Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan Mohon Tunggu... Relawan - Fungsionaris DPP Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES)

Orang biasa saja, seorang ayah, sejak tahun 2003 aktif dalam kegiatan community development. Blog : mediawarga.id e-mail : muh_ridwan78@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

JSS Tidak Sekedar Membangun Konektivitas Ekonomi tetapi Membangun Konektivitas Kebangsaan

2 November 2014   06:48 Diperbarui: 20 Oktober 2015   10:40 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden SBY dan Maket Jembatan Selat Sunda (Sayangi.com)

Megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS) yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera berpeluang tidak jadi dibangun pada masa pemerintahan Jokowi-JK. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago, ada dua hal yang menjadi pertimbangan utama ditundanya pembangunan JSS, mengutip Kompas.com, Jum’at (31/10/2014).

Pertama, JSS dikhawatirkan bakal mematikan identitas Indonesia sebagai negara maritim. Pertimbangan kedua adalah perihal ketimpangan. Menurut Andrinof, alangkah lucunya jika pemerintah yang berkoar-koar akan menekan ketimpangan justru membuat megaproyek yang menambah ketimpangan antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur.

Dari Awal Andrinof Chaniago Menolak JSS

Sebelum Andrinof Chaniago jadi Menteri, melalui akun media sosial Facebook sering mengkritik kebijakan Pemerintah SBY yang akan membangun JSS. Menurut Andrinof, pembangunan JSS akan tambah membebani transportasi di Jakarta.

Selain alasan itu, Andrinof juga menyinggung soal pemenuhan kebutuhan rumah rakyat yang masih minim. Backlog atau ketimpangan antara permintaan rumah dan ketersediaan rumah itu setidaknya mencapai 15 juta rumah, dengan peningkatan lebih dari 1 juta rumah per tahun. Jika JSS dibangun akan ada konsesi penguasaan lahan oleh segelintir pengusaha, yang akan membuat harga tanah tidak terjangkau.

Menurut penulis, argumentasi yang diungkapkan Andrinof Chaniago selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional tidak cukup beralasan.

Sangat disayangkan jika Pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) ditunda, karena Bottle Neck permasalahan konektivitas ekonomi antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera ada di Selat Sunda. Pun nantinya akan membebani Ibu Kota Jakarta dalam hal daya dukung dibidang Transportasi bisa diatasi dengan perencanaan tata ruang yang lebih baik lagi 20 tahun mendatang. Naiknya harga tanah disekitar lokasi dibangunnya JSS adalah konsekwensi yang harus dihadapi, namun pemerintah melalui Kementerian Agraria bisa mengeluarkan regulasi mengenai konsesi-konsesi lahan agar lebih adil dan tidak di monopoli oleh Konglomerat tertentu. Kemudian, Pemerintah melaui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat harus mampu menjamin ketersediaan rumah murah disekitar pembangunan JSS.

JSS dan Keutuhan NKRI

Menurut Penulis, pembangunan JSS akan lebih banyak berdampak positif dibandingkan dampak negatifnya. Saya yang lahir dan besar di Jawa Barat dan telah menetap kurang lebih lima tahun di Pulau Sumatera menjadi saksi hidup betapa timpangnya pembangunan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, khususnya dibidang Infrastruktur.

Kemudian, dalam kerangka NKRI JSS bisa lebih merekatkan kohesi kebangsaan Indonesia. Saya tidak membayangkan kalau pada akhirnya Rakyat Sumatera lebih memilih mendukung pembangunan jembatan penghubung antara Pulau Sumatera dan semenanjung Malaysia yang sudah diwacanakan. Kalau itu terjadi, Malaysia yang akan meraih keuntungan secara ekonomi atas Pulau Sumatera, dan keutuhan NKRI akan terancam.

Baca juga :

Kontrak Karya Freeport Tidak Diperpanjang, NKRI Terancam Bubar?

Tentara, Politik dan Isu Kudeta

Pilkada: Proses Demokrasi yang Melahirkan Oligarki

Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Saran dari IMF?

Analisis Marxis Tentang Islam Politik

Dari Tun Abdul Razak ke Najib Razak, Lompatan Besar Mahathir dan Relasi Sosial di Malaysia

Radikalisme Islam bukan Produk Impor, tapi "Home Ground"

Detik-detik Menentukan Perubahan Piagam Jakarta

Kelompok Syiah Rencanakan "Revolusi" Tahun 2018?

Jokowi SalahSatu Pemimpin Muslim Terkuat, tapi "Lembek" Soal Konflik di Suriah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun