Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Omang Si Kalomang

23 April 2019   19:34 Diperbarui: 23 April 2019   19:47 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustras : pixabay

Omang si kalomang muda, pagi ini meninggalkan laut menuju pantai. Dia berbeda sekali dari ratusan kalomang lain. Tubuhnya berbintik-bintik  hitam dan kelihatan indah. Itulah yang membuatnya sombong. Saat kalomang lain mencari rumah, dia malahan asyik bermain pasir 

"Ayo, cari rumah! Jangan bermain pasir terus!" tegur Amang. Dia berhasil menemukan rumah, meskipun kelihatan buruk. 

"Untuk apa punya rumah? Apalagi rumah buruk seperti milikmu! Aku  tak mau! Tak kau lihat tubuhku begitu indah?" ejek Omang. 

Amang tak memedulikan temannya yang sombong itu. Sebelum dilepas menuju pantai, para orang tua kalomang telah  memerintahkan agar setiap kalomang muda selekasnya mencari rumah. Karena binatang di pantai ganas-ganas. Bila seekor kalomang berkeliaran tanpa rumah, dia akan mudah ditangkap dan dimakan pemangsa. 

Tiba-tiba ada sekumpulan burung pemangsa yang menyerbu ke pantai. Mereka kesenangan melihat ratusan kalomang muda berkeliaran. Kalomang yang telah memiliki rumah, tinggal memasukkan seluruh badan ke dalam rumahnya. Lalu, diam. Meskipun dipatuk beberapa kali, tetap saja burung tak dapat memangsa mereka.

Kasihan sekali kalomang muda yang tak memiliki rumah. Mereka dengan mudah dimakan burung pemangsa. Beruntung sekali Omang selamat, karena tiga anak yang sedang berkejar-kejaran, membuat burung-burung itu ketakukan dan terbang tinggi ke angkasa.

"Kau tak mau dimangsa burung seperti nasib teman-teman kita kan, Omang! Ayo, cepatlah mencari rumah." Amang menarik Omang dengan capitnya. 

Beberapa lama kemudian, Amang berteriak karena melihat sebuah rumah tanpa penghuni. Rumah itu masih sangat bagus. Tapi sayang, rumah itu terlalu kecil untuk tubuh Omang.

Amang menyuruhnya bersabar. Mereka mencari rumah lagi ke tempat lain. "Nah, itu ada lagi. Mudah-mudahan kau cocok memakainya," kata Amang. 

Omang tersenyum. Perlahan dia memasukkan tubuhnya ke dalam rumah itu. Ternyata berhasil. Mereka tertawa bahagia. Hanya saja ketika Omang mau berjalan, rumah itu tertinggal di belakang. "Yah, rumahnya kebesaran! Memang nasibku mati muda. Aku tak punya rumah. Sebentar lagi aku akan dimangsa hewan lain." 

Amang kasihan melihat nasib Omang. Dia keluar dari rumahnya, lalu berlari ke bawah sebuah batu. "Pakai saja rumahku itu untuk mencari makan. Aku sudah cukup kenyang sekarang. Nanti kalau kau sudah kenyang, pulanglah ke sini. Aku mau mengambil rumahku kembali."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun