Dari keterangan kitab tersebut telah jelas bahwasanaya musyawarah itu sangatlah penting bagi seseorang karena dengan adanya musyawarah masalah yang kecil maupun besar atau yang rumit akan cepat teratasi, baik musyawarah terhadap keluarga, teman, sanak saudara, tetangga dan lain sebagainya, apalagi seorang penuntut ilmu, di dalam kitab ta'lim juga dijelaskan kalau penuntut ilmu itu diharuskan untuk melakukan musyawarah baik itu kepada guru maupun teman. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut :
و طلب العلم من أعلى الأمور و أسعابها، فكان المشاورة فيه اهمّ و أوجب
Artinya: Menuntut ilmu adalah perkara paling mulia, tetapi juga paling sulit. Karena itulah musyawarah disini menjadi lebih penting dan diharuskan pelaksanannya.
Dari keempat metode di atas telah dilakukan oleh guru atau ustadz untuk mengajar anak didiknya yang tujuannya yakni untuk mencerdaskan dan medidik agar menjadi murid yang berguna. Adapun ketiga metode tersebut, disebut dengan metode tradisional karena metode tersebut yang menanamkan adalah para wali atau orang terdahulu hingga sampai sekarang. Walaupun ulama sekarang telah mengambil metode modern tetapi ulama atau guru juga tidak meninggalkan metode tradisional karena
berpandangan pada kaidah yang berbunyi :
المحافظة على القديم الصالح و الأخذ بالجديد الأصلح
Artinya: Tetap memelihara hal-hal yang lama yang baik, mengambil hal-hal baru yang lebih baik. ( Limas Dodi, 2013 )
Berbagai macam cara metode belajar mengajar :
1). Fun Learning (menyenangkan)
Sebelumnya seorang guru kembali kepada tahap awal, jadi seorang guru itu harus paham dari sifat masing-masing muridnya, senang nya mereka dalam system pengajaran yang guru mereka sampaikan. Dan kita sebagai guru harus bawa enjoy saat mengajarkan muridnya, sehingga murid kita suka kepada kita, ataupun pelajaran yang kita sampaikan. Berbeda saat guru mengajarkan orang dewasa, jika dari mereka sudah senang, maka mereka akan suka. Tanpa ada nya cara apapun untuk menyenangkannya.
2). Small Step System (bertahap)
Jadi seorang guru itu, mengajarkan nya memang benar-benar dari tahap awal sampai muridnya itu benar-benar bisa dan paham apa maksud dari guru yang telah disampaikan. Dan jangan sampai seorang guru itu melanjutkan ke tahap yang lebih, jika muridnya belum benar-benar paham dan bisa dengan materi yang sebelumnya. Cara seorang guru dalam mengetahui kemapuan muridnya dalam memahami materi tersebut, seorang guru harus evaluasi lagi dari awal materi, dan beri mereka pertanyaan, atau tebak-tebakan dan mengulang kembali pelajaran sebelumnya, dan dari sinilah kita tahu kemampuan mereka dari mana sampai mana.
3). Individual System (memahami setiap dari murid kita)
Pasti dari mereka banyak yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda Dalam apa yang kita sampaikan, misalnya kita membahas satu pembahasan, kan tidak semua murid kita paham apa yang kita jelaskan dan sebagian mereka pasti ada yang bingung, makanya dari kita harus memahaminya dan jangan mengulang pada pembahasan kedua, serta guru akan membuat cara supaya murid nya suka dan senang pada pelajaran yang mereka ajarkan, seperti dalam membuat permainan yang asik, ataupun yang lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu nahwu dikalangan milenial saat ini terutama bahasa arab, ilmu yang menurut saya sedikit peminatnya tapi besar manfaatnya. Sehingga membawa kita lebih memahami arti dalam bahasa Arab. Apalagi digenerasi milenial saat ini, dipenuhi dengan banyak tantangan dan cobaan, ditambah tenaga yang keras dan kurang semangat dalam memahami materi bahasa arab yang disampaikan, akhirnya menghasilkan pembelajaran yang membosankan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Abi. (1980). Ibnu Aqil. Beirut: Dar al-Turast al-Qahirah Beirut
Al-Imrithi, Yahya Syarifudin. (2004). Imrithi. Bogor: Iman billah Bogor
Dodi, Limas. (2013). Metode Pengajaran Nahwu Shorof, diperoleh 14 Desember 2019, dari http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/7/6