Peran ayah sering kali dianggap sebatas pencari nafkah dalam keluarga. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan ayah sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, terutama anak perempuan.
Berdasarkan penelitian, kedekatan anak perempuan dengan ayah justru lebih tinggi dibandingkan dengan kedekatannya dengan ibu. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan banyak ayah yang kurang terlibat secara emosional dalam kehidupan anak. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak serius terhadap psikologis anak.
Elia (2000) mengungkapkan bahwa tidak adanya peran ayah dalam keluarga dapat menyebabkan berbagai masalah, mulai dari kemurungan di masa depan, krisis identitas, rasa takut berlebihan, depresi yang tidak terdiagnosa, hingga kesulitan dalam memecahkan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakpedulian ayah bukan sekadar persoalan kecil, melainkan bisa berdampak jangka panjang terhadap perkembangan anak.
Temuan serupa disampaikan oleh Cahyani, Mandang, dan Kaumbur (2023) yang menyebutkan bahwa ketiadaan figur ayah membawa pengaruh negatif bagi anak perempuan, seperti rendahnya harga diri, rasa malu karena merasa memiliki keluarga yang berbeda, kesepian, kecemburuan, hingga kurang percaya diri.
Pengalaman pribadi juga menunjukkan hal serupa. Seorang penulis mengaku tumbuh dengan ayah yang pendiam dan jarang berkomunikasi, sehingga ia merasa canggung ketika berinteraksi dengan lawan jenis. “Aku juga mudah merasa diperhatikan ketika ada laki-laki berkata manis, seolah itu menjadi bentuk kasih sayang yang jarang aku dapatkan dari ayah,” ungkapnya.
Kondisi ini menegaskan bahwa peran ayah tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan ekonomi. Kehadiran emosional ayah melalui komunikasi, dukungan, atau sekadar mendengarkan cerita anak dapat memperkuat rasa percaya diri anak perempuan, terutama ketika memasuki usia remaja.
Sejauh ini, penelitian tentang peran ayah lebih banyak berfokus pada prestasi akademik atau penghargaan diri. Namun, studi terbaru justru menunjukkan pentingnya peran ayah dalam membangun rasa percaya diri anak perempuan. Hal ini menjadi perhatian khusus, mengingat kepercayaan diri merupakan modal penting bagi anak dalam menjalani kehidupan sosial maupun pendidikan di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI