Mohon tunggu...
Rifki Helmi Putra
Rifki Helmi Putra Mohon Tunggu...

Bagi mu agama mu, bagi ku kaulah segalanya, :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pendakian Gunung Gede ( Pendakian Massal Peace)

24 Juni 2013   23:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:29 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya saya dihubungi oleh salah seorang teman dari anak Peace ( Penikmat Alam Ceger) yaitu saudara Rahmat Sugiharjo . Ia meminta agar saya bisa berpartisipasi dan tenaga saya dibutuhkan untuk menjadi tim sweeper pada acara Pendakian Massal ini. Berikut kisah lengkapnya melalui sudut pandang dan apa yang saya alami saat itu : Jumat, 10 Mei 2013 Mendapat kabar bahwa rombongan dari Jakarta akan berangkat pada pukul 17.00, saya berangkat dari Bandung sore hari pukul 16.00. Sekitar 2 jam perjalanan menggunakan bus jurusan Sukabumi dan turun di daerah Ramayana, Cianjur. Kemudian saya melanjutkan perjalanan menggunakan angkot jurusan Cipanas. Pukul 19.00 saya sudah standby di Cipanas menunggu rombongan dari Jakarta. Saya menunggu 2 jam tetapi rombongan Jakarta belum kunjung tiba. Sempat berjalan-jalan sejenak untuk mengisi perut dan berbelanja keperluan yang masih kurang di Pasar Cipanas. Sabtu, 11 Mei 2013 Hingga tengah malam tepatnya pukul 01.15 barulah datang rombongan dari Jakarta menggunakan truk milik TNI-AL. Saya langsung bergabung naik ke truk tersebut yang sudah terlihat penuh sesak oleh para peserta pendakian massal (selanjutnya dibaca Penmass) ini. Total rombongan saat itu adalah 57 orang. Kami tiba di Desa Gunung Putri pukul 01.30. Langsung menuju warung yang telah di reservasi jauh-jauh hari oleh panitia. Para peserta Penmass sebagian ada yang tidur dan sebagaian memesan makanan. Hingga pagi sang fajar bersinar saya hanya menghabiskan sepanjang malam dengan mengobrol ditemani secangkir kopi. Pukul 06.30 semua peserta penmass telah bersiap-siap demikian pula saya sudah bersiap sedari subuh. Pagi ini sudah banyak pendaki lain yang mulai berjalan. Sepertinya minggu ini rame sekali akan pendaki di Gunung Gede ini. Pukul 07.15 peserta semua bersiap menuju Pos Pendakian GPO untuk melapor, kecuali saya yang masih saja santai di warung, maklum saya bertugas menjadi sweeper saat itu. Ternyata saat saya menuju Pos  Pendaki GPO semua peserta belum memulai pendakian karena masih mengurus Simaksi (Surat Izin Memasuki Daerah konservasi). Tak disangka di Pos GPO saya bertemu rombongan dari teman yang kemarin bertemu saatPendakian Gunung Salak. Mereka rombongan dari Tanah Abang. Awalnya saya agak sedikit lupa, namun saya ingat wajah-wajah mereka.

1372089731223073047
1372089731223073047
Pukul 07.45 para peserta mulai bergerak melewati perkebunan warga dan terhenti di dekat aliran sungai. Kami semua berhenti untuk sekedar mengisi perut oleh nasi bungkus yang sudah dibawa dari warung tadi. Sekitar 30 menit kami sarapan, kami mengisi air di sungai yang mengalir jernih. Peserta mulai berjalan kembali, saya tetap berjalan agak sedikit jauh sekitar 15 menit dari peserta paling belakang. Sesampainya di Pos 1, tak di sangka kembali saya bertemu seorang teman lama yang dahulu sama-sama mendaki Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di Jawa Tengah sana. Ibink namanya, anak Depok yang satu ini sudah hampir 2 tahun tidak berjumpa lagi. Di Pos 1 beberapa peserta beristirahat ada pula yang sarapan. Saya santai sejenak sembari mengobrol dengan pendaki lainnya. Kemudian kami lanjut berjalan kembali. Sesampainya di Pos 2 Buntut Lutung, saya melihat rombongan sedang beristirahat lagi. Saya pun berhenti lagi sambil membakar batang-batang semangat. Saya duduk terdiam sambil menghisap sebatang sumber tenaga, entah apa yang saya rasakan, badan ini terasa kurang fit.  kesehatan saya menurun akibat begadang hampir tiap malam. Kami lanjut berjalan lagi, Pos Payung terlewati. Hingga beberapa jam kemudian kami sampai di Pos 3 Simpang Maleber. Di Pos ini saya terserang kantuk yang berat, terpaksa saya membeli kopi. Pada saat musim pendakian seperti ini, jalur pendakian Gunung Gede memang ada saja penjual di setiap pos-nya. Pedagang itu hanya membawa terpal dan pikulan yang lumayan berat, luar biasaa !! Pukul 13.00 peserta kembali berjalan, saya masih saja bersantai menikmati setiap tegukan kopi. Sekitar 15 menit kemudian saya pun berjalan kembali. Siang itu, hujan mulai mengguyur. Saya membuka jas hujan yang memang selalu ada di setiap packingan saya. Hujan terus mengguyur semakin membuat berat langkah kaki ini. Setelah Pos 3 trek memang semakin curam dan licin otomatis semakin menguras tenaga kami. Tak lama berselang sahutan teman memecah konsentrasi saya, tanpa dikomado saya berlari ke atas. Ternyata ada seorang pendaki wanita jatuh pingsan, ia bukan salah satu dari rombongan kami, tetapi sebagai pendaki kami wajib membantunya. Semua peserta penmass telah jauh jalan ke atas, sementara menyisakan saya dan Rahmat di belakang. Saya mencoba membantu gadis yang sedang pingsan tadi. Rupanya ia kedinginan dengan baju dan celana yang basah. Rombongannya sudah ada yang diatas dan ada yang masih tertinggal di bawah, sementara ia ditemani seorang pria. Saya mencoba mencari rombongan dia, tapi apa daya saya pun tak kenal dengan mereka. Untung saja teman saya yang pernah mendaki Gunung Salak bersama datang. Kebetulan mereka ada pendaki perempuannya juga, akhirnya dia lah yang menggantikan pakaiannya yang sudah basah. Sementara Kami para pria berusaha menutupinya dengan ponco dan jas hujan seadanya. Kami mendirikan tenda darurat di tengah jalur yang sempit dan memasukan gadis yang pingsan tersebut ke dalam tenda. Melalui pendaki yang lewat naik kami pesankan agar mencoba mencari kawan dari gadis ini dan melalui pendaki yang turun kami pesankan agar segera melapor pada Tim SAR di bawah sana. Alhamdulillah, beberapa waktu kemudian teman-teman dari gadis ini sudah berkumpul. Dan Ia pun sudah terlihat siuman dari pingsannya. Kami berbincang sejenak, ternyata mereka berasal dari Jombang yang notabene masih satu kecamatan dengan saya yaitu Pondok Aren, Tangsel. Saya sarankan pada kelompok itu agar memilih turun dari pada melanjutkan pendakian. Karena gadis tersebut bukan pingsan karena kelelahan atau kedinginan biasa, melainkan terkena gangguan gaib yang ingin masuk ke dalam tubuhnya. Saya tidak bisa memaksa, mereka memilih melanjutkan pendakian, termasuk gadis tersebut yang ingin sekali melanjutkan. Setelah mereka beres-beres mereka melanjutkan perjalanan. Pukul 15.00 hujan rintik-rintik saya dan Rahmat santai sejenak sambil menghisap rokok. Kemudian kami berdua lanjut jalan. Badan yang sudah lelah ini ditambah guyuran hujan seakan malas sekali untuk melangkah. Setelah 15 menit berjalan, saya bertemu rombongan gadis tersebut. Ternyata gadis tersebut sudah berjalan di depan ditemani seorang temannya. Saya mendahului mereka. Tak disangka gadis yang pingsan itu mulai lemah lagi, ia tak sanggup berjalan karena seperti ada yg mengajak ia untuk tetap tinggal di sana (gaib). Dalam pendangan yang sedikit layu ia berkata bahwa ia disuruh menetap disana dan banyak sekali yang memegangi kakinya sehingga tak dapat melangkah. Dalam hati saya membaca Ayat Kursi dan berteriak di telinga gadis tersebut ( Fika namanya, saya baru tau saat ini). Saya terus menyadarkan Fika dengan mengingatkan ia agar selalu menyebut Asma Allah. Saya melihat sebentar lagi Alun-Alun Suryakencana tak kurang dari 500meter menanjak curam. Akhirnya saya paksakan untuk memapah Fika dari sisi kiri dan kanannya oleh temannya. Sementara Bejo mengikuti di belakang. Kami membopong Fika dengan berlari. Pukul 17.20 kami tiba di Alun-alun Suryakencana, saya membawa Fika ke dekat penjual kopi yang sedang membakar kayu bertujuan agar ia tak kedinginan. Saya terus membuat ia merasa hangat dengan minyak kayu putih. Fika terus bergumam bahwa ia telah diikuti oleh banyak makhluk halus yang ingin merasuki tubuhnya. Kini tubuhnya lemas seakan setengah sadar. Kemudian ia berteriak, untung saja ada seorang penjual kopi yang memiliki kemampuan supranatural. Saya memohon agar menolong Fika supaya ia selamat. Karena saya tidak mau hal yang seperti ini terjadi lagi, sebab hal ini sudah banyak terjadi di gunung dan berujung dengan meninggalnya sang korban karena tidak kuat menahan gempuran energi makhluk halus yang bertentangan dengan tubuhnya. Alhamdulillah, ia mulai siuman kembali. Hari semakin gelap, sementara temannya Fika yang membawa tenda masih tertinggal jauh di bawah. Saya dan Rahmat tidak membawa tenda, tenda kami sudah dibawa oleh rombongan peserta penmass. Fika meminta untuk dipindahkan ke tempat yang agak sedikit ramai, saya dan temannya membopongnya, namun ia kembali pingsan saat itu. Hari sudah berganti gelap, teriakan Fika memecah suasana hening Alun-alun Timur Suryakencana. Kembali Bapak penjual teh menanganinya. Tak lama berselang hujan disertai petir kembali turun, untung teman-temannya sudah datang. Mereka mendirikan tenda di sebelah lapak Bapak pedagang kopi tersebut.
"Saat itu saya merasa sangat sedih, sebab gunung tak sehangat dulu lagi. Banyak pendaki yang sudah tak peduli antar sesama pendaki. Mereka banyak yang mementingkan diri sendiri. Kala itu Gunung Gede hampir 600 lebih pendaki, namun hanya segelintir orang saja yang peduli. Ini Gunung kawan bukan Kota...!!!!!. Betapa perihnya sakit di gunung, saya pernah merasakannya. Marilah kita timbulkan kepeduliaan antar pendaki."

Saya memohon ijin untuk melanjutkan perjalanan, sebab saya sudah merasa kondisi Fika sudah agak aman. Saya dan Rahmat melanjutkan perjalanan menuju Alun-alun Barat Suryakencana. Hujan terus mengguyur, kami tak tau dimana letak rombongan kami mendirikan tenda. Setelah 20 menit berjalan kami sampai di Alun-alun Barat. Sambil berteriak kami mencari, akhirnya ketemu juga tempat camp rombongan kami. Sesampainya di tempat camp, saya langsung menyantap lahap makanan yang ada. Kemudian terlelap karena kelelahan diselimuti kabut tipis Lembah Suryakencana. Minggu, 12 Mei 2013 Pukul 04.00 saya terbangun dari tidur lalu keluar tenda. Indah sekali pagi ini, bintang bertaburan di langit. Segelas kopi sebatang rokok membuat suasana semakin syahdu. Tak terasa sang fajar mulai menampakan keanggunannya. Semua peserta penmas satu per satu bangun dari tidurnya.

13720896741077177167
13720896741077177167
Pukul 06.30 kami semua mulai ritual masak-memasak dan makan bersama. Pukul 08.30 Packing dan operasi bersih. Kemudian Pukul 09.30 kami mulai berangkat menuju puncak Gunung Gede. Kali ini saya berganti posisi dengan Pare. Saya menjadi leader di depan. Kami berjalan menuju puncak. Pukul 10.00 kami tiba di puncak Gunung Gede 2958mdpl. Alhamdulillah. Di puncak sangat ramai oleh pendaki pagi itu. Cuaca pun kurang bersahabat sedikit mendung. Semua rombongan santai dan berfoto, sementara saya merasakan badan yang semakin tidak fit karena kehujanan kemarin. Namun, semua itu sirna oleh wajah-wajah penuh keceriaan para pendaki yang ada di puncak saat itu. Pukul 11.00 kami mulai meninggalkan puncak dan turun melalui jalur Cibodas. Saya turun dengan langkah kaki yang sedikit dipercepat sebab jalur Cibodas jauh sekali sementara waktu sudah teramat siang bagi saya.  Pukul 12.10 kami tiba di Pos Kandang Badak. Saya dan rombongan 1 belakang saya berhenti menunggu semua berkumpul. Pukul 13.00 saya lanjut terus berjalan turun dengan cepat terkadang berlari-lari kecil. Jalur Cibodas sudah tertata batuan yang rapih ternyata. Menurut saya sudah tidak alami lagi kalau seperti ini. Sama halnya seperti jalur Gunung Lawu via Cemoro Sewu. Trek berbatu sangat menyakitkan bagi paha jika kondisi kita menuruni gunung. Pukul 14.00 saya tiba di Pos Kandang Batu dan lanjut menuju Hotspring (air panas). Di Air panas saya berhenti sekitar 15 menit untuk sekedar menyeburkan kaki yang pegal-pegal ini. Kemudian saya lanjut lagi berjalan. Saya melewati jalur yang paling membosankan bagi saya yaitu dari Air Panas - Rawa Denok - Batu Kukus - Pos 3. Inilah trek paling membosankan buat naik maupun turun. Selain berbatu treknya landai dan berputar sehingga terasa sangat jauh. Saya terus berjalan cepat, sesekali berhenti untuk minum dan mengambil nafas. Pukul 16.00 Saya tiba di Pos 3 Panyacangan. Di pos ini kami berhenti lama, saya pun sempat mengambil air sendirian ke Air Terjun Cibereum. Pukul 17.25 semua hampir kumpul, beberapa ada yang tertinggal di belakang. Saya memutuskan untuk jalan terlebih dahulu sebab hari sudah gelap. Tanpa senter saya mulai meraba jalan yang semakin gelap. Alhamdulillah kami masih ada beberapa senter sehingga cukup menerangi jalan turun saat itu. Pos 2 Telaga Biru dan Pos 1 terlewati dengan cepat. Pukul 18.30 saya tiba di Pos Pendaftaran Cibodas. Alhamdulillah. Kami semua yang sudah sampai duluan beristirahat di depan museum Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sekitar 30 menit - 1 jam kemudian datang lah Bejo dengan terengah-engah mengatakan bahwa ada 3 orang yang sakit dan kodisinya lemas di Pos 3 Panyacangan, parahnya mereka hanya ada 1 senter. Saya bersama 2 teman langsung bergegas menjemput mereka dengan berbekal air 1 botol dan beberapa senter. Setengah jam berjalan saya bertemu 11 orang yag masih satu kelompok sama saya. Saya terus merangsek ke atas. Alhamdulillah saya berjumpa dengan mereka di bawah Pos Telaga Biru sedang berjalan pelan-pelan. Saya beserta 2 teman langsung menyambut Kerilnya. Kami turun bersama. Pukul 20.30 semua tim sudah lengkap. Saatnya menuju Warung Mang Idi Untuk mengisi perut. Semua peserta penmass mengisi perut di warung. Hingga Akhirnya mereka meninggalkan warung pukul 23.00 dengan menggunakan kendaraan yang sama seperti berangkat. Menyisakan saya dan 5 orang panitia dari penmass yang berniat bermalam lagi di warung Mang Idi. Senin, 13 Mei 2013 Kami terbangun pagi hari dan langsung sarapan. Sebagian ada yang belanja di Pasar Cibodas. Hingga akhirnya pukul 10.00 kami meninggalkan warung Mang Idi. Saya kembali pulang ke Bandung hari ini. Teman-teman dari Peace sudah mendapatkan truk tumpangan siang itu. Saya menunggu hingga satu jam susah sekali bis yang ada jurusan Bandung. Terpaksa saya naik bis jurusan Garut, turun di Padalarang dan lanjut ke Terminal Leuwipanjang. Pukul 17.00 Alhamdulillah saya sehat wal afiat sampai di kosan. Sampai Jumpa di Pendakian Si Janu Berikutnya... Salam Lestari !!!!!!!! Thanks to : - Allah S.W.T - Peace ( Penikmat Alam Ceger ) - Orang tua yang selalu mendoakan anak Mu ini dimana pun berada - Gunung Gede yang selalu menyambut ku dengan sejuta pesona dan misteri Mu Catatan : - Sampah, Sampah, dan Sampah mohon perhatikan, Gunung Gede semakin banyak pendaki semakin banyak sekali sampah - Jaga kelestarian alam di Gunung Gede-Pangrango, jangan berbuat Vandal - Perhatikan hal-hal kecil sebelum mendaki, misalnya dari peralatan hingga perizinan termasuk izin kepada orang tua - Buat gunung sehangat dahulu, saling tegur sapa, saling bantu, saling tolong, saling memberi, dan sebagainya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun