1. Metode Sorogan
Sistem pengajaran dilaksanakan dengan jalan santri atau murid yang biasanya pandai membacakan sebuah kitab kepada ustadz atau guru dihadapan beliau. Pengajaran dengan sistem ini biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu di mana di situ tersedia tempat duduk seorang ustadz atau guru, kemudian di depannya terdapat bangku pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Sedangkan yang lainnya mempersiapkan diri menunggu giliran untuk dipanggil. Adapun pelaksanaannya dapat digambarkan sebagai berikut.
a). Murid atau santri berkumpul di tempat pengajian sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan masing-masing membawa kitab yang akan dikaji.
b). Seorang murid atau santri yang mendapatkan giliran menghadap langsung secara tatap muka kepada gurunya atau ustadznya. Ia membuka bagian yang akan dikaji dan meletakkannya di atas mejayang telah tersedia di depan beliau.
c). Guru atau ustadz membacakan teks dalam kitab itu, baik sambil melihat maupun hafalan dan kemudian memberikan artinya dengan menggunakan bahasa melayu atau bahasa daerahnya yang sesuai dengan santri atau muridnya.
d). Guru atau ustadz mendengarkan apa yang dibaca oleh muridnya sambil mengoreksi mana yang salah.
Adapun metode ini termasuk metode pengajaran yang sangat bermakna, karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan pembacaan kitab oleh muridnya dihadapan beliau. Murid tidak saja senantiasa dapat dibimbing dan diarahkan cara pembacaanya, tetapi juga dapat dievaluasi dan diketahui perkembangan kemampuannya sehingga guru dapat memberi bimbingan penuh kejiwaan dan mamberikan tekanan pengajaran kepada muridnya tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka.
Akan tetapi metode ini juga dapat mengukur tingkat pemahama terhadap kitab nahwu shorof seperti halnya sudah dijelaskan di kitab Ta'lim al-Muta'allim yang berbunyi :
،وينبغي لطالب العلم أن يعدّ و يقدّر لنفسه تقديرا فى التّكرار
فإنّه لا يستقرّ قلبه حتّى يبلخ ذلك المبلغ
Artinya: hendaknya yang lebih efisien dan efektif, adalah supaya menghafal pelajaran dan mengukur kekuatan diri bagi mengulang pelajaran itu, karena hal yang sedemikian tiada hati seorang dapat mantap sehingga sampai pada titik tujuan.
Adapun dampak negatif dan positif dari metode sorogan adalah sebagai berkut:
a. Dampak positifnya
1). Santri lebih mudah untuk berdialog dengan gurunya sehingga dalam dialog tersebut akan menimbulkan keakraban dengan gurunya.
2). Guru dapat memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka.
3). Guru dapat memantau perkembangan kemampuan santri.
b. Dampak negatifnya
1). Membutuhkan waktu yang sangat lama yang berarti pemborosan, kurang efektif dan efisien.
2). Belum adanya intruksi antara gurudengan murid sehingga pembelajaran akan terkesan pasif.
2. Metode Bandongan
Metode ini juga disebut dengan metode wetonan. Adapun pengertiannya adalah metode penyampaian secara ceramah kepada para jama'ah di mana para santri duduk di sekelilinkyai atau ustadz berbentuk halaqah, kemudian kyai itu menerangkan suatu kitab dan para santri menyimak kitab-kitab mereka serta menulis arti kata di bawah deretan teks (memberi makna gundul).
Adapun dalam penterjemahannya ustadz atau guru dapat menggunakan berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para santri misalnya menggunakan bahasa Jawa, Sunda atau bahasa Indonesia. Sebelum dilakukan pengajaran dengan menggunakan metode ini seorang ustadz mempersiapkan terlebih dahulu apa-apa yang diperlukan yakni sebagai berikut :
a). Memiliki gambaran mengenai tingkat kempuan para santri guna menyesuaikan dengan bahasa dan penjelasan yang akan disampaikan.
b). Merumuskan tujuan yang akan dicapai dari pemilihan kitab tersebut dan tujuan pada setiap kali pertemuan.
c). Menetapkan waktu yang diperlukan untuk pembacaan dan penjelasan, waktu yang diperlukan untuk memberi kesempatan kepada para santri untuk bertanya, dan waktu yang diperlukan evaluasi pada setiap kali pertemuan.