Cincin Gyges memberikan kekuatan untuk mencapai keuntungan pribadi tanpa konsekuensi. Hal ini mencerminkan pandangan bahwa, tanpa pengawasan dan tanggung jawab, seseorang mungkin cenderung mengutamakan kepentingan pribadinya sendiri di atas keadilan atau moralitas.
Uji Karakter:
     Cerita Cincin Gyges sejalan dengan konsep uji karakter. Plato melalui dialognya menunjukkan bahwa keadilan sejati adalah tindakan yang dilakukan bahkan ketika seseorang yakin tidak akan ada konsekuensi. Cincin tersebut merupakan alat yang mengungkap sifat hakiki dan moralitas individu.
Dengan demikian, hubungan antara Cincin Gyges dan perilaku kejahatan seseorang adalah bahwa kemampuan untuk bersembunyi dari pandangan orang lain dapat memberikan kebebasan yang berpotensi dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang tidak etis atau amoral. Cerita ini menciptakan diskusi filsafat tentang sumber moralitas dan apakah perilaku etis muncul dari keterpaksaan eksternal atau dari pilihan moral internal.
Ilustrasi hubungan antara Cincin Gyges dan perilaku kejahatan:
Korupsi di Lingkungan Bisnis:
     Seseorang yang memiliki kekuasaan atau posisi tinggi di dunia bisnis mungkin tergoda untuk melakukan tindakan korupsi jika yakin bahwa dapat melakukannya tanpa ketahuan. Misalnya, menggunakan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi, menggelapkan dana perusahaan, atau melakukan penipuan keuangan.
Â
Korupsi di Lingkungan Pemerintahan:
     Pejabat pemerintah yang yakin dapat lolos dari penyelidikan atau hukuman mungkin tergoda untuk melakukan tindakan korupsi, seperti menerima suap atau menyalahgunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi, karena merasa dapat bersembunyi di balik struktur birokratis yang kompleks.