Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Beda Nasib PSI dan PKS

25 April 2019   15:44 Diperbarui: 25 April 2019   15:55 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Seorang Raja Juli Antoni, Wasekjen PSI dengan pongah berkomentar bahwa haram bagi partai nasionalis  seperti PSI untuk berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), makna yang lebih luas dari pernyataan tersebut menjelaskan bahwa PSI tidak akan berkoalisi dengan PKS di seluruh pilkada gubernur, bupati dan wali kota di seluruh Indonesia. Sombong banget nih partai bau kencur. 

Alasan utama PSI tidak mau bekerja sama dengan menurut versi Raja Juli, karena PKS telah menjadikan demokrasi sebagai alat untuk mendirikan pemerintahan Islam versi mereka. Tuduhan yang sangat tidak mendasar. Asal ngomong, Dipikirnya demokrasi itu milik PSI. Jadi seenak udelnya, ngomong atas nama demokrasi.

Apa yang dimaksud Demokrasi yang dimaksud PSI adalah  Menolak Perda Syariah, Menolak Poligami? kalau itu yang dimaksud, PSI harus belajar pada PDIP. PDIP meski kerap berseberangan dengan PKS. Kata orang sih ibarat minyak sama air sangat susah disatukan, namun demikian, PDIP dalam kampanyenya tidak pernah menolak perda syariah, dan poligami, sekalipun PDIP pun bersifat pasif terhadap pernyataan PSI. 

Dan perlu jadi catatan buat PSI, PDIP dan PKS pernah dua kali berkoalisi mengusung Jokowi sebagai walikota Solo di 2005 dan 2010, bahkan tidak hanya Jokowi semata. Ada beberapa kepala daerah diusung secara bersama oleh kedua partai yang berbeda platform. Dalam hal ini, PSI perlu membuka mata dan melebarkan telinga, biar pintar. Jangan hanya napsu mendirikan partai hanya untuk kepentingan golongannya, dengan maksud menyerang golongan lain.

Jawaban kesombongan PSI terjawab. Pada pemilu 2019 ini, PSI tidak lolos Parlementary Treashold 4%. Maka upaya untuk tidak berkoalisi dengan PKS tersampaikan. Celakanya bukan dengan PKS saja, tetapi dengan partai-partai nasionalis setali tiga uang. Efek Jokowi tidak memberi pengaruh apa-apa tuh untuk kenaikan suara PSI, yang ada PSI jadi biang keladi perolehan suara Jokowi menurun di beberapa daerah. 

Nasib PKS jauh lebih baik. Sebelumnya PKS disebut oleh lembaga survey tidak lolos Parlementary Treashold. Dan hasilnya pada pemilu 2019, suara PKS meningkat tajam, hampir 5 kali lipat suara PSI. Bisa jadi karena efek Prabowo, tetapi juga karena PKS sudah teruji dan terbukti militansi kadernya yang sulit tertandingi oleh partai mana pun.

Kini nasib PSI dan PKS bagai bumi dan langit, PSI masuk ke dalam lumpur, meski masih menyisakan kesombongannya. Sementara PKS jauh terbang menantang langit. Sesekali elok matanya memandang prihatin ke arah lumpur, tempat PSI perlahan-lahan tenggelam ditelan lumpur panas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun