknya luar biasa. 

Dalam tiga bulan berat badan saya turun delapan kilogram dan tubuh saya terasa lebih ringan dan segar. Biayanya pun terjangkau, 200 ribu Rupiah per bulan yang dipakai untuk makan bersama para sunbae (senior, saya paling muda dan memakai sabuk paling rendah jadi saya adalah junior) dan Sabeomnim (guru taekwondo) sekali dalam sebulan.

Perlu diketahui bahwa ada beberapa kekhususan di dalam cabang olahraga/seni bela diri ini. Yang diajarkan dan dipertandingkan oleh dojang tempat kami berlatih ada tiga:

1. Poomsae: jurus, rangkaian gerakan dasar tangan, tendangan, dan kuda-kuda yang dinamai Taegeuk (satu sampai delapan), Koryo, Keumgang, dan seterusnya, seperti halnya Kata dalam olahraga karate.

2. Gyeorugi: sparring, pertarungan satu lawan satu antara taekwondo-in (olahragawan taekwondo) dengan memakai peralatan pelindung diri lengkap dan pencatatan skor berdasarkan jenis tendangan yang dilayangkan. Gyeorugi menggunakan tendangan yang dipelajari pada poomsae untuk mengalahkan lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun