Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Teman Imran

12 Mei 2019   13:02 Diperbarui: 12 Mei 2019   13:19 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Sehari lagi puasa Ramadhan akan tiba. Anak-anak Desa Kijong mulai disibukkan cerita-cerita tentang indahnya saat berpuasa. Asep berniat mengerjakan puasa sebulan penuh, karena Paman As berjanji akan membelikannya sepatu baru.

"Aku mau diajak ayah ke Semarang. Jalan-jalan ke kampung Paman Harlan," sela Us Us sambil menyeka keringat. 

"Puasa kok jalan-jalan!"  ketus Asep. Anak-anak tertawa terbahak-bahak.

"Maksudku jalan-jalan lebaran nanti. Itu pun kalau puasaku penuh sebulan." Us Us membela diri.

"Kalau puasamu hanya dua hari?" Ijal tidak mau ketinggalan. Dia tahu betul Us Us tidak tahan berpuasa. Tahun kemarin saja, puasanya cuma tiga hari. 

"Ya, kami tetap akan pergi ke Semarang. Ayah sudah janji dengan Paman Harlan." Us Us tersipu-sipu. Anak-anak langsung meneriakkan "huu" sambil memukul pelan lengan anak gendut itu.

Puas bercerita, mereka berjalan-jalan keliling kampung. Saat bertemu sungai, semuanya langsung mandi. Ada yang sengaja meminum airnya, sebab besok tidak boleh lagi minum di siang hari.

Kemudian mereka berkunjung ke ladang Wak Syaf. Kebetulan sekali pohon jambu airnya berbuah lebat dan berwarna merah-merah. Tanpa ditawari dua kali oleh Wak Syaf, mereka berebut naik. Masing-masing makan dengan lahapnya. Edi dan Irul sengaja memasukkan jambu-jambu air  ke dalam bajunya mereka. Hasilnya perut mereka gembung seperti badut.

"Eh, Imran ke mana, ya?" kata Asep setelah mereka meninggalkan ladang Wak Syaf. 

"Imran? Wah, dia pasti sedang di rumahnya. Dia ada teman baru dari Jakarta," jawab Edi sambil menggembung-gembungkan mulutnya.

"Jakarta?" Anak-anak terbelalak. Mereka membayangkan sebuah kota besar dengan Tugu Monas yang puncaknya terbuat dari emas. Pasti teman baru Imran orang kaya. Baju-bajunya keren seperti artis yang setiap akhir pekan selalu nampang di koran mingguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun