Ilmu nahwu adalah salah satu pelajaran yang sangat penting dan suatu alat yang bisa mempelajari kitab dalam bahasa arab serta memahami al-qur'an dan hadits yang menjadi pedoman umat islam di kalangan dunia saat ini. Dalam kitab imrithi, ilmu nahwu adalah ilmu yang mengetahui tingkahya akhir kalimat baik dalam segi I'robnya maupun binanya. (Syarifudin Yahya, 2004 )
Sedangkan dalam kitab alfiyah ibnu malik, ilmu nahwu adalah ilmu yang membahas tentang beberapa dasar yang diambil dari qoidahnya orang arab untuk bisa mengetahui tingkah akhirnya kalimat baik dari segi I'rob ataupun segi binanya. ( Abi Abdullah, 1980 )
Hukumnya dalam mempelajari ilmu hawu adalah fadhu kifayah, yang dimaksud kalau sudah satu orang yang belajar, maka kewajiban yang lainnya gugur. ( Syarifuddin Yahya, 2004 )
Ilmu nahwu shorof diibaratkan dengan Ilmu nahwu adalah bapaknya segala ilmu sedangkan ilmu shorof adalah ibunya segala ilmu.
Faktor dari minat belajar ilmu nahwu adalah adanya kesemangatan, kesungguhan dari para pelajar dalam mempelajari ilmu nahwu juga karena bahasa arab itu, bahasa yang menarik, gampang, dan mudah dipahami untuk dipelajari dan juga menurut pandangan saya, karena saya sangat suka dalam mempelajari ilmu nahwu ini.
Kelebihannya dalam mempelajari ilmu nahwu adalah kita dapat paham dan bisa dalam mengartikan bahasa arab, dengan baik dan benar. Tujuan mempelajarinya untuk memahami al-qur'an dan sunah Nabi SAW. secara detail, dan tidak asal-asalan dalam memperdalam pelajaran tersebut.
Pentingnya ilmu ini, adalah sangat penting untuk memahami pelajaran tersebut, baik itu dalam al-qur'an, hadits, agar tidak terjadi kesalahan makna dalam memahami dan mempelajari ilmu nahwu tersebut yang akan diajarkan kepada orang lain yang butuh akan ilmu tersebut, dan memperdalam pelajaran ini tidak bisa sembarangan, apalagi jika kalimat tersebut berasal dari al-qur'an ataupun hadits.
Disinilah pentingnya dalam mempelajari ilmu nahwu dan shorof, agar tidak sembarangan ketika memberi makna dalam pelajaran nahwu ini. Maka dari itu, mari kita perdalami lebih mendalam dalam dalam belajar ilmu nahwu dan shorof sebagai bekal untuk pemahaman yang benar terhadap teks-teks bahasa arab, yang bersumber baik itu dari al-qur'an hadits, maupun yang lainnya.
Melihat pada zaman sekarang, banyak nya orang yang kurang dalam mempelajari ilmu nahwu, karena sebagian dari mereka menganggap pelajaran ini susah dipahami dan mereka hanya mementingkan pelajaran yang bersifat umum. Dan lebih baiknya lagi, sebaiknya pemerintah itu mengayomi orang-orang yang ingin mempelajari ilmu nahwu karena adanya kita sebagai manusia ketika mempelajari ilmu nahwu itu akan kembali pada diri kita sendiri, yang dimaksud kita akan lebih memahami makna dalam sebuah kitab yang kita pelajari dan kita nantinya akan mengembangkan kembali pelajaran ini kepada orang-orang yang lebih membutuhkan lagi, sehingga kita nantinya mendapatkan pahala ketika sudah membagi ilmunya. Ilmu nahwu juga dapat membawa kita menuju jalan akhirat sedangkan yang kita sering pelajari yang bersifat umum itu hanya saja membawa kita menuju dunia yang baik. Menurut pandangan saya ilmu nahwu itu, pelajaran yang sangat dasar, sehingga nantinya kita dapat mengetahui makna dalam bahasa arab, al-qur'an, hadits, dan lain sebagainya.
Metode Pengajaran Ilmu Nawu Sorof
Pada dasarnya pesantren hanya mengajarkan ilmu dengan sumber kajian atau mata pelajarannya kitab-kitab yang ditulis berbahasa Arab. Adapun sumber-sumber tersebut mencakup al-Qur'an beserta tajwid dan tasrif-nya dan ilmu kalam, fiqh dan usul al-fiqh, al-hadith dan mustalah al-hadith-nya, bahasa arab dengan seperangkat ilmu alatnya seperti halnya nahwu shorof, bayan, ma'ani, badi' dan 'arud, tarikh, mantiq dan tasawuf. Sumber-sumber kajian inilah yang dimaksud sebagai kitab kuning.
1. Metode Sorogan
Sistem pengajaran dilaksanakan dengan jalan santri atau murid yang biasanya pandai membacakan sebuah kitab kepada ustadz atau guru dihadapan beliau. Pengajaran dengan sistem ini biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu di mana di situ tersedia tempat duduk seorang ustadz atau guru, kemudian di depannya terdapat bangku pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Sedangkan yang lainnya mempersiapkan diri menunggu giliran untuk dipanggil. Adapun pelaksanaannya dapat digambarkan sebagai berikut.
a). Murid atau santri berkumpul di tempat pengajian sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan masing-masing membawa kitab yang akan dikaji.
b). Seorang murid atau santri yang mendapatkan giliran menghadap langsung secara tatap muka kepada gurunya atau ustadznya. Ia membuka bagian yang akan dikaji dan meletakkannya di atas mejayang telah tersedia di depan beliau.
c). Guru atau ustadz membacakan teks dalam kitab itu, baik sambil melihat maupun hafalan dan kemudian memberikan artinya dengan menggunakan bahasa melayu atau bahasa daerahnya yang sesuai dengan santri atau muridnya.
d). Guru atau ustadz mendengarkan apa yang dibaca oleh muridnya sambil mengoreksi mana yang salah.
Adapun metode ini termasuk metode pengajaran yang sangat bermakna, karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan pembacaan kitab oleh muridnya dihadapan beliau. Murid tidak saja senantiasa dapat dibimbing dan diarahkan cara pembacaanya, tetapi juga dapat dievaluasi dan diketahui perkembangan kemampuannya sehingga guru dapat memberi bimbingan penuh kejiwaan dan mamberikan tekanan pengajaran kepada muridnya tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka.
Akan tetapi metode ini juga dapat mengukur tingkat pemahama terhadap kitab nahwu shorof seperti halnya sudah dijelaskan di kitab Ta'lim al-Muta'allim yang berbunyi :
،وينبغي لطالب العلم أن يعدّ و يقدّر لنفسه تقديرا فى التّكرار
فإنّه لا يستقرّ قلبه حتّى يبلخ ذلك المبلغ
Artinya: hendaknya yang lebih efisien dan efektif, adalah supaya menghafal pelajaran dan mengukur kekuatan diri bagi mengulang pelajaran itu, karena hal yang sedemikian tiada hati seorang dapat mantap sehingga sampai pada titik tujuan.
Adapun dampak negatif dan positif dari metode sorogan adalah sebagai berkut:
a. Dampak positifnya
1). Santri lebih mudah untuk berdialog dengan gurunya sehingga dalam dialog tersebut akan menimbulkan keakraban dengan gurunya.
2). Guru dapat memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka.
3). Guru dapat memantau perkembangan kemampuan santri.
b. Dampak negatifnya
1). Membutuhkan waktu yang sangat lama yang berarti pemborosan, kurang efektif dan efisien.
2). Belum adanya intruksi antara gurudengan murid sehingga pembelajaran akan terkesan pasif.
2. Metode Bandongan
Metode ini juga disebut dengan metode wetonan. Adapun pengertiannya adalah metode penyampaian secara ceramah kepada para jama'ah di mana para santri duduk di sekelilinkyai atau ustadz berbentuk halaqah, kemudian kyai itu menerangkan suatu kitab dan para santri menyimak kitab-kitab mereka serta menulis arti kata di bawah deretan teks (memberi makna gundul).
Adapun dalam penterjemahannya ustadz atau guru dapat menggunakan berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para santri misalnya menggunakan bahasa Jawa, Sunda atau bahasa Indonesia. Sebelum dilakukan pengajaran dengan menggunakan metode ini seorang ustadz mempersiapkan terlebih dahulu apa-apa yang diperlukan yakni sebagai berikut :
a). Memiliki gambaran mengenai tingkat kempuan para santri guna menyesuaikan dengan bahasa dan penjelasan yang akan disampaikan.
b). Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pemilihan kitab tersebut dan tujuan pada setiap kali pertemuan.
c). Menetapkan waktu yang diperlukan untuk pembacaan dan penjelasan, waktu yang diperlukan untuk memberi kesempatan kepada para santri untuk bertanya, dan waktu yang diperlukan evaluasi pada setiap kali pertemuan.
d). Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membaca teks Arab gundul kata demi kata disertai dengan terjemahnya dan pembacaan tanda-tanda khusus (seperti utawi, iku, sopo, dsb) pada topik pasal tertentu disertai pula dengan penjelasan dan keterangannya.
e). Seorang guru atau ustadz harus mengeraskan suara agar penjelasannya dapat didengar dan dipahami oleh santri atau muridnya sebagaimana hadith Nabi yang berbunyi:
عن عبد اللّه بن عمر و قال : تخلّف عنّا النبيّ صلّى اللّه عليه و سلّم فى سفرة سافر ناها، فادركنا و قد ارهقتتنا الصلاة و نحن نتوضأ، فجعلنا نمسح على ارجلنا، فنادى بأعلى صوته : ويل للأعقاب من النّار مرّتين أو ثلاثا
Artinya : Dari Abdullah bin Amr, ia berkata, Rasulullah pernah lakukan. Beliau kemudian dapat menyusul kami. Kami merasa sangat lelah untuk melakukan shalat, terlebih kami harus berwudlu. Kami pun lalu hanya mengusap kaki kami. Beliau lalu berseru dengan suara keras, hati-hati, jaga tumit kalian dari api nereka! (sebanyak dua atau tiga kali)
Hadith ini ditemptkan dalam bab tersendiri oleh al-Bukhari dalam kitab Sahih-nya yang di beri judul "bab mengeraskan suara dalam mengajar". Penulisan kitab ini menjadikan hadith tersebut sebagai dalil diperbolehkannya mengeraskan suara ketika mengajar. Adapun dampak positif dan negatif dari metode bandongan adalah sebagai berikut:
a. Dampak positif
1).Guru membacakan dan menerangkan kemudian santri memperhatikan kitabnya sendiri-sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata atau buah pikiran yang sulit. Karena di dalam maqalah sudah diterangkan yakni :
العلم صيد و الكتابة قيده قيّد صيودك بالحبال الواثقة
Artinya: Ilmu itu bagaikan binatang yang liar sedangkan mencatat adalah pengikatnya, ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat. Dari maqa>lah tersebut, santri atau murid telah mempraktikannya karena kemampuan akal itu sangat terbatas, selain itu agar bisa mengulang pelajarannya lagi dan selamanya.
2).Guru dapat membacakan kitab-kitab yang belum pernah di kaji oleh santri, sehingga santri akan tambah ilmu dan mengenal kitab
yang lainnya.
3).Santri dapat menerapkan atau mengaplikasikan atau praktik kehidupan sehari-hari ataupun dalam bidang fiqh, misalnya dapat dilakukan dengan praktik atau demonstrasi yang dilakukan oleh para santri pada h}alaqah tersebut.
b. Dampak negatif
1). Penerapan metode tersebut mengakibatkan santri bersikap pasif, sebab kreatifitas santri dalam proses belajar mengajar didominasi ustadz atau kyai sementara santri hanya mendengarkan dan memperhatikan keterangannya.
2). Selain itu santri tidak dilatih mengekspresikan daya kritisnya guna mencermati kebenaran suatu pendapat.
3. Metode Hafalan
Metode hafalan adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz atau guru, para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu, hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di setorkan pada gurunya atau ustadznya secara periodik atau insidental tergantung pada petunjuk gurunya. Biasanya materi hafalan dalam bentuk syair atau nazam
Dan itu tergantung mata pelajarannya, karena semua itu sebagai pelengkap. Metode hafalan sangat efektif untuk memelihara daya ingat (memorizing) santri terhadap materi yang dipelajari. Dan semua itu bisa dilakukan baik itu di dalam maupun di luar kelas. Ada maqalah yang mengatakan:
العلم فى الصدور لا فى السطور
Artinya: ilmu pengetahuan itu ada didalam dada, tidak dalam tulisan. Dari maqalah tersebut telah dijelaskan bahwasannya ilmu itu terdapat di dalam dada (hati) maka ilmu itu harus dihafal santri dengan lancar dan masuk ke dalam pikiran lalu ke hati, maka hafalan tersebut akan membekas dan akan dipahami dengan sendirinya. Apabila sudah hafal maka guru harus sering-sering menyuruh muridya untuk mengulangi kembali agar dikemudian hari tidaklupa. Hal ini juga diterangkan di dalam kitab karangannya Syekh Zarnuji yang berbunyi:
و اذا ما حفظت شيأ أعده # ثمّ أكده غاية التأكيد
Artinya: yang telah kau hafal ulangi lagi berkali-kali lalu tambatkan dengan temali kuat sekali.
Dengan demikian, titik tekan pada metode ini adalah santri atau murid mampu mengucapkan atau melafalkan kalimat-kalimat tertentu secara lancer dengan tanpa melihat atau membaca teks.
Pengucapan atau pelafalan dapat dilakukan secara perorangan menghadap (bertatap muka langsung) kepada gurunya atau ustadznya, ataupun dilakukan secara kelompok dengan diucapkan bersama-sama pada waktu tertentu, baik secara khusus ataupun tidak. Seorang santri atau murid yang sudah menghafal suatu teks tertentu dengan baik oleh gurunya ia dipersilahkan untuk menghafalkan teks yang lainnya atau lanjutannya, demikian seterusnya sampai target hafalan yang telah ditentukan berhasil dicapai atau dilampui.
Metode hafalan ini dapat juga digunakan dengan metode sorogan dan bandongan, yaitu setelah para santri mendapat materi pelajaran tertentu dari sebuah kitab, santri tersebut disuruh menghafal teks yang telah dipelajari tadi untuk disetorkan (atau diucapkan secara hafal) pada pertemuan berikutnya.
Adapun yang perlu dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode ini adalah sebagia berikut:
1). Pada setiap kali tatap muka di mana seorang santri menyetorkan hafalannya kepada guru atau ustadz, jika ia hafal dengan baik maka ia diperbolehkan untuk melanjutkan pelajarannya. Sebaliknya, jika ia belum berhasil menghafalkan dengan baik, ia diharuskan mengulang lagi sampai lancar untukdisetorkan kembali pada pertemuan yang akan datang.
2). Pada waktu telah diselesaikannya seluruh hafalan yang ditugaskan kepadanya, seorang ustadz atau guru menyuruh seorang santri untuk mengucapkan pada bagian-bagian tertentu yang diminatinya atau disuruh melanjutkan kalimat yang diucapkan oleh gurunya tersebut.
4. Metode Musyawarah
Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dengan yang ada di dalam kitab kuning baik itu nahwu shorof atau yang lainnya. Dalam hal ini guru atau ustadz bertindak sebagai moderator dengan tujuan agar santri atau murid aktif dalam belajar melalui metode ini akan tumbuh dan berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis dan logis.
Di dalam musyawarah santri atau murid dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan ataupun pendapatnya. Dengan demikian metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argumen logika yang mengacu pada kitab. Musyawarah dilakukan juga untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya dan di kitab ta'lim juga diterangkan yakni:
و قال : سمعت حكيما من حكماء سمرقند قال، إنّ والله حدا من طلبة العلم، شاورني فى طلب العلم و كان عزم الذّهاب إلى بخار ى لطلب العلم، وهكذا ينبغي أن يشاور فى كلّ أمر فإنّ اللّه تعالى أمر رسول اللّه صلّى اللّه عليه و سلّم بالمشاورة فى الأمور، و لم يكن أحد افطن منه، و مع ذلك أمر بالمشاورة. و كن يشاور أصحابه حتّى حواءج البيت
Artinya: Abu Hanifah berkata: Saya mendengar salah seorang ahli hikmah Samarkand berkata: ada salah seorang pelajar yang mengajakku bermusyawarah mengenai masalah-masalah menuntut ilmu, sedang ia sendiri bermaksud ke Bukhara untuk belajar di sana. Demikianlah, maka seyogyanya pelajar suka bermusyawarah dalam segala hal yang ia hadapi. Justru demikian, karena Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW. Agar memusyawarahkan segala halnya. Toh tiada orang lain yang lebih pintar dari beliau, dan ternyata masih diperintahkan bermusyawarah. Beliaupun mengajak para sahabat untuk bermusyawarah, hingga urusan-urusan rumah tangga beliau sendiri.
Dari keterangan kitab tersebut telah jelas bahwasanaya musyawarah itu sangatlah penting bagi seseorang karena dengan adanya musyawarah masalah yang kecil maupun besar atau yang rumit akan cepat teratasi, baik musyawarah terhadap keluarga, teman, sanak saudara, tetangga dan lain sebagainya, apalagi seorang penuntut ilmu, di dalam kitab ta'lim juga dijelaskan kalau penuntut ilmu itu diharuskan untuk melakukan musyawarah baik itu kepada guru maupun teman. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut :
و طلب العلم من أعلى الأمور و أسعابها، فكان المشاورة فيه اهمّ و أوجب
Artinya: Menuntut ilmu adalah perkara paling mulia, tetapi juga paling sulit. Karena itulah musyawarah disini menjadi lebih penting dan diharuskan pelaksanannya.
Dari keempat metode di atas telah dilakukan oleh guru atau ustadz untuk mengajar anak didiknya yang tujuannya yakni untuk mencerdaskan dan medidik agar menjadi murid yang berguna. Adapun ketiga metode tersebut, disebut dengan metode tradisional karena metode tersebut yang menanamkan adalah para wali atau orang terdahulu hingga sampai sekarang. Walaupun ulama sekarang telah mengambil metode modern tetapi ulama atau guru juga tidak meninggalkan metode tradisional karena
berpandangan pada kaidah yang berbunyi :
المحافظة على القديم الصالح و الأخذ بالجديد الأصلح
Artinya: Tetap memelihara hal-hal yang lama yang baik, mengambil hal-hal baru yang lebih baik. ( Limas Dodi, 2013 )
Berbagai macam cara metode belajar mengajar :
1). Fun Learning (menyenangkan)
Sebelumnya seorang guru kembali kepada tahap awal, jadi seorang guru itu harus paham dari sifat masing-masing muridnya, senang nya mereka dalam system pengajaran yang guru mereka sampaikan. Dan kita sebagai guru harus bawa enjoy saat mengajarkan muridnya, sehingga murid kita suka kepada kita, ataupun pelajaran yang kita sampaikan. Berbeda saat guru mengajarkan orang dewasa, jika dari mereka sudah senang, maka mereka akan suka. Tanpa ada nya cara apapun untuk menyenangkannya.
2). Small Step System (bertahap)
Jadi seorang guru itu, mengajarkan nya memang benar-benar dari tahap awal sampai muridnya itu benar-benar bisa dan paham apa maksud dari guru yang telah disampaikan. Dan jangan sampai seorang guru itu melanjutkan ke tahap yang lebih, jika muridnya belum benar-benar paham dan bisa dengan materi yang sebelumnya. Cara seorang guru dalam mengetahui kemapuan muridnya dalam memahami materi tersebut, seorang guru harus evaluasi lagi dari awal materi, dan beri mereka pertanyaan, atau tebak-tebakan dan mengulang kembali pelajaran sebelumnya, dan dari sinilah kita tahu kemampuan mereka dari mana sampai mana.
3). Individual System (memahami setiap dari murid kita)
Pasti dari mereka banyak yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda Dalam apa yang kita sampaikan, misalnya kita membahas satu pembahasan, kan tidak semua murid kita paham apa yang kita jelaskan dan sebagian mereka pasti ada yang bingung, makanya dari kita harus memahaminya dan jangan mengulang pada pembahasan kedua, serta guru akan membuat cara supaya murid nya suka dan senang pada pelajaran yang mereka ajarkan, seperti dalam membuat permainan yang asik, ataupun yang lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu nahwu dikalangan milenial saat ini terutama bahasa arab, ilmu yang menurut saya sedikit peminatnya tapi besar manfaatnya. Sehingga membawa kita lebih memahami arti dalam bahasa Arab. Apalagi digenerasi milenial saat ini, dipenuhi dengan banyak tantangan dan cobaan, ditambah tenaga yang keras dan kurang semangat dalam memahami materi bahasa arab yang disampaikan, akhirnya menghasilkan pembelajaran yang membosankan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Abi. (1980). Ibnu Aqil. Beirut: Dar al-Turast al-Qahirah Beirut
Al-Imrithi, Yahya Syarifudin. (2004). Imrithi. Bogor: Iman billah Bogor
Dodi, Limas. (2013). Metode Pengajaran Nahwu Shorof, diperoleh 14 Desember 2019, dari http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/7/6