Eddy Soeparno, Wakil Ketua Komisi VII DPR, meminta agar penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan pertalite ditiadakan secara bertahap.
Permintaan ini disampaikan untuk mencegah keresahan di masyarakat.
"Premium dan pertalite, khususnya premium perlu dilakukan penghapusan secara progresif. Jadi bertahap, tidak sekaligus supaya tidak menimbulkan gejolak di masyarakat," kata Eddy kepada wartawan, Jumat (24/12/2021).
Sebelumnya, Komisi VII melalui Pertamina, mendukung rencana pemerintah menghapuskan premium dan pertalite. Sejak awal, Komisi VII juga membahas rencana pencabutan tersebut.
"Memang benar perlu menggunakan bahan bakar oktan tinggi. Karena di satu sisi, produsen mobil juga menggunakan bahan bakar oktan tinggi, sehingga tidak lagi menggunakan bahan bakar premium," kata Eddy.
Eddy kemudian menyoroti beberapa area yang secara bertahap dihilangkan premium. Melihat kembali ke area ini, Eddie tidak melihat adanya gejolak.
Eddy juga percaya bahwa penghapusan bertahap merupakan solusi.
“Kita telah melihat di beberapa tempat di Jawa dan Sumatera sudah tidak ada lagi premium di kota dan daerah tertentu, jelas tidak ada gejolak,” ujarnya.
Perlu dicatat bahwa jenis bahan bakar pertalite dan premium dapat dengan cepat menjadi sulit ditemukan di beberapa SPBU.
Kenaikan menyusul upaya pemerintah yang berusaha mengklaim ingin memperbaiki kondisi lingkungan dengan mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, yaitu penggunaan BBM RON tinggi.
Sebagai informasi, pertalite memiliki RON 90 dan premium 88.
Untuk itu, pemerintah saat ini sedang menyusun roadmap bahan bakar ramah lingkungan dan mengganti pertalite dengan bahan bakar yang lebih berkualitas.
Pada Kamis 23 Desember 2021 Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas, Soerjaningsih berujar dalam keterangannya, "Dengan roadmap ini, kami memiliki timeline di mana kami akan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan nanti. Akan ada saatnya Pertalite harus dikeringkan dan harus dipindahkan dari Pertalite ke Pertamax."
Ia mengatakan, proses perpindahan dari Pertalite ke Pertamax telah dibahas untuk menghindari keresahan masyarakat.
Soerjaningsih berkata, “Sehingga kami juga mencermati jumlah Pertalite yang harus disediakan untuk masyarakat.”
Sebelumnya, ia juga menyampaikan bahwa Indonesia saat ini sedang memasuki masa transisi dari bahan bakar RON rendah ke bahan bakar ramah lingkungan.
“Kita sedang memasuki masa transisi dimana Premium (RON 88) akan digantikan oleh Pertalite (RON 90) dan pada akhirnya kita akan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan,” imbuhnya.
Soerja menginformasikan, RON 88 Premium saat ini baru tersedia di tujuh negara. Volume yang digunakan juga kecil. Kesadaran masyarakat untuk menggunakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik adalah salah satu alasannya.