Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rindu Ramadan, antara Cowok Ganteng dan Sahur Cuankie di Pusdai

12 Juni 2018   14:23 Diperbarui: 12 Juni 2018   14:37 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Sahur di Mesjid Pusdai - bakso cuankie di latar depan | Foto: Rifki Feriandi

Selain jamaah bapak-bapak, mesjid penuh dengan anak-anak muda. Usia kuliahan atau awal bekerja. Wajah-wajah muda mereka begitu cerah dan tampan. Usia muda ternyata sudah dipenuhi oleh gairah keimanan. Bayangkan usia muda seperti itu sudah memiliki keimanan yang hebat, atau memiliki semangat untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Kenapa wajah anak-anak muda menjadi faktor yang dirindukan?

Bagi si Ayah, ini penting untuk menunjukkan stereotif - atau distereotifkan - beberapa lapisan masyarakat bahwa mereka yang ke mesjid berjanggut panjang, celana cingkrang dan identik dengan teroris itu salah besar. Tidak ada sedikitpun gambaran seperti itu ketika itikaf di Pusdai. Sama sekali. Iya, mereka memakai celana cingkrang. Iya mereka bercambang, beberapa cambangnya lebat.

Tapi, lihat saja. Cambang lebat khas anak mudahnya malah membuat menarik. Wajahnya teduh. Perangainya sopan. Dan baju gamis atau koko yang dipakainya pun menambah bagus tampilannya. Bahkan banyak anak muda yang terlihat tampan dengan kafiyeh melilit lehernya. Model hafiz Muzzamil Hasballah. Tadinya si Ayah juga mau pakai kafiyeh seperti itu, tapi takutnya daripada terlihat ganteng seperti Muzzamil Hasbalah, ini malah terlihat lucu seperti patung Haji Geyot.

Maksud hati ingin seperti Muzammil Hasbalah, eh si Ayah malah mirip Haji Geyot :) | Foto: Rifki Feriandi
Maksud hati ingin seperti Muzammil Hasbalah, eh si Ayah malah mirip Haji Geyot :) | Foto: Rifki Feriandi
Di sisi ini si Ayah makin yakin bahwa untuk terlihat tampan itu tidaklah perlu kosmetik, perawatan wajah atau memakai makeup. Cukup ikhlas beribadah dan selalu dalam keadaan berwudu. Rasanya akan kangen melihat mereka, dan apakah justru tahun depan giliran wajah si Ayah yang terlihat tampan dan cerah karena si Ayah beribadah dengan ikhlas dan istiqamah?

Do'ain ya. Do'ain si Ayah beribadah khusu', ikhlas dan istiqamah dan Ayah jadi ganteng. Eaaa

Introspeksi time

Setelah tidur sejenak, jam satu dini hari, jamaah bangun untuk siap-siap melaksanakan Qiyamul Lail. Sebelum itu, dilakukan dulu semasam sesi mengaca diri, berintrospeksi, bermuhasabah. Sesi yang dipandu oleh ustadz atau Kiai yang diundang ini adalah sesi yang sangat menyentuh. Kita diajak melihat ke belakang atas apa yang telah kita lakukan selama ini. Dosa-dosa apa yang pernah dibuat. Kekecewaan-kekecewaan apa saja yang ada di diri kita kepada Allah. Kita diajak menghadirkan wajah ayah dan ibu kita, dan merenung apa yang sudah dan belum kita buat untuk mereka.

Susana itikaf di Pusdai | Foto: Rifki Feriandi
Susana itikaf di Pusdai | Foto: Rifki Feriandi
Sesi yang berjalan hampir satu jam ini sangat-sangat menyentuh. Dengan penerangan yang ditemaramkan, kita jadi merasa syahdu. Isakan-isakan muncul dari berbagai tempat. Iya, dalam kesyahduan itu kita merasa dekat dengan Yang Kuasa, tempat satu-satunya kita berdo'a dan memohon pertolongan. Tanpa dibuat-buat dan dikomandoi, kita akan berurai air mata mengingat dosa-dosa yang pernah kita perbuat, terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap istri dan terhadap anak-anak.

Suasana seperti ini insya Allah akan dirindukan.

One Qiyamullail One Juz

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun