Mohon tunggu...
Rihad Wiranto
Rihad Wiranto Mohon Tunggu... Penulis - Saya penulis buku dan penulis konten media online dan cetak, youtuber, dan bisnis online.

Saat ini menjadi penulis buku dan konten media baik online maupun cetak. Berpengalaman sebagai wartawan di beberapa media seperti Warta Ekonomi, Tempo, Gatra, Jurnal Nasional, dan Cek and Ricek.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Belajar Bahasa Inggris untuk Komunikasi, Bukan Jadi Master

11 November 2019   08:07 Diperbarui: 11 November 2019   08:10 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turis memandu turis dalam bahasa Inggris (kompas.com)

Pelajar Indonesia umumnya memiliki nilai bahasa Inggris yang tinggi. Bahkan nilai ujian nasional Bahasa Indonesia seringkali lebih rendah dengan Bahasa Inggris. Tapi ketika berbicara dalam bahasa Inggris, umumnya orang Indonesia gelagapan. Apa pasal?

Dalam sebuah tayangan di kanal youtube di acara TED, Marianna Pascal, seorang konsultan komunikasi, menjelaskan rahasia kesalahan orang pada umumnya saat mempelajari bahasa asing. Apa itu? Kesalahan utamanya adalah  kita ingin menjadi "Master Bahasa".  Padahal esensi bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Jadi ketika belajar bahasa fokuslah kepada apa tujuan kita berkomunikasi. Jika kita paham dengan apa yang dibicarakan, dan dia juga paham dengan apa yang kita katakan, itu sudah cukup. Berbicara sesuai grammar bukan tujuan berkomunikasi. Dengan demikian, grammar adalah nomor dua. 

Marianna Pascal meminta kita belajar bahasa Inggris seperti kita sedang main game. Permainan  game menggunakan bahasa Inggris, tapi orang yang pas-pasan berbahaya Inggris bisa main dengan lancar. 

Kalau kita ingat saat belajar bahasa di waktu kecil, kita tidak ingat lagi bagaimana caranya. Kita tiba-tiba bisa bicara. Itu yang terjadi pada bayi saat belajar bahasa. Bayi ingin belajar bahasa karena ingin berkomunikasi dengan Ibunya dan orang lain. Karena itu kata yang ia hapalkan adalah panggilan untuk orangtuanya, seperti Mama, Ibu, Ayah dan sebagainya. Kata lainnya yang mendesak ia pelajari adalah: mimi (minum), gendong, minta itu, nggak mau, dan seterusnya. Bayi tidak belajar tata bahasa sambil berkomunikasi. Ketika ia salah ucap, ibunya akan memberi tahu cara berbahasa yang benar sedikit demi sedikit. 

Namun, ketika saya belajar di SMP dan SMA kita diminta bicara dengan gramatikal yang benar. Akibatnya sebelum bicara justru berpikir tentang grammar yang akan dipakai. Padahal, sejatinya berbahasa itu dilakukan berdasarkan hafalan saja. Dalam bahasa Indonesia kita juga mengulang-ulang saja. Kita selalu mengatakan: makan apa, minum apa ya, saya ngantuk, udara panas banget, ngapain sih,  aku risih sama kamu, dan seterusnya. Dari ungkapan itu mana yang sesuai tata bahasa Indonesia yang baik dan benar? Kita berbicara karena meniru orang lain. 

Jadi ketika ada niatan Mendikbud Nadiem Makarim mengutamakan bahasa Inggris percakapan, menurut saya benar. Setidaknya pengalaman saya belajar bahasa Inggris di sekolah, di kursus, kadang cenderung bertujuan untuk mendapat nilai yang tinggi, bukan untuk berkomunikasi. 

Saya juga masih gelagapan berbahasa Inggris karena sering memikirkan grammar yang benar dulu. Kadang saya membuat kalimat dalam bahasa Indonesia di hati, kemudian diterjemahkan dan diucapkan dalam bahasa Inggris. Akibatnya kita kelamaan mikir dan gelagapan.

Padahal seharusnya hafalkan saja kalimat yang pernah diucapkan orang lain. Dalam bahasa, biasanya kita menirukan orang lain. Tak ada yang orisinal dalam berbahasa. Sebab kalau kita berbicara dengan cara lain daripada yang lain, maka orang lain akan menilai kita aneh. Seperti makhluk asing di bumi. 

Sekian dulu dari saya, Rihad Wiranto.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun