"Husss!" Istrinya melotot.
"Atau menjadi rumah han...."
"Kuwalat, Pak!"
Keadaan hening. Pak Bedah terseok menuju kamar. Bengeknya tambah parah saja.
* * *
Pesta kawinan di rumah Pak Lubai benar-benar ramai. Ada tanggapan organ tunggal dan penari jaipongan dari Jawa. Jam tangan Pak Bedah menunjukkan hampir pukul dua belas siang. Matanya berubah jelalatan.
"Kenapa mata Pak Bedah ini seperti tukang copet?" Harun menggodanya.
"Waktu shalat lohor hampir tiba, Run! Siapa yang azan di masjid?" Pak Bedah berdiri.
"Ah, sabar dulu, Pak Bedah. Organ tunggalnya lagi mantap-mantapnya. Lagian, soal azan kan bisa nanti."
Pak Bedah melotot. "Tempat itu masjid, Run. Bukan musholla apalagi langgar."
"Lha, makan dulu."