Sejak malam itu aku menutup pintu rumah untuk yang namanya ngerumpi. Istri kularang juga berbuat demikian, kendati ada arisan di rumah kami. Untuk menutupi hasrat ngerumpi, arisan diselingi ceramah keagamaan.
"Sombong sekali tak pernah lagi kau ajak kami ke rumahmu!" Seorang teman menegurku.
"Oh, ya... maaf. Nanti kalau ada pengajian di rumahku, kau dan teman-teman akan kuajak."
"Wah, sudah jadi ustadz ya sekarang!"
Aku cengengesan. Seorang-dua temanku yang senang ngerumpi, tiba-tiba menjauh dariku. Teman-teman istriku juga mulai berbuat sama. Tapi itu lebih baik bagi kami.
"Sudah sebulan lebih, apakah ada yang kita lupakan ya, Pak?" Suatu senja istriku berkata setelah selesai mengaji Al Qur'an.
"Lupa apa?" tanyaku.
"Itu lho, Pak! Bau bangkai! Kenapa bau bangkai itu hilang dengan sendirinya tanpa kita sadari, ya?"
"Oh, iya! Kok kita tak sadari itu, ya?"
---sekian---