Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Pendidikan Semesta dari Taman Kota? Bisa!!!

29 Mei 2016   20:55 Diperbarui: 29 Mei 2016   22:20 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman Kota 1 BSD | Foto: riadava.blogspot.com

Kemitraan yang simbiosis mutualisme

Jaman kini, bukan saatnya lagi sebuah bisnis mencari keuntungan finansial semata. Kini adalah jaman kemitraan, di mana sebuah bisnis atau perusahaan menempatkan sikap berbagi sebagai bagian dari strategi. Berbagi sebagai mitra sebuah perusahaan terlihat juga di Taman Kota ini.

Kemitraan dengan pihak swasta - lihat logo | Foto: Rifki Feriandi
Kemitraan dengan pihak swasta - lihat logo | Foto: Rifki Feriandi
Monkey bar atau palang-palang besi yang berangkai yang dipakai komunitas Calistnation adalah hasil berbagi sebuah perusahaan pelat merah: PGN. Entahlah, apa keuntungan finansial langsung yang PGN peroleh dengan berbagi alat-alat olah raga itu. Namun penulis yakini ini sebagai bukti sebuah kemitraan yang saling menguntungkan. Taman Kota mendapatkan fasilitas, komunitas mendapatkan suntikan semangat, masyarakat memiliki alternatif olahraga yang fun, dan PGN pun mendapatkan persepsi yang baik. Bukankah kebaikan akan berbuah kebaikan pula. Dan kebaikan serta berbagi tanpa pretensi adalah sebuah pendidikan karakter juga, bukan?

Andil Pemerintah Daerah yang tidak bisa diabaikan begitu saja

Jika terkait pendidikan, terkadang perhatian terlalu fokus kepada Dinas Pendidikan atau Kemendikbud saja. Padahal mau tidak mau, kita harus apresiasi apa yang sudah dilakukan Pemda di bagian lainnya. Bukankah tersedianya sebuah Taman Kota adalah hasil dari sebuah “tekanan” atas pemenuhan regulasi tentang fasilitas umum dan fasilitas sosial terhadap pengembang. Belum lagi jika Dinas Taman ikut berperan dengan melibatkan Dinas Kebersihan pula. Dan pendidikan akan tampak dari Pemerintah Daerah jika apa yang dilakukan jajarannya tidak hanya sebatas pemenuhan kewajiban saja tetapi dilanjutkan dengan menjaga dan mengedukasi masyarakat untuk turut andil melakukannya. Hal ini bisa dilakukan dengan memberi wewenang lebih kepada para petugas di lapangan, seperti petugas kebersihan dan petugas pertamanan, untuk menegur dan memberi edukasi kepada masyarakat yang melakukan sebuah kesalahan, semisal menginjak rumput dan membuang sampah sembarangan.

Pendidikan Semesta Generasi Z

Melihat penjelasan di atas, terlihat bahwa konsep pendidikan secara menyeluruh (semesta) bisa dilakukan dari Taman Kota. Semua unsur pendidikan di luar tiga unsur mainstream (anak, sekolah, pemerintah / kurikulum) terlibat. Unsur keluarga / orang tua, komunitas, masyarakat, mitra dan pemerintah daerah. Unsur-unsur itu terlihat pada homepage Kemendikbud.org.

Lalu, bisakah langsung diterapkan Konsep Pendidikan Semesta dari Taman Kota sebagai sebuah gerakan?

Belum tentu. Ada satu unsur lagi yang rasanya harus dilibatkan agar konsep semestanya lebih lengkap. Itulah unsur teknologi. Iya, unsur teknologi yang menjadi ciri sebuah generasi kekinian, yaitu Generasi Z.

Bagaimana menempatkan teknologi dalam sebuah Taman Kota?

  1. Menyediakan free-wifi

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun