Mohon tunggu...
Ridho Putra Perdana
Ridho Putra Perdana Mohon Tunggu... -

Penulis adalah mahasiswa Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Selanjutnya

Tutup

Money

Accounting Fraud dalam Kasus Pembobolan Bank Mandiri

12 Desember 2018   22:47 Diperbarui: 12 Desember 2018   23:11 2823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Laporan keuangan adalah proses pencatatan rincian transaksi keuangan yang terstruktur sebagai bentuk pertanggungjawaban tugas-tugas yang dibuat oleh manajemen dalam periode tertentu dan harus bersifat kualitatif dan relevan agar informasi atau data yang disajikan bebas dari kesalahan material, tidak memiliki pengertian yang menyesatkan, dan dapat diandalkan oleh user (pengguna) dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. 

Laporan keungan memuat berbagai entitas pelaporan meliputi asset, kewajiban, belanja, transfer, pembiayaan, saldo anggaran lebih, kewajiban, ekuitas, dan berbagai hal lain.

Kendati kebajikan akuntansi telah diterapkan oleh pemerintah, namun kesalahan dalam pelaporan masih sering terjadi. 

Dalam ilmu akuntansi kesalahan dalam laporan keuangan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu kesalahan akibat dari kekeliruan tertentu (error), dan kesalahan yang disengaja atau kecurangan (fraud).  

Tindak kecurangan atau fraud terjadi karena adanya dorongan untuk melakukannya (pressure), peluang untuk berbuat curang (opportunity), dan tidakan pembenaran atas apa yang telah ia lakukan (retionalization). 

Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang yang melambat 0,4% pada periode 2015 -- 2016 menjadi pemicu tekanan pada pasar keuangan global. 

Meski pemerintah Indonesia menyatakan akan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di atas 5%, tapi pelemahan ekonomi ini tetap berdampak pada sektor kredit perbankan untukSmall and Medium Enterprises (SME). Momentum pelemahan ekonomi nasional menjadi celah bagi PT Tirta Amarta Bottling Company (TAB) untuk mengajukan penambahan fasilitas Kredit Modal Kerja dalam jumlah yang lebih besar dengan total mencapai Rp1,4 triliun dengan menggandeng mitra kantor cabang Bank Mandiri Mandiri Comercial Banking Center Bandung.

PT TAB telah menjadi nasabah Bank Mandiri selama 10 tahun dan memiliki record yang cukup baik sebagai debitur. Namun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (kemudian disebut Bank Mandiri) menemukan angka-angka yang tidak wajar, terutama pada akun piutang PT TAB.

Rony Tedy selaku direktur PT TAB mengajukan perpanjangan dan tambahan fasilitas kredit kepada PT Bank Mandiri senilai Rp880,60 dan juga mengajukan perpanjangan dan tambahan plafon LC sebesar Rp40 miliar dan sebelumnya Rp10 miliar. Selain itu, PT TAB mengajukan penambahan fasilitas Kredit Investasi (KI) senilai Rp250 miliar selama 72 bulan.

Dalam dokumen pendukung permohonan perpanjangan dan tambahan fasilitas kredit,  diketahui adanya  penggelembungan data aset PT TAB. Sehingga berdarkan Nota Analisa pemutus kredit Nomor CMG.BD1/0110/2015 menyatakan kondisi keuangan PT  TAB mengalami perkembangan dan bisa memperoleh perpanjangan serta tambahan fasilitas kredit. 

Akhirnya PT TAB memperoleh perpanjangan dan tambahan fasilitas kredit sebesar Rp 1,170 triliun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun