Mohon tunggu...
ridwan nulcholiq
ridwan nulcholiq Mohon Tunggu... Insinyur - Menuliskan Ide dari sebuah sudut pandang baru, mencari kebenaran

Lahir : Ciamis, 29-11-1972 Sekolah :SMAN II TASIKMALAYA, STTTELKOM 1996, Menikah : 1999 Bekerja di BUMN lokasi Surabaya : 1997-2020

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Asyiknya Mengikuti Kelas Menulis

5 Mei 2021   12:59 Diperbarui: 5 Mei 2021   14:30 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cangkir souvenir dari Gunung Rinjani dua bulan lalu itu masih terisi setengah kopi hangat. Minggu, 4 April 2021  pukul 00.16 WIB dini hari, di luar gerimis, aku masih terjaga. Baru saja kuputuskan melanjutkan bergabung dengan salah satu kelas menulis setelah membaca ketentuan dan informasi lainnya. Apa sih sebenarnya yang membisikkan ke dalam pikiranku untuk bergabung di kelas ini?, lalu bagaimana selanjutnya hari-hari berjalan? apakah ini keputusan penting atau selingan saja?. 

Gagasan baru atau yang tidak biasa namun realistis meskipun pahit, selalu menarik perhatianku sejak lama. Meskipun tidak rajin membaca buku-buku, tulisan di media, artikel, dan sebagainya, saya tetap rutin menulis. Biasanya kusalurkan ide atau sebuah gagasan ke dalam tulisan singkat di medsos (zaman baheula sih di buku diary ya?). Rasanya seperti ada teman ngobrol. Tidak kukenal metode, tips atau keilmuan apapun tentang menulis, kecuali tentang etika mengetik di media digital. 

Alhasil, dari sejumlah comment, terlihat beberapa teman sering tidak mengerti maksud tulisanku itu, banyak pula yang nyinyir, salah faham, tetapi ada juga yang tertarik dan minta berteman. Menarik nih, andai saja aku bisa menulis dengan lebih baik dan efektif. Kayaknya sih, itu alasan awal dan murni kuputuskan belajar dan bergabung.

Kelas menulis dimulai, ada perkenalan, tanya jawab singkat, ada sekitar 60 peserta. Kelas  akan berlangsung 7x24 fleksibel, maksudnya mentor dan peserta berkomunikasi secara digital, interaktif diatur sedemikian sehingga diskusi berjalan lancar. 

Ada praktek rutin, diatur dengan proporsional agar tidak terasa seperti tugas atau praktikum. Sehingga tidak terjadi mati gaya atau blank ide disebabkan tekanan. Selebihnya, metode kursus apapun bagiku termasuk hal yang confidential untuk diceritakan lengkap. 

Tentu saja bayar, nggak mahal kok, kalau mau gratisan banyak sih, tapi biasanya yang seperti itu tidak jelas, mentornya bukan pelaku misal penulis/kolumnis, dan hanya ilmu comot sana comot sini. Sekali-kali aku ingin melakukan sesuatu lebih professional lah. Dan berjalanlah hari-hari menulis membaca.

Sudah kuduga, pesertanya warna-warni, berbagai latar belakang dan usia. Mentornya, Mas, penulis, kolumnis, pengalaman dan cukup dikenal lah pokoknya. Namun yang jelas, pasti seorang pembaca juga kan?

Materi awal, menurutku cukup banyak, tapi dikemas dengan baik sehingga tidak menyebabkan cepat lelah. Bagiku materi tersebut banyak mengandung hal baru, membuka wawasan, bahkan beberapa menyadarkanku akan kekeliruaan persepsi saat ini tentang tulis menulis. 

Tidak lupa tata tulis baca, sesuai kaidah baku. Juga dibahas bahwa kondisi fisik,psikis, lingkungan tertentu mempengaruhi dengan kuat proses menulis ini. Bahkan referensi dan karakter berbagai media, kebiasaan redaktur dibahas, sehingga peserta yang bermaksud jadi penulis, kolumnis, atau mendapat honor menjadi tercerahkan.

Praktik pertama pun tiba, heran, rasanya kok seperti tugas, tapi dijalankan saja lah, dinikmati, ini bukan tugas kok, ini akan menjadi pengalaman mengasyikkan, semoga. Sebagian peserta menganut tradisi sistem kebut semalam, the power of kepepet, beberapa sudah memiliki tabungan tulisan, sebagian lagi masih mati gaya. Date Line  tiba, tidak semua peserta mengumpulkan praktik-1, biasa, kurva normal. 

Aku sendiri jujur saja, tidak bisa 100% santai, kenapa ya, sekecil apapun ada perasaan semacam insecure begitu, ada deg-degannya juga, padahal ini kegiatan belajar murni yang harusnya fun menyenangkan, karena berangkat dari passion, kebutuhan. Tidak akan ada sanksi, tidak ada penilaian, tidak ada persaingan. Tetap saja rasanya seperti sedang mau kuis, atau ulangan sekolah. Sepertinya depdikbud berhasil menanamkan metode belajar tertentu di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun