Ketika berbicara tentang masa depan bangsa, sering kali yang terlintas adalah pendidikan tinggi atau keberhasilan akademik. Namun, jarang disadari bahwa pondasi dari semua itu justru dimulai sejak masa Anak Usia Dini (AUD). Pada fase inilah seorang anak membentuk dasar kepribadian, cara berpikir, hingga kemampuan sosial yang akan mereka bawa sepanjang hidup.
Menurut para ahli, usia 0-6 tahun disebut sebagai "golden age" --- masa emas perkembangan manusia. Di periode ini, otak anak berkembang sangat cepat, rasa ingin tahunya tinggi, dan segala hal yang mereka lihat bisa menjadi pembelajaran baru. Karena itu, lingkungan sekitar, terutama keluarga dan pendidik, punya peran besar dalam menanamkan nilai-nilai positif.
Pendidikan anak usia dini bukan hanya soal mengenal huruf atau angka, tapi juga bagaimana anak belajar memahami emosi, berinteraksi dengan teman, dan mengenali dirinya sendiri. Misalnya, saat seorang anak belajar berbagi mainan, di situ sebenarnya ia sedang belajar tentang empati. Saat ia belajar mencuci tangan sebelum makan, ia sedang membangun kebiasaan hidup bersih dan disiplin.
Sayangnya, masih ada anggapan bahwa pendidikan formal baru penting setelah anak masuk SD. Padahal, melewatkan masa emas ini bisa membuat potensi anak tidak berkembang optimal. Anak yang sejak dini terbiasa mendapatkan stimulasi positif cenderung lebih percaya diri, kreatif, dan mudah beradaptasi.
Guru PAUD dan orang tua memiliki peran yang tak kalah penting. Keduanya perlu berkolaborasi, saling bertukar informasi tentang perilaku dan perkembangan anak. Dengan begitu, pendidikan anak usia dini tak hanya berlangsung di ruang kelas, tapi juga di rumah, di taman, bahkan di meja makan keluarga.
Pada akhirnya, mendidik anak usia dini bukan hanya tentang menyiapkan mereka agar "pintar", tapi agar mereka tumbuh menjadi manusia yang utuh --- yang tahu cara menghargai diri sendiri dan orang lain. Karena dari tangan-tangan kecil itulah, masa depan besar sedang disiapkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI