Mohon tunggu...
Rifky Bagas Nugrahanto
Rifky Bagas Nugrahanto Mohon Tunggu... Penulis - Pegawai Negeri Sipil

Mengawali penulisan artikel di situs pajak.go.id, serta merambah pada publikasi di media cetak. Beberapa artikel telah terbit di antaranya di Harian Ekonomi Neraca dan Investor Daily Indonesia. Perjalanan menulis ini pun mengantarkan saya dapat ikut tercatat dalam buku dokumentasi “Voyage Indonesia 2018 : Kala Dunia Memandang Indonesia” dalam momen Annual Meetings WBG-IMF tahun 2018, Bali. Menjadi salah satu dari 100 artikel opini dan feature yang menyuarakan tentang momen berharga itu dan manfaatnya untuk Indonesia. Beberapa dokumentasi tulisan saya dapat dilihat juga pada https://rifkyjournals.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Butterfly Effect Batu Inti Mirelandia (Chapter 1)

7 Mei 2019   08:51 Diperbarui: 7 Mei 2019   09:07 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan Rania akhirnya sampai ke sebuah pulau bernama Mirelandia, yang merupakan wilayah negara Milandia. Rania sampai di dermaga kota pesisir Falisia, di mana bersandar pula kapal-kapal kayu milik penduduk pulau itu. Rania tertegun melihat pulau yang indah, yang sangat berbeda dengan kota kelahirannya di pulau Albresia, Albrana. Negeri Albrana yang  sudah berubah menjadi negeri asap hitam, perkotaan yang bertubuh mesin yang tak layak dihuni manusia.

Rania pun terpana melihat penduduk Falisia yang membawa sayur dan buah-buahan yang segar. Banyak berlalu lalang para pedagang tersebut di depan matanya. Apalagi saat seorang pemuda membawa sebuah pikulan melewatinya, membuatnya berpapasan dengannya. Pikirannya pun semakin berputar penasaran, bagaimanakah rasanya buah berbentuk bundar berwarna merah muda itu? Hatinya tergerak untuk memakannya.

Sepertinya dirinya mudah dibuat terpukau, walaupun baru dipertontonkan satu sudut pandang dari permukaan pulau Mirelandia. Semangatnya pun tambah menggebu-gebu, pengalaman apa lagi yang akan dia temukan nantinya, hingga menjejakan di kota utama, Heavenia.

Bisa dibilang perjalanan Rania, seperti sebuah pencarian jati diri. Hilangnya ikatan dirinya dengan kota kelahirannya, menguak juga ada sejarah tentang kebenaran dirinya, bahwa nenek moyangnya dulu berasal dari pulau Mirelandia. Hal itu mungkin merupakan alasan terbesar untuk Rania pergi meninggalkan kota Toda. Selain, alasan lain yaitu rasa muak dan jengah dengan politik yang menjadi selimut kehidupan masyarakat di sana.

Langkah demi langkah, Rania melihat jenis peradaban yang baru bagi dirinya. Sambil berjalan dirinya melihat bagaimana ternak-ternak sehat dikelola dengan baik. Telur-telur diambil dari tempat pembiakan dengan induk-induk ayam yang terlihat sehat.

Selain itu, melihat cara masyarakat di sana melakukan pembibitan udang, ikan air tawar, maupun pertanian rumput laut, sangatlah menakjubkan. Dibalik penanganan yang sangat humanis dan hati-hati, ternyata teknologi mereka tidak kalah dengan pulau sebelah. Mereka juga mengenal perangkat robotik yang menunjang pekerjaan mereka untuk memenuhi kebutuhan.

Hal itu pun, diketahui oleh Rania dikarenakan temannya seperjalanan di kapal, Marvel, merupakan anak dari gubernur kota Heavenia, yang sedang mencari sampel penyakit-penyakit hingga ke ujung dunia untuk dipelajari dan ditemukan penawarnya. Marvel menunjukkan bahwa, rasa ingin tahulah yang mendasari hasratnya. Marvel merupakan penemu medis termuda, dan berkeinginan membaktikan ilmunya untuk berkontribusi di dunia kesehatan.

Banyak hal yang membuatkan takjub melihat kondisi pulau Mirelandia. Ada hal yang terasa tersembunyi pula, yang ingin ditemukan Rania tentang pulau Mirelandia. Konon, sejarah pulau Mirelandia yang muncul secara tiba-tiba, membuatnya semakin bertanya, kondisi alam apa yang mengawali pulau Mirelandia bisa terbentuk.

Di saat yang bersamaan, ternyata terdapat mata-mata dari Albrana, sejak setahun yang lalu mengintai keberadaan pulau Mirelandia. Meredith, merupakan anggota serdadu militer. Di bawah perintah Jenderal Domus, Meredith diharuskan menemukan batu inti Mirelandia. Menurut buku kuno, filsafat Mirelandia yang ditemukan di dasar laut oleh Jenderal Domus, bahwa batu inti Mirelandia, memberikan sumber energi kehidupan. Mungkin itulah alasan logisnya, pulau Mirelandia terjaga kelestariannya.

Bagi Jenderal Domus, batu inti itu dapat menjadi sumber kekuatan militer, untuk dapat memenangkan perang secara telak dengan negara-negara adidaya lainnya di muka bumi ini. Meredith pun diwajibkan menemukannya atau karirnya dan keluarganya akan mendapatkan ancaman serius dari Domus.

Setahun ini, Meredith merasa tak dianggap negaranya selain bisa membawakan sesuatu yang diinginkan oleh Jenderal Domus. Melihat kedekatan Rania dan Marvel, Meredith mecoba mendekati mereka, dan berpura-pura menjadi pengelana miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun