Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Spiritualitas dan Muhasabah Diri

6 September 2020   03:47 Diperbarui: 6 September 2020   03:45 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Disaat orang-orang masih ramai membicarakan mengenai pelarangan penggunaan satu bahasa gaul anak muda, saya sendiri tengah berkutat dengan persoalan diri yang menurut saya jauh lebih penting dari sekedar sebuah kata. Egois...? 

Tentu tidak, ketika seseorang dengan baik membina dan menempa dirinya sedemikian rupa hingga menjadi sesosok manusia yang baik, maka orang-orang di sekitarnya tentu akan merasakan dan menerima kebaikan itu pula. 

Berbeda dengan pahaman umum mengenai Egois, bahwa sebenarnya Egois sendiri bisa menjadi sebuah jalan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. 

Sayangilah waktu kita untuk membahas hal-hal yang jauh lebih berguna dan bermanfaat dari sekedar membicarakan sebuah kata yang bagi sebagian orang mungkin terdengar kasar, atau bagi sebagian yang lain malah digunakan sebagai kata keakraban di antara teman sebaya.

Perjalanan kita terlampau panjang, namun usia hidup manusia kian memendek. Menurut para ahli kesehatan, hal itu disebabkan karena berubahnya pola hidup masyarakat dari yang awalnya alami kini mulai dipenuhi dengan berbagai campuran kimiawi dalam makanan. 

Lalu pola hidup yang tidak seimbang antara apa yang dikonsumsi oleh tubuh, apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan gerak yang harus dikeluarkan sebagai sarana pembakaran kalori dan energi. 

Berbagai hal itu tak bisa kita pungkiri bahwa secara hukum kausalitas mempengaruhi taraf dan kualitas hidup kita, sehingga menyebabkan kerusakan pada tubuh kita yang rentan terhadap hal-hal negatif.

Hal itu menunjukkan pada hakikatnya tubuh manusia senantiasa menghendaki hal-hal positif dalam kehidupan, baik apa yang dikonsumsi, apa yang dikatakan, apa yang dilakukan, apa yang dipahami dan apa yang diyakini. 

Sejatinya tubuh manusia akan melakukan sebuah proses penolakkan terhadap hal-hal yang cenderung tidak baik yang megarah pada pengrusakan atau penyalahgunaan fungsi tubuh.

Manusia dalam keseharian di dalam tubuhnya secara biologis melakukan sebuah proses sirkulasi, baik berupa oksigen maupun materi lainnya seperti makanan dan air. Makanan dan air yang dikonsumsi manusia akan diolah di dalam tubuh menjadi energi, energi dalam tubuh kita gunakan untuk melakukan berbagai aktifitas sehari-hari. Berbagai kegiatan dan aktifitas kita lakukan atas dasar asupan yang berasal dari alam ini.

Saya pernah menulis sebuah artikel yang sedikit mengungkapkan dua bahasa yang belakangan sering kita dengar, baca atau ucapkan dalam kehidupan. Yaitu kata Religius dan Spiritual (Baca disini), tulisan saya itu di pos pada sebuah akun wordpress yang pernah saya garap bersama teman-teman di Pondok Pancasila. 

Religius berasal dari bahasa Belanda Religie yang berarti mengikat kembali, beberapa Filosof Yunani dan Eropa lainnya memaknai kata Religius sebagai istilah untuk sikap ketaatan seseorang terhadap sebuah ajaran agama tertentu yang diyakini orang tersebut. Dalam English disebut dengan Religious.

Ketika bernafas, seseorang sedang "mengikat" oksigen di sekitarnya dan kemudian ia hirup lewat hidung masuk ke dalam tubuhnya. Setelah masuk ke dalam tubuhnya, maka sirkulasi oksigen itu disebut sebagai proses bernafas. 

Dari sini bisa coba kita cermati dan maknai. Religius berarti proses seseorang dalam memahami segala sesuatu di alam semesta ini, lalu mengikat dan menariknya untuk masuk ke dalam diri, baik itu materi, imajinasi maupun ilmu.

Menurut kamus Webster, Spiritual berasal dari kata Spirit. Spirit berasal dari bahasa latin "Spiritus" yang berarti nafas (breath) dan kata kerja "Spirare" yang berarti bernafas. 

Melihat dari asal katanya, yaitu bernafas. Makhluk yang bernafas dikatakan hidup, nafas ibarat ruh(nyawa) bagi jasad. Ketika tidak bernafas maka seolah ia tidak bernyawa atau mati. 

Dari sini bisa kita maknai, bahwa Spiritual adalah menyangkut mengenai hal yang bersirkulasi dalam diri, baik darah, udara maupun hal lainnya yang berperan menghidupkan suatu jasad dari kondisi matinya. Atau sering kita sebut sebagai, Ruh atau Nyawa.

Menariknya, dalam suatu pertemuan dengan seorang Budayawan yang juga Seniman di bilangan Sawangan. Beliau memaparkan penjelasan Spiritual lewat sisi yang lebih humanis. Yaitu bahwa Spiritual berasal dari dua suku kata, spirit yang berarti semangat dan ritual yang berarti sebuah kegiatan yang dilakukan secara rutin. 

Ia menerangkan bahwa Spiritual adalah sebuah perilaku seorang manusia yang berbentuk ritual dan dilakukan untuk membangkitkan semangat di dalam dirinya. 

Dimana ritual tersebut adalah ritus kerohanian yang dimaksudkan sebagai jalan mendekatkan diri pada Tuhan dan tujuannya adalah menanamkan Semangat ke dalam Jiwa. Sehingga Spiritualitas bisa berarti sebuah proses pembentukan Jiwa yang dilakukan oleh seorang manusia melalui ritus-ritus kerohanian (keagamaan).

Dari dua pemahaman di atas, mampu kita temukan. Bahwa Spiritual adalah sebuah proses pembentukan Jiwa yang dilakukan oleh seorang manusia melalui ritus-ritus dan dilakukan secara terus-menerus (spirare). 

Karena pada tahap tertentu, penanaman semangat ke dalam jiwa bisa berupa sebuah tindakan kemanusiaan atau sebuah tindakan yang melahirkan nilai diri dan nilai tersebut menjadi semangat baru bagi pembentukkan jiwa tersebut.

Sampai disini, sebaiknya pastikan kopi di cangkir anda masih cukup untuk menemani kelanjutan Terapi Kopinya. Karena masih ada bagian Muhasabah yang mesti kita kupas.

Muhasabah adalah suatu perilaku yang kita kenal dengan kegiatan perenungan diri atau mengintrospeksi diri. Kadang juga disebut sebagai pengevaluasian diri. Introspeksi sendiri berasal dari dua suku kata, yaitu intro atau intra yang berarti 'ke dalam' speksi yang berarti pertimbangan. Dengan ini bisa dipahami bahwa introspeksi adalah mempertimbangkan ke dalam diri mengenai apa yang sudah dilakukan dalam kehidupan, dan apa yang mesti diperbaiki ke depannya dan seterusnya.

Sedangkan jika ditinjau dari kata Muhasabah itu sendiri yang merupakan bahasa Arab, akar katanya adalah hasiba-yahsabu-hisaba yang secara etimologis berarti melakukan perhitungan. 

Perhitungan ini sama maknanya dengan penjabaran mengenai introspeksi di atas. Yaitu memperhitungkan apa yang sudah dilakukan, apa yang mesti diperbaiki dan seterusnya... dan seterusnya.

Jadi seseorang dalam membentuk karakter jiwanya, mensucikan jiwanya dan memelihara jiwanya adalah kondisi proses yang disebut dengan kondisi Spiritual. Dimana di dalamnya juga ada Muhasabah untuk mempertimbangkan dan memperhitungkan segala hal yang ada dalam kehidupan dan proses kehidupannya.

"Segala sesuatu bermula dari pikiran. Apapun yang terwujud dalam kehidupan, itulah yang ada di dalam pikiranmu." - Aristotle

"Pikiran adalah pelopor kehidupan. Sejauh mana pikirian berkembang, maka tindakkannya pun berkembang." - Shidarta Gautama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun