Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Fenomena Kebahasaan dan Percakapan Paragog Anak Muda Milenial

9 Agustus 2020   21:35 Diperbarui: 9 Agustus 2020   21:36 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Dok. Uniqpost.com)

Pada setiap zaman dan generasi, pergaulan selalu mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan. Karena pergaulan adalah hal yang dinamis, mengikuti kemajuan zaman, dari model cara berpakaian hingga percakapan. Pasti di antara kalian para pembaca pernah mengalami perkembangan masa-masa muda kalian penuh dengan pergaulan, karena sebagai penambah teman bukan? Dari setiap pergaulan kerap kali banyak hal baru yang ditemukan dan ditiru, dari segi penampilan hingga tata cara berbahasa.

Berbahasa pun memiliki sifat yang dinamis, selalu berubah-ubah sesuai perkembangan zamannya. Dalam setiap generasi, selalu ditemukan hal baru dalam berbahasa, yang dijadikan sebagai percakapan sehari-hari tiap kali bergaul. Fenomena dan keunikan berbahasa sering kali tercipta oleh ketidaksengajaan atau kebiasaan dalam bertutur kata.

Dahulu pada masa belum berkembangnya teknologi secara pesat, android belum berkembang pesat seperti saat ini, kita pernah mengalami berbahasa dengan menggunakan kata yang disisipi angka dalam setiap katanya. Bahkan kita menyebutkan dengan bahasa alay angka, seperti "4ku c1nt4 k4mu, 80l3h j4d1 p4c42 k4mu?"

Bahasa tersebut pernah kita temukan dan bahkan di antara kita pernah menggunakannya dalam percakapan. Saya pun pernah mengalami menggunakan bahasa tersebut sebagai percakapan dan waktu masih maraknya menggunakan kirim pesan menggunakan sms. Lalu ada lagi fenomena bahasa sesuai perkembangannya, yaitu menyingkat kata dalam percakapan pesan selular, seperti "ak mennggu km dr td, tp km g dtng"

Bahasa tersebut pun kita juga pernah mengalaminya, di saat menggunakan gawai yang masih bermesin tik satu kotak tiga huruf, alasan cukup masuk akal, untuk mempersingkat pesan demi menghemat pulsa dan cepat terkirim bukan? Fenomena bahasa berikutnya sesuai zamannya yaitu menggunakan kata atau bahasa bayi atau imut, seperti "kamyu cantique bingiits, akyu jadi syuka"

Fenomena bahasa tersebut banyak sekali digunakan pada zamannya. Setiap perkembangan bahasa selalu menemukan fenomena baru dan hal baru dalam kebahasaan. Namun, fenomena kebahasaan seperti itu akan hilang termakan zaman dan akan muncul bahasa baru lagi sesuai zamannya.

Pada era milenial ini, lagi fenomena penggunaan bahasa paragog dalam setiap percakapannya. Apa sih paragog itu? Paragog merupakan penambahan huruf atau bunyi pada akhir sebuah kata, seperti penambahan huruf s pada kata teman hingga menjadi "temans" lalu, makans-makans. Hal ini dapat dilihay pada percakapan dialog berikut.

Tupai: "sangs, aku lapars parah nih."

Musang: "cari, makans yuks, aku juga lapars."

Fenomena bahasa tersebut kerap kali digunanakan pada percakapan anak muda milenial saat ini. Sebelumnya anak-anak muda milenial menggunakan bahasa metatesis sebagai percakapan dalam bergaul, kini ditemukan fenomena penggunaan bahasa paragog pada anak milenial saat ini.Penggunaan bahasa tersebut sudah digunakan dalam kurun waktu yang lumayan lama, setelah terjadinya penggunaan fenomena bahasa metatesis pada kalangan remaja. Hal ini merupakan suatu perkembangan bahasa yang sangat luas dan dinamis.

Dengan demikian hal tersebut bisa dikatakan berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap perkembangan bahasa. Semua tergantung pada diri si penuturnya, selama itu tidak merusak tatanan kebahasaan maka dapat dikatakan aman, tetapi apabila hal tersebut menjadi kebiasaan dan dapat merusak tatanan berbahasa maka harus dihilangkan.

Bahasa itu memiliki keluwesan dan fleksibel sebagai alat komunikasi dan percakapan yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur. Dengan adanya fenomena-fenomena kebahasaan tersebut, kita dapat belajar bahwa setiap perubahan dan perkembangan tidak harus berujung pada hal yang positif, tergantung penggunaan dan penempatannya.

Salam bahasa, salam literasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun