Mohon tunggu...
Rija Rizki Ari Nugraha
Rija Rizki Ari Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

" Life is a journey to be experienced, not a problem to be solved."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjuangan Penjual Nasi Uduk Keliling di Masa Pandemi

20 Oktober 2021   14:15 Diperbarui: 20 Oktober 2021   15:56 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanif, sosok seorang pemuda yang sangat muda umurnya. Di umurnya yang sudah mendekati kepala dua, dia harus bekerja untuk keperluan keluarganya. walaupun  dengan keadaan badannya yang mati setengah di karenakan dia mengalami stroke ringan dia rela berjualan nasi uduk keliling dari satu tempat ke tempat lainnya.

Di subuh hari dengan keadaan yang begitu dingin, Hanif menyiapkan nasi uduk yang hendak dia jualkan. Dengan bantuan ibunya dia mulai memasak bahan-bahan yang telah dia siapkan,setelah itu dia mulai memasukkan bahan-bahan yang telah dimasak kedalam kertas  minyak, dan setelah memasukkan ke kertas minyak dia Menyusun nasi uduknya  dengan rapih kedalam keranjang plastic berukuran sedang.

Pukul 07.00 Hanif mulai berjalan dari rumahnya ke tempat biasa dia berjualan. Hari ini matahari sangat bersinar terik, tetapi dengan penuh kesabaran Hanif terus berjalan walaupun keringat membasahi seluruh tubuhnya. Sesampainya di tempat dia pun menaruh keranjang jualannya dan mulai menunggu pembeli datang.

Hari mulai semakin siang dan matahari pun semakin mengeluarkan terik panasnya. Tapi sampai sekarang belum ada juga yang membeli jualannya. Biasanya jam segini sudah banyak yang membeli jualannya Hanif. Namun dari tadi pagi baru beberapa saja yang terjual. Mungkin ini dikarenakan lagi pandemic Covid-19 yang membuat orang jarang untuk membeli sarapan di luar dan lebih memilih sarapan di rumah saja.

Hanif pun mencari cara untuk dapat menjual nasi uduknya, dia berjalan sambil menawarkan nasi uduknya “permisi pak,ibu nasi uduknya pak masih baru, baru tadi pagi saya membuatnya.’’ Katanya dengan senyuman yang menyimpan harapan agar ada yang membeli nasi uduknya

Setelah berjalan cukup Panjang akhirnya ada sebuah mobil berhenti di depannya. Ada sosok pria yang menyamperi dia. “permisi nak harga nasi uduknya  berapa nak,”tanya pria itu kepada Hanif. “murah kok bang harganya sepuluh ribu rupiah saja satunya, ini nasi uduknya  baru saya buat tadi pagi” jawabnya dengan sangat penuh Bahagia. “oke nak, kalo begitu saya beli semuanya aja ya nak, kebetulan saya pengen membelikan sarapan kepada kariyawan saya di kantor, ujar seorang pria tadi. “Alhamdulillah ya Allah boleh bang silahkan saya sangat berterima kasih kalo di beli semua” jawab Hanif dengan mata yang berkaca-kaca. “baik nak ini uangnya, kembaliannya buat kamu saja semoga dapat membantu walaupun tidak banyak” ujar pria itu dengan senyuman yang sangat ikhlas. “masya Allah ini beneran bang, terima kasih banyak semoga abang berserta keluarga diberikan rezeki berlimpah dan diberikan Kesehatan selalu.”

Hanif  duduk di pinggir jalan sambil memegang uang yang berjumlah lima ratus ribu, dia sangat senang sampai meneteskan air mata.setelah berduduk lumayan lama, akhirnya dia pun Kembali kerumah dengan wajah yang sangat Bahagia dan dia pengen cepet-cepet sampai ke rumah untuk menyampaikan k ibunya apa yang dia dapatkan.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun