Mohon tunggu...
Rifqah Fakhirah
Rifqah Fakhirah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi orang penting itu baik, tetapi lebih penting menjadi orang baik

Jangan pernah katakan bahwa aku mempunyai masalah yang besar, tetapi katakan pada masalah tersebut bahwa aku mempunyai Allah yang maha besar dan maha segalanya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nahwu di Kalangan Minilenial

14 Desember 2019   21:05 Diperbarui: 15 Desember 2019   15:01 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ilmu nahwu adalah salah satu pelajaran yang sangat penting dan suatu alat yang bisa mempelajari kitab dalam bahasa arab serta memahami al-qur'an dan hadits yang menjadi pedoman umat islam di kalangan dunia saat ini. Dalam kitab imrithi, ilmu nahwu adalah ilmu yang mengetahui tingkahya akhir kalimat baik dalam segi I'robnya maupun binanya. (Syarifudin Yahya, 2004 ) 

Sedangkan dalam kitab alfiyah ibnu malik, ilmu nahwu adalah ilmu yang membahas tentang beberapa dasar yang diambil dari qoidahnya orang arab untuk bisa mengetahui tingkah akhirnya kalimat baik dari segi I'rob ataupun segi binanya. ( Abi Abdullah, 1980 )

Hukumnya dalam mempelajari ilmu hawu adalah fadhu kifayah, yang dimaksud kalau sudah satu orang yang belajar, maka kewajiban yang lainnya gugur. ( Syarifuddin Yahya, 2004 )

Ilmu nahwu shorof  diibaratkan dengan Ilmu nahwu adalah bapaknya segala ilmu sedangkan ilmu shorof adalah ibunya segala ilmu.

Faktor dari minat belajar ilmu nahwu adalah adanya kesemangatan, kesungguhan dari para pelajar dalam mempelajari ilmu nahwu juga karena bahasa arab itu, bahasa yang menarik, gampang, dan mudah dipahami untuk dipelajari dan juga menurut pandangan saya, karena saya sangat suka dalam mempelajari ilmu nahwu ini.

Kelebihannya dalam mempelajari ilmu nahwu adalah kita dapat paham dan bisa dalam mengartikan bahasa arab, dengan baik dan benar. Tujuan mempelajarinya untuk memahami al-qur'an dan sunah Nabi SAW. secara detail, dan tidak asal-asalan dalam memperdalam pelajaran tersebut.

Pentingnya ilmu ini, adalah sangat penting untuk memahami pelajaran tersebut, baik itu dalam al-qur'an, hadits, agar tidak terjadi kesalahan makna dalam memahami dan mempelajari ilmu nahwu tersebut yang akan diajarkan kepada orang lain yang butuh akan ilmu tersebut, dan memperdalam pelajaran ini tidak bisa sembarangan, apalagi jika kalimat tersebut berasal dari al-qur'an ataupun hadits. 

Disinilah pentingnya dalam mempelajari ilmu nahwu dan shorof, agar tidak sembarangan ketika memberi makna dalam pelajaran nahwu ini. Maka dari itu, mari kita perdalami lebih mendalam dalam dalam belajar ilmu nahwu dan shorof sebagai bekal untuk pemahaman yang benar terhadap teks-teks bahasa arab, yang bersumber baik itu dari al-qur'an hadits, maupun yang lainnya.

Melihat pada zaman sekarang, banyak nya orang yang kurang dalam mempelajari ilmu nahwu, karena sebagian dari mereka menganggap pelajaran ini susah dipahami dan mereka hanya mementingkan pelajaran yang bersifat umum. Dan lebih baiknya lagi, sebaiknya pemerintah itu mengayomi orang-orang yang ingin mempelajari ilmu nahwu karena adanya kita sebagai manusia ketika mempelajari ilmu nahwu itu akan kembali pada diri kita sendiri, yang dimaksud kita akan lebih memahami makna dalam sebuah kitab yang kita pelajari dan kita nantinya akan mengembangkan kembali pelajaran ini kepada orang-orang yang lebih membutuhkan lagi, sehingga kita nantinya mendapatkan pahala ketika sudah membagi ilmunya. Ilmu nahwu juga dapat membawa kita menuju jalan akhirat sedangkan yang kita sering pelajari yang bersifat umum itu hanya saja membawa kita menuju dunia yang baik. Menurut pandangan saya ilmu nahwu itu, pelajaran yang sangat dasar, sehingga nantinya kita dapat mengetahui makna dalam bahasa arab, al-qur'an, hadits, dan lain sebagainya.


Metode Pengajaran Ilmu Nawu Sorof

Pada  dasarnya  pesantren  hanya  mengajarkan  ilmu  dengan  sumber kajian  atau  mata  pelajarannya  kitab-kitab  yang  ditulis  berbahasa  Arab. Adapun  sumber-sumber  tersebut  mencakup  al-Qur'an  beserta tajwid dan tasrif-nya dan  ilmu kalam, fiqh dan usul  al-fiqh, al-hadith dan mustalah al-hadith-nya,  bahasa  arab  dengan  seperangkat  ilmu  alatnya seperti halnya nahwu shorof, bayan, ma'ani, badi' dan 'arud, tarikh, mantiq dan  tasawuf.  Sumber-sumber  kajian  inilah  yang  dimaksud  sebagai  kitab kuning.

1. Metode Sorogan
Sistem  pengajaran  dilaksanakan  dengan  jalan  santri  atau  murid yang biasanya pandai membacakan sebuah kitab kepada ustadz atau guru dihadapan beliau. Pengajaran dengan sistem ini biasanya diselenggarakan  pada  ruang  tertentu  di  mana  di  situ  tersedia  tempat duduk seorang ustadz atau guru, kemudian di depannya terdapat bangku pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Sedangkan yang  lainnya mempersiapkan  diri  menunggu  giliran  untuk  dipanggil. Adapun pelaksanaannya dapat digambarkan sebagai berikut.
a). Murid atau santri berkumpul di tempat pengajian sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan masing-masing membawa kitab yang akan dikaji.

b). Seorang  murid  atau  santri  yang  mendapatkan  giliran  menghadap langsung  secara  tatap  muka  kepada  gurunya  atau  ustadznya.  Ia membuka bagian  yang  akan  dikaji  dan  meletakkannya  di  atas  mejayang telah tersedia di depan beliau.

c). Guru  atau  ustadz  membacakan  teks  dalam  kitab  itu,  baik  sambil melihat  maupun  hafalan  dan  kemudian  memberikan  artinya  dengan menggunakan  bahasa  melayu  atau  bahasa  daerahnya  yang  sesuai dengan santri atau muridnya.

d). Guru  atau  ustadz  mendengarkan  apa  yang  dibaca    oleh muridnya sambil mengoreksi mana yang salah.
Adapun  metode  ini  termasuk  metode  pengajaran  yang  sangat bermakna,  karena  santri  akan  merasakan  hubungan  yang  khusus  ketika berlangsung kegiatan pembacaan kitab oleh muridnya dihadapan beliau. Murid   tidak   saja   senantiasa   dapat   dibimbing   dan  diarahkan   cara pembacaanya,  tetapi juga dapat  dievaluasi  dan  diketahui perkembangan kemampuannya    sehingga    guru    dapat    memberi    bimbingan    penuh kejiwaan dan mamberikan tekanan pengajaran kepada muridnya tertentu atas  dasar  observasi  langsung  terhadap  tingkat  kemampuan  dasar  dan kapasitas mereka.
Akan tetapi metode ini juga dapat mengukur tingkat pemahama terhadap kitab nahwu shorof seperti halnya sudah dijelaskan di kitab Ta'lim al-Muta'allim yang berbunyi :

 ،وينبغي لطالب العلم أن يعدّ و يقدّر لنفسه تقديرا فى التّكرار 
     فإنّه لا يستقرّ قلبه حتّى يبلخ ذلك المبلغ 
Artinya: hendaknya  yang  lebih  efisien  dan  efektif,  adalah  supaya menghafal   pelajaran   dan mengukur   kekuatan   diri   bagi   mengulang pelajaran  itu,  karena  hal  yang  sedemikian  tiada  hati  seorang  dapat mantap sehingga sampai pada titik tujuan.
Adapun  dampak  negatif  dan  positif  dari  metode sorogan adalah sebagai berkut:
a. Dampak positifnya
1). Santri  lebih mudah  untuk  berdialog  dengan  gurunya  sehingga dalam   dialog   tersebut   akan   menimbulkan   keakraban   dengan gurunya.
2). Guru   dapat  memberikan   bimbingan  penuh  kejiwaan  sehingga dapat    memberikan    tekanan    pengajaran    kepada    santri-santri tertentu   atas    dasar    observasi    langsung    terhadap    tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka.
3). Guru dapat memantau perkembangan kemampuan santri.  

b. Dampak negatifnya
1). Membutuhkan  waktu  yang  sangat lama  yang  berarti pemborosan, kurang efektif dan efisien.
2). Belum   adanya   intruksi   antara   gurudengan   murid   sehingga pembelajaran akan terkesan pasif.

2. Metode Bandongan
Metode   ini   juga   disebut   dengan   metode wetonan. Adapun pengertiannya  adalah  metode  penyampaian  secara  ceramah  kepada  para jama'ah  di  mana  para  santri  duduk  di  sekelilinkyai  atau  ustadz berbentuk halaqah, kemudian kyai itu menerangkan suatu kitab dan para santri  menyimak  kitab-kitab  mereka  serta  menulis  arti  kata  di  bawah deretan teks (memberi makna gundul).

Adapun dalam penterjemahannya      ustadz   atau   guru   dapat   menggunakan   berbagai bahasa  yang  menjadi  bahasa  utama  para  santri  misalnya menggunakan bahasa   Jawa,   Sunda   atau   bahasa   Indonesia.   Sebelum   dilakukan pengajaran     dengan    menggunakan     metode     ini     seorang     ustadz mempersiapkan  terlebih  dahulu  apa-apa  yang  diperlukan  yakni sebagai berikut :

a). Memiliki  gambaran  mengenai  tingkat  kempuan  para  santri  guna menyesuaikan dengan bahasa dan penjelasan yang akan disampaikan.

b). Merumuskan  tujuan  yang  akan  dicapai  dari  pemilihan  kitab  tersebut dan tujuan pada setiap kali pertemuan.

c). Menetapkan  waktu  yang  diperlukan  untuk  pembacaan  dan  penjelasan, waktu yang diperlukan untuk memberi kesempatan kepada para santri untuk bertanya, dan waktu yang diperlukan evaluasi pada setiap kali pertemuan.

d). Guru  dapat  memulai  kegiatan  pembelajaran  dengan  membaca  teks Arab gundul kata   demi   kata   disertai   dengan   terjemahnya   dan pembacaan  tanda-tanda  khusus  (seperti utawi,  iku,  sopo, dsb)  pada topik    pasal    tertentu    disertai    pula    dengan    penjelasan    dan keterangannya.
e). Seorang    guru    atau    ustadz    harus    mengeraskan    suara agar penjelasannya dapat didengar dan dipahami oleh santri atau muridnya sebagaimana hadith Nabi yang berbunyi: 

عن عبد اللّه بن عمر و قال : تخلّف عنّا النبيّ صلّى اللّه عليه و سلّم فى سفرة سافر ناها، فادركنا و قد ارهقتتنا الصلاة و نحن نتوضأ، فجعلنا نمسح على ارجلنا، فنادى بأعلى صوته : ويل للأعقاب من النّار مرّتين أو ثلاثا 
 
Artinya : Dari  Abdullah  bin  Amr,  ia  berkata, Rasulullah  pernah lakukan. Beliau kemudian dapat menyusul kami. Kami merasa sangat lelah  untuk melakukan  shalat,  terlebih  kami  harus  berwudlu.  Kami pun lalu hanya mengusap kaki kami. Beliau lalu berseru dengan suara keras, hati-hati, jaga tumit kalian dari api nereka! (sebanyak dua atau tiga kali)

Hadith ini  ditemptkan  dalam  bab  tersendiri  oleh  al-Bukhari  dalam kitab Sahih-nya  yang  di  beri  judul  "bab mengeraskan  suara  dalam mengajar". Penulisan  kitab  ini  menjadikan hadith tersebut  sebagai dalil diperbolehkannya mengeraskan suara ketika mengajar. Adapun dampak positif dan negatif dari metode bandongan adalah sebagai berikut:
a. Dampak positif
1).Guru membacakan dan menerangkan kemudian santri memperhatikan  kitabnya  sendiri-sendiri  dan  membuat  catatan-catatan  baik  arti  maupun  keterangan  tentang  kata  atau  buah pikiran  yang  sulit. Karena  di dalam maqalah sudah  diterangkan yakni : 

العلم صيد و الكتابة قيده قيّد صيودك بالحبال الواثقة 

Artinya: Ilmu itu bagaikan binatang yang liar sedangkan mencatat adalah  pengikatnya,  ikatlah  hewan  buruanmu  dengan  tali  yang kuat. Dari maqa>lah tersebut,  santri  atau  murid  telah  mempraktikannya karena  kemampuan  akal  itu  sangat  terbatas,  selain  itu  agar  bisa mengulang pelajarannya lagi dan selamanya.

2).Guru  dapat  membacakan  kitab-kitab  yang  belum  pernah  di  kaji oleh santri, sehingga santri akan tambah ilmu dan mengenal kitab
yang lainnya.

3).Santri   dapat   menerapkan   atau   mengaplikasikan   atau   praktik kehidupan  sehari-hari  ataupun  dalam  bidang fiqh,  misalnya  dapat dilakukan  dengan  praktik  atau  demonstrasi  yang  dilakukan  oleh para santri pada h}alaqah tersebut.

b. Dampak negatif
1). Penerapan metode  tersebut  mengakibatkan  santri  bersikap  pasif, sebab  kreatifitas  santri  dalam proses  belajar mengajar didominasi ustadz   atau   kyai   sementara   santri   hanya  mendengarkan   dan memperhatikan keterangannya.
2). Selain  itu  santri  tidak  dilatih  mengekspresikan  daya kritisnya guna mencermati kebenaran suatu pendapat.

3. Metode Hafalan
Metode   hafalan   adalah   kegiatan   belajar   santri   dengan   cara menghafal  suatu  teks  tertentu  di  bawah  bimbingan  dan  pengawasan seorang  ustadz  atau  guru,  para  santri  diberi  tugas  untuk  menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu, hafalan yang dimiliki santri ini  kemudian di  setorkan  pada  gurunya  atau ustadznya    secara  periodik atau  insidental  tergantung  pada  petunjuk  gurunya. Biasanya  materi hafalan   dalam   bentuk   syair   atau nazam

Dan itu   tergantung   mata pelajarannya,   karena   semua   itu   sebagai   pelengkap.   Metode   hafalan sangat   efektif   untuk   memelihara   daya   ingat (memorizing)   santri terhadap materi yang dipelajari. Dan semua itu bisa dilakukan baik itu di dalam maupun di luar kelas. Ada maqalah yang mengatakan: 

العلم فى الصدور لا فى السطور 

Artinya: ilmu  pengetahuan  itu  ada  didalam  dada,  tidak  dalam tulisan. Dari maqalah tersebut  telah  dijelaskan  bahwasannya  ilmu  itu terdapat di dalam dada (hati) maka ilmu itu harus  dihafal santri dengan lancar  dan  masuk  ke  dalam  pikiran  lalu  ke  hati,  maka  hafalan tersebut akan  membekas  dan  akan  dipahami  dengan  sendirinya.  Apabila  sudah hafal    maka    guru    harus    sering-sering    menyuruh    muridya    untuk mengulangi  kembali  agar  dikemudian  hari  tidaklupa.  Hal  ini  juga diterangkan di dalam kitab karangannya Syekh Zarnuji yang berbunyi: 

و اذا ما حفظت شيأ أعده # ثمّ أكده غاية التأكيد 

Artinya: yang   telah   kau   hafal   ulangi   lagi   berkali-kali   lalu tambatkan dengan temali kuat sekali.
Dengan  demikian,  titik  tekan  pada  metode  ini  adalah  santri  atau murid  mampu  mengucapkan  atau  melafalkan  kalimat-kalimat tertentu secara lancer dengan tanpa melihat atau membaca teks.

Pengucapan  atau  pelafalan  dapat  dilakukan  secara perorangan menghadap  (bertatap  muka  langsung)  kepada  gurunya  atau  ustadznya, ataupun  dilakukan  secara  kelompok dengan  diucapkan  bersama-sama pada  waktu  tertentu,  baik  secara  khusus  ataupun  tidak.  Seorang  santri atau  murid  yang  sudah  menghafal  suatu  teks  tertentu  dengan  baik  oleh gurunya  ia  dipersilahkan  untuk  menghafalkan  teks  yang lainnya  atau lanjutannya,   demikian   seterusnya  sampai   target   hafalan  yang   telah ditentukan berhasil dicapai atau dilampui.

Metode hafalan ini dapat juga digunakan dengan metode sorogan dan bandongan,  yaitu  setelah  para  santri  mendapat  materi  pelajaran tertentu  dari  sebuah kitab,  santri  tersebut  disuruh  menghafal  teks  yang telah dipelajari tadi untuk disetorkan (atau diucapkan secara hafal) pada pertemuan berikutnya.

Adapun  yang  perlu  dilakukan  oleh  guru  dengan  menggunakan metode ini adalah sebagia berikut:
1). Pada  setiap  kali  tatap  muka  di  mana  seorang  santri menyetorkan hafalannya kepada guru atau ustadz, jika ia hafal dengan baik maka ia diperbolehkan  untuk  melanjutkan  pelajarannya.  Sebaliknya,  jika  ia belum  berhasil  menghafalkan  dengan  baik,  ia diharuskan  mengulang lagi  sampai  lancar  untukdisetorkan  kembali  pada  pertemuan  yang akan datang.

2). Pada  waktu  telah  diselesaikannya  seluruh  hafalan  yang ditugaskan kepadanya, seorang  ustadz  atau  guru menyuruh  seorang  santri  untuk mengucapkan  pada  bagian-bagian  tertentu  yang diminatinya  atau disuruh melanjutkan kalimat yang diucapkan oleh gurunya tersebut.

4. Metode Musyawarah
Metode   ini   dimaksudkan   sebagai   penyajian   bahan  pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui  tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dengan yang ada di dalam kitab kuning baik itu nahwu shorof atau yang lainnya. Dalam hal ini  guru  atau  ustadz  bertindak  sebagai  moderator  dengan  tujuan  agar santri  atau  murid  aktif  dalam  belajar  melalui  metode  ini  akan  tumbuh dan  berkembang  pemikiran-pemikiran  kritis,  analitis  dan  logis. 

Di dalam   musyawarah   santri   atau   murid   dengan  bebas   mengajukan pertanyaan-pertanyaan  ataupun  pendapatnya.  Dengan  demikian  metode ini  lebih  menitik  beratkan  pada  kemampuan  perseorangan  di  dalam menganalisis  dan  memecahkan  suatu persoalan  dengan  argumen  logika yang mengacu pada kitab. Musyawarah dilakukan juga untuk membahas materi-materi  tertentu  dari  sebuah  kitab  yang  dianggap  rumit  untuk memahaminya dan di kitab ta'lim juga diterangkan yakni:

و قال :  سمعت حكيما من حكماء سمرقند قال، إنّ والله حدا من طلبة العلم، شاورني فى طلب العلم و كان عزم الذّهاب إلى بخار ى لطلب العلم، وهكذا ينبغي أن يشاور فى كلّ أمر فإنّ اللّه تعالى أمر رسول اللّه صلّى اللّه عليه و سلّم بالمشاورة فى الأمور، و لم يكن أحد افطن منه، و مع ذلك أمر بالمشاورة. و كن يشاور أصحابه حتّى حواءج البيت 

Artinya: Abu  Hanifah  berkata:  Saya  mendengar  salah  seorang ahli hikmah    Samarkand    berkata:    ada    salah    seorang    pelajar   yang mengajakku  bermusyawarah   mengenai   masalah-masalah  menuntut ilmu,  sedang  ia  sendiri  bermaksud  ke  Bukhara  untuk  belajar  di  sana. Demikianlah,  maka  seyogyanya  pelajar suka bermusyawarah  dalam segala   hal   yang   ia   hadapi.   Justru  demikian,   karena   Allah   SWT memerintahkan   Rasulullah   SAW.   Agar   memusyawarahkan   segala halnya. Toh tiada orang lain yang lebih pintar dari beliau, dan ternyata masih    diperintahkan   bermusyawarah.    Beliaupun    mengajak    para sahabat  untuk  bermusyawarah,  hingga  urusan-urusan  rumah  tangga beliau sendiri.

Dari   keterangan   kitab   tersebut   telah   jelas   bahwasanaya musyawarah   itu   sangatlah   penting   bagi   seseorang   karena  dengan adanya musyawarah masalah yang kecil maupun besar atau yang rumit akan cepat teratasi, baik musyawarah terhadap keluarga, teman, sanak saudara, tetangga dan lain sebagainya, apalagi seorang penuntut  ilmu, di  dalam  kitab  ta'lim  juga  dijelaskan  kalau  penuntut  ilmu  itu diharuskan   untuk   melakukan   musyawarah   baik   itu kepada   guru maupun teman. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut :

و طلب العلم من أعلى الأمور و أسعابها، فكان المشاورة فيه اهمّ و أوجب 

Artinya: Menuntut ilmu adalah perkara paling mulia, tetapi juga paling sulit.  Karena  itulah  musyawarah  disini  menjadi  lebih  penting  dan diharuskan pelaksanannya.

Dari keempat metode di atas telah dilakukan oleh guru atau ustadz untuk  mengajar  anak  didiknya  yang  tujuannya  yakni  untuk mencerdaskan dan medidik  agar  menjadi  murid  yang berguna.  Adapun  ketiga  metode tersebut,  disebut  dengan  metode  tradisional  karena  metode  tersebut  yang menanamkan   adalah   para   wali   atau   orang   terdahulu   hingga   sampai sekarang. Walaupun ulama sekarang telah mengambil metode modern tetapi ulama   atau   guru   juga   tidak   meninggalkan   metode   tradisional   karena
berpandangan pada kaidah yang berbunyi :

المحافظة على القديم الصالح و الأخذ بالجديد الأصلح 

Artinya: Tetap memelihara hal-hal yang lama yang baik, mengambil hal-hal baru yang lebih baik. ( Limas Dodi, 2013 )

Berbagai macam cara metode belajar mengajar :
1). Fun Learning (menyenangkan)
Sebelumnya seorang guru kembali kepada tahap awal, jadi seorang guru itu harus paham dari sifat masing-masing muridnya, senang nya mereka dalam system pengajaran yang guru mereka sampaikan. Dan kita sebagai guru harus bawa enjoy saat mengajarkan muridnya, sehingga murid kita suka kepada kita, ataupun pelajaran yang kita sampaikan. Berbeda saat guru mengajarkan orang dewasa, jika dari mereka sudah senang, maka mereka akan suka. Tanpa ada nya cara apapun untuk menyenangkannya.

2). Small Step System (bertahap)
Jadi seorang guru itu, mengajarkan nya memang benar-benar dari tahap awal sampai muridnya itu benar-benar bisa dan paham apa maksud dari guru yang telah disampaikan. Dan jangan sampai seorang guru itu melanjutkan ke tahap yang lebih, jika muridnya belum benar-benar paham dan bisa dengan materi yang sebelumnya. Cara seorang guru dalam mengetahui kemapuan muridnya dalam memahami materi tersebut, seorang guru harus evaluasi lagi dari awal materi, dan beri mereka pertanyaan, atau tebak-tebakan dan mengulang kembali pelajaran sebelumnya, dan dari sinilah kita tahu kemampuan mereka dari mana sampai mana.

3). Individual System (memahami setiap dari murid kita)
Pasti dari mereka banyak yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda Dalam apa yang kita sampaikan, misalnya kita membahas satu pembahasan, kan tidak semua murid kita paham apa yang  kita jelaskan dan sebagian mereka pasti ada yang bingung, makanya dari kita harus memahaminya dan jangan mengulang pada pembahasan kedua, serta guru akan membuat cara supaya murid nya suka dan senang pada pelajaran yang mereka ajarkan, seperti dalam membuat permainan yang asik, ataupun yang lainnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu nahwu dikalangan milenial saat ini terutama bahasa arab, ilmu yang menurut saya sedikit peminatnya tapi besar manfaatnya. Sehingga membawa kita lebih memahami arti dalam bahasa Arab. Apalagi digenerasi milenial saat ini, dipenuhi dengan banyak tantangan dan cobaan, ditambah tenaga yang keras dan kurang semangat dalam memahami materi bahasa arab yang disampaikan, akhirnya menghasilkan pembelajaran yang membosankan.


DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Abi. (1980). Ibnu Aqil. Beirut: Dar al-Turast al-Qahirah Beirut
Al-Imrithi, Yahya Syarifudin. (2004). Imrithi. Bogor: Iman billah Bogor
Dodi, Limas. (2013). Metode Pengajaran Nahwu Shorof, diperoleh 14 Desember 2019, dari http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/7/6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun