Mohon tunggu...
Mohammad Rifki Haekal
Mohammad Rifki Haekal Mohon Tunggu... Guru - Ia Yang Menanam Pasti Ia Yang Menuai

kebahagiaan itu ialah terus bergerak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Simpul Senyum Wajah Merdeka

21 Agustus 2019   19:43 Diperbarui: 21 Agustus 2019   19:45 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Merdeka... Sekali merdeka tetap merdeka..."

Itulah ekspresi euforia kemerdekaan Indonesia yang selalu membuat perasaan tak karuan. Apalagi setelah mengenang kembali jasa-jasa pahlawan dalam tatanan bingkai sejarah yang perjuangannya seperti api yang tak pernah padam, terus membakar semangat perjuangan putera-puteri penerus bangsa sampai saat ini. 

Seakan-akan euforia itu berkehendak untuk tidak diekspresikan dengan satu hal saja. Akan tetapi lebih berkeinginan menciptakan kebahagian yang terdiri dari kombinasi rasa gembira, rasa haru, dan bahkan sampai rasa pilu. Sehingga tidak mudah ia luntur dalam jiwa dan mati diterkam masa.

Merdeka dalam sebuah arti adalah terbebas dari cengkeraman. Namun, hakikatnya tidak sebatas pada itu. Merdeka itu adalah bahagia. Kebahagiaan yang merupakan sebuah dorongan untuk terus berjuang. 

Bukan malah berhenti karena sudah tercapainya tujuan. Maka ada benarnya perkataan George B. Shaw, seorang filusuf asal Irlandia; "Jadi manusia tidak kuat mencari jalan menuju bahagia, atau tak kuat menyingkir dari jalan sengsara dan celaka, sekali-kali jangan ia putus asa.

Ia mesti berpegang teguh dengan keberanian, ia mesti kuat. Tak boleh menyerahkan diri kepada sengsaranya dan tidak beruntungnya."

Namun, ada sementara orang risau terhadap dirinya tidak dapat merasakan bahagia. Ia berpikir bahwa kebahagiaan itu adalah unsur yang fana. Tidak akan pernah melekat sempurna pada diri manusia. 

Seperti gambaran yang diberikan Hendrik Ibsen misalnya. Ia mengatakan "Kita belum mencapai bahagia, sebab setiap jalan yang ditempuh menjauhkan kita daripadanya." Umpamanya seorang yang dulunya miskin harta berkeinginan menjadi kaya. 

Karena menurutnya bahagia akan tercapai jika kekayaan yang telah didapat bisa didermakan kepada orang yang membutuhkan. Namun setelah kaya, ia justru menjadi pelit dan sombong. Tentu saja bukanlah bahagia yang didapat, akan tetapi malah perasaan khawatir yang menghantui.

Memang bisa saja hal itu terhadi pada seseorang. Namun, tidaklah baik bila kita berputus asa. Yang kita perlukan adalah fokus pada hari ini dengan penuh kesyukuran. Fokus pada anugerah yang telah Allah berikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun